29. anaknya yang keras kepala

1.9K 312 59
                                    

“Jenando, Giselle Citra, ikut Ayah sekarang!”

Ucapan itu sukses menceloskan hati Nando sekaligus membuat Karin dan Jenan terkejut bukan main sore itu.

Nando membelalak masih tidak percaya sama apa yang di dengarnya barusan, lalu ia menatap Giselle yang kini menangis tertahan tidak bersuara.

Lantas cowok itu berbalik menatap Ayahnya yang kini berdiri di luar gerbang, di sebelah mobil, menunggu keduanya dengan tatapan yang seolah menyuruhnya dan Giselle dengan tegas untuk segera ke sana.

Dengan takut-takut, Nando segera mendekat ke Giselle dan merangkul cewek itu dari samping.

“Ayo, kesana dulu,” bujuknya dengan sesak di dada dan air liur yang berat di tenggorokannya.

Semua terlalu mengejutkan bagi Nando. Apa benar Ayahnya adalah Ayah Giselle juga? Itu berarti mereka... bersaudara.

Tapi dari reaksi yang Giselle tunjukkan, mungkin memang benar adanya, bahwa mereka bersaudara.

Nando tidak banyak berpikir, ia menuntun Giselle yang masih menangis berjalan keluar rumah untuk naik ke mobil Ayahnya, keduanya duduk di kursi penumpang tengah.

Ayahnya langsung menghidupkan mesin dan menjalankan mobilnya menjauh dari rumah Giselle menuju ke rumahnya sendiri.

Setibanya mobil terparkir di garasi, Ayahnya masih diam duduk di kursi kemudi, sedangkan Giselle dan Nando duduk saling diam menelan pahit kenyataan di kursi penumpang tengah.

Giselle masih saja menangis namun tidak bersuara, ia memalingkan wajahnya ke arah kaca enggan menatap Ayahnya ataupun Nando.

“Kenapa Ayah bawa aku kesini?” suara Giselle serak.

Nando yang duduk berjarak di sebelahnya menoleh cepat, antara tidak tega mendengar suara parau Giselle dan kaget bahwa mereka benar-benar saudara.

Lalu suatu kenyataan terlintas di pikirannya.

Nando tidak bisa melihat Giselle menangis, saat melihat gadis itu menangis pertama kali atau tahu bahwa Giselle tersakiti, rasanya Nando ingin berdiri jadi benteng terdepan buat siapapun yang melakukan itu pada Giselle. Itu yang dia rasakan waktu bertengkar dengan Jenan kapan hari.

Mau sedekat apapun mereka, Nando juga tidak bisa menyukai Giselle. Awalnya dia juga takut Giselle jatuh hati padanya karena mereka sangat dekat, tapi mau menjauh pun rasanya Nando gak bisa.

Jadi semua itu alasannya karena mereka bersaudara. Nando tidak habis pikir, tentu saja dia tidak pernah menyangka.

“Turun dan kita bicarakan di dalam!” perintah Ayahnya seolah mutlak.

“Enggak!” tolak Giselle.

Ayahnya yang hendak turun kembali terduduk, “Jangan selalu jadi pembantah Giselle! Nando, bawa adikmu keluar!” titah Ayahnya lalu keluar darisana.

Nando menelan kenyataan pahit bahwa Giselle sekarang benar-benar menjadi adiknya, tidak ada penyanggahan dari pernyataan Ayahnya itu. Tidak, daridulu mereka memang bersaudara, hanya baru sama-sama tahu kenyataan nya saja.

“Selle, ayo turun!” kata Nando.

Giselle masih bergeming menolak, ia sudah berencana keluar begitu nanti Nando turun.

“Selle, gue bisa jadi lebih marah sama Ayah kalo lo gak bicara gini,” pasrah Nando berbicara sambil menelan pahit kata-kata yang dia ucapkan.

Semua yang dikatakan Nando benar, dia bisa akan benar-benar marah ke Ayahnya kalau sampai Giselle masih diam saja menangis.

tweny's unillusion ✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora