18. apa yang ia rasakan

2.3K 386 133
                                    

Sudah seminggu lamanya, terhitung semenjak Jenan bilang suka ke Giselle, semenjak pertengkaran Jenan dan Nando pula, Giselle terus di suguhi wajah Jenan tiap begitu cewek itu selesai kelas.

Gumoh Giselle rasanya.

Baru aja dia selesai kelas, udah nangkring aja si Jenan nyender di mobilnya di dekat gerbang FISIP. Ya gimana mau menghindar orang gerbang fakultas juga cuman ada satu.

Giselle yang setiap hari memang prefer jalan kaki ke kampus harus mengeluarkan dengusannya lagi-lagi buat ngadepin cowok itu.

Belum lagi tingkah cowok itu pas dirumah nanti, adaaa aja ulah modusnya. Yang modus beliin Giselle cemilan, modus tetiba manasin motor Giselle kalo cewek itu mau pergi-pergi, modus masakin makanan ala china kesukaan Giselle, macam-macam pokoknya.

Beberapa kali Nando sempat tahu tingkah freak sobatnya itu, kaya bukan Jenan sama sekali. Giselle gak cerita apa-apa sama dia, tapi Nando tahu Giselle pasti menghindar sama semua perhatian yang Jenan kasih ke dia.

Pengen banget Nando ngobrol empat mata sama sobatnya itu tanpa emosi. Tapi apalah daya, praktikum, nge-lab, tugas, dan segala ujian-ujian anak kedokteran jadi halangan.

Balik lagi ke Giselle yang kali ini lagi ada rapat buat para juri lomba debate antar SMA se-kota mereka yang diadain sama fakultasnya. Iya, Giselle jadi juri, karena dia juga berpengalaman lah singkatnya.

Mereka rapat di gedung umum yang biasa mahasiswa sana gunain buat rapat atau ada pertemuan juga, sore itu kebetulan juga devisi acara Jenan lagi ngadain rapat juga disana.

Cuman pas Giselle baru datang buat rapat, devisi Jenan udah selesai.

Giselle yang baru datang sekaligus menjadi yang pertama kali datang diantara juri-juri terpilih lainnya langsung melengos saat tahu ada Jenan dan beberapa anak devisi cowok itu duduk di salah satu meja lebar di ujung.

Giselle jalan menjauh dan sengaja memilih jarak yang jauh dari tempat Jenan. Walau begitu masuk, perhatian Jenan langsung tertuju sama cewek itu.

Dan saat devisi Jenan pada bubar, ketar-ketir Giselle. Ini sudah dapat dipastikan, Jenan akan—

“Rapat apa?"

Akan menghampirinya, udah jangan ditanya lagi.

“Rapat juri acara,” jawab Giselle jutek.

Jenan manggut-manggut, Giselle sedikit lega cowok itu gak agresif dipikirnya setelah ini si Jenan bakal langsung pergi TAPI TERNYATA DIA SALAH, ANAKNYA MALAH DUDUK.

“Kok lo duduk?” histeris Giselle.

Jenan mengangkat sebelah alisnya, “Kenapa emang? Teman-teman lo yang lain belum pada datang kan?”

“Ya iya, tapi— ah emang lo gaada kerjaan lain yang lebih penting gitu, Jen?” tanya Giselle gak selaw.

Jenan ngangguk santai sambil ngebuka ponselnya, “Ada.”

“Yaudah sono kerjain,” ujar Giselle.

“Ini lagi dikerjain.”

“APA?” histeris Giselle lagi sampai hampir teriak.

Jenan noleh dari pandangan ponselnya, “PDKT sama lu, kan?”

“JENANDRA!” seru Giselle cukup kencang, sampai bisa mengalihkan beberapa pasang mata yang ada disana membuat Giselle buru-buru menutup mulutnya.

Jenan masih ekspresi dengan santai nya, malah tersenyum melihat tingkah Giselle itu, “Apa, Giselle? Lo salting ya deket sama gue?”

“Idih najis,” jawab cepat Giselle sambil kembali duduk.

tweny's unillusion ✓Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ