5) Diakui

60.4K 7.8K 169
                                    

Kalian ingatkan? Veddira memang anggota keluarga Franklin. Namun, tidak ada satupun dari keluarga Franklin yang mengakui bahwa Veddira anggota keluarga Franklin.

Semua orang di masa kini (masa Veddira) mengenal Veddira menjadi anggota Franklin dengan sendirinya. Mengapa? Karena pada dasarnya, semua orang akan mencari-cari fakta sosok 'anak' pada setiap keluarga kerajaan, jadi tak heran mereka mengetahui nama Veddira, namun tidak dengan wajahnya.

Aku masih berada di dapur, bersama kembaran lelaki buta. Zephir hanya memandangiku selagi aku memulai aksi membuat mochi ala homemade ku sendiri.

"Veddira," Panggil Zephir.

"Hmm?" Aku hanya membalasnya dengan deheman, malas mengeluarkan kata-kata.

"Kau sedang membuat apa?" Oh, dia termasuk spesies makhluk kepo ya~.

"Lihat saja hasilnya," Balasku. Tetap melanjutkan acara membuat mochi.

17 menit ku gunakan untuk membuat sepiring mochi berwarna putih yang kini tersusun rapi di satu piring berwarna hitam. Melihat saja aku ingin segera memasukkan mochi-mochi itu ke dalam mulutku.

Zephir menatapku aneh. Dia bingung dengan makanan apa yang ku buat. Terlihat dari reaksinya yang tidak normal, tapi orangnya memang tidak normal sih.

"Mau mencobanya, Kak?" Tawarku. Bagaimanapun Zephir menemaniku disini, dan aku sedikit tersentuh.

"Kau tidak memasukkan racun apa pun, kan?" Tanya nya memastikan. Tidakkah ia melihat bagaimana aku membuat mochi tadi? Sudah jelas tidak lah!.

Aku menggeleng dengan wajah datar untuk menjawab pertanyaan Zephir. Padahal dalam cerita 'Unwanted Bond', ia ku buat menjadi karakter jenius. Sekarang ia bukanlah karakter jenius, sepertinya.

"Makanlah. Aku sudah berbaik hati menawarkan hasil kerja keras ku, dan kau melihat kerja kerasku tadi," Aku mendorong sepiring berisi mochi-mochi mendekat kearah Zephir.

Zephir menatap mochi-mochi ku dan aku secara bergantian. Sampai akhirnya ia mengambil satu buah mochi lalu memasukkannya ke dalam mulutnya. Ku lihat pipinya naik-turun yang berarti ia sedang mengunyah mochi buatanku, lalu ku lihat jakunnya bergerak juga, yang artinya ia sudah menelan mochi nya.

Zephir menatapku datar. Tapi dapat ku lihat ada binaran di bola matanya. Sudah ku duga ia akan menyukainya!

"Kenyal, lengket, sulit dikunyah. Tapi tak dipungkiri, ini enak," Jelasnya sembari menunjuk mochi-mochi ku yang ada di piring.

Aku mengangguk sebagai respon. Cukup puas dengan tanggapannya. Aku mengambil sepiring berisi mochi-mochi itu lalu melangkahkan kaki keluar dari dapur, meninggalkan sosok Zephir sendirian.

"Aku masih mau, ck," Sebelum akhirnya aku memegang gagang pintu, aku mendengar Zephir berdecak kesal. Terima kasih Kakak brainly berjalan. Mochi ku memang enak, tapi aku bukanlah orang yang senang berbagi.

Seakan aku tuli. Aku tak menghiraukan perkataan Zephir dan tetap meninggalkan dapur. Waktunya menikmati sepiring mochi yang lezat.

♩ ♩ ♩ ♩

"Apa itu?" Ugh, ada saja orang yang menganggu ku.

Aku menengok melihat siapa yang bertanya. Ternyata orang itu adalah Papa gondrong. Makhluk tampan ini lagi.

"Papa dilarang tau," Jawabku dan mengibas-ibaskan tangan ku. Sebut saja aku mengusir Papa, hehe.

"Kau ini. Seorang Duke sedang bertanya pada mu, putri bungsunya sendiri. Cukup jawab pertanyaanku dan selesai," Lihat, ia berceramah kepadaku. Tak lupa ia menggenggam tanganku yang tadi mengibas-ibaskan tangan guna mengusirnya.

"Papa mengakui bahwa aku putri bungsu mu? Mengharukan sekali Papa," Aku berpura-pura menghapus air mata, tapi faktanya tidak ada air mata di wajahku sama sekali.

"Hm. Jawab pertanyaanku sebelumnya," Kekeuh Papa.

"Ini mochi buatan putri bungsu mu. Mau mencobanya?" Aku mengangkat sepiring mochi tepat di depan wajah tampan Papa. Tak lupa aku menatapnya berbinar.

Papa seakan penasaran dengan rasa mochi buatanku, ia juga melakukan hal yang Zephir lakukan tadi. Sesaat aku menikmati wajah tampan Papa Veddira dalam cerita ini. Sungguh, nikmat mana yang engkau dustakan?

"Enak. Lainkali buatkan mocji? Moti? Atau apalah itu untukku," Mochi Pa! Mochi!

"Namanya mochi!" Sedikit tidak terima karena makanan kesukaanku dilecehkan, huhu.

"Ya, makanan itu maksudku," Ku lihat Papa sedikit menggaruk telinganya. Dia malu.

"Terserah. Sekarang pergilah Papa, putri bungsu mu ingin menyendiri," Usirku

"Hm. Jaga dirimu," Katanya lalu membalikkan badannya dan melangkahkan kaki panjangnya pergi, tak lupa dengan lambaian tangan.

"Papa juga!" Kataku sedikit berteriak. Membalas lambaian tangannya juga.

Sekali lagi, para pelayan di sekitar ku menatapku heran. Hentikan tatapan itu hama, aku risih.

 Hentikan tatapan itu hama, aku risih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Villainess [Completed]Where stories live. Discover now