22) Kita berhasil

21.3K 2.9K 33
                                    

"Harusnya kita menumpahkan minyak di rumah itu! Bukan yang ini!" Kataku marah.

"Otakmu kemana ha? Sudah jelas-jelas rumah itu memiliki bayi di dalamnya. Berbaik hatilah!" Balas marah lelaki merah.

Kami malah membakar rumah yang berisikan berlian, permata, emas, perak, dan kawan-kawannya. Bagaimana aku tidak marah coba?

"Bayi masih bisa dibuat,"

"Perhiasan masih bisa dicari,"

"Dasar kepala batu!"

"Dasar berhati batu!"

"Kau mengikuti perkataanku, lelaki merah,"

"Kau perlu membeli hati baru, Nona berhati batu,"

Lihat? Dia menyebalkan sekali. Kalau saja aku menjadi Ratu, sudah ku pastikan aku akan memenggal —ah tidak. Aku akan langsung membakar si lelaki merah!

"Merah memang sangat identik denganmu, ya. Kau sangatlah pintar memancing emosi," Pujiku yang bukan pujian.

"Terima kasih atas pujiannya, Nona berhati batu. Tapi, kau perlu meralat perkataanmu,"

"Ada yang salah? Kurasa tidak," Tanyaku. Kami mulai berjalan beriringan meninggalkan rumah yang sudah gosong di belakang kami.

"Kita tidak dapat memancing emosi. Kita hanya dapat memancing ikan di lautan,"

"Dan kau berpikir bahwa yang bisa dipancing hanyalah ikan? Kumis mu juga bisa ku pancing," Mari buat si lelaki merah marah.

"Aku tidak bodoh. Bagaimana bisa kau memancing kumisku?" Tanya nya dengan nada mengejek.

"Kau tau, saat seseorang emosi maka 13 cm kumisnya akan tumbuh," Kataku asal.

"Dan kau percaya?"

"Tidak," Ya, misiku untuk membuat lelaki merah marah gagal...

"Oh,"

"Kalau aku dapat menyentuh api tanpa membuatnya membakar kulitku, sudah ku pastikan sedaritadi terdapat api di kedua tanganku," Kataku sambil menatap tajam kearah lelaki merah.

Lelaki merah melipat tangannya di belakang kepalanya. Ia juga sedikit bersiul, sampai akhirnya ia bertanya,

"Kenapa?"

"Karena aku akan melemparkannya ke wajah tampanmu" Kataku dengan nada yang sengaja ku buat manis. Lelaki merah melirikku lalu terkekeh.

"Kau tau? Kalau aku dapat mengambil bintang di langit, maka sedaritadi akan ku ambil," Kata nya lalu merangkul pundakku. Aku menatapnya bingung. Ada apa dengannya?

"Kenapa?" Tanyaku yang masih menatapnya.

"Agar aku dapat memberimu bintang yang paling bersinar lalu membisikkanmu," Ia menjeda ucapannya, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga ku.

"Lihat bintang ini? Dia bersinar, tapi kau yang paling bersinar di hati, pikiran, dan duniaku," Kata nya lalu berlari meninggalkan ku.

Menikahi salah satu tokoh dalam cerita yang ku buat sendiri diperbolehkan tidak? Aku ingin menikahi lelaki merah sekarang.

♩ ♩ ♩ ♩

"Kakak!" Panggilku lalu memeluk kedua Kakak tampanku.

"Kau darimana, gadis bencana?"

"Kau berkencan dengan lelaki merah itu, Veddira?"

Manisnya~. Mereka mengkhawatirkan Adik kecil mereka. Aku jadi sayang mereka huhu~

"Kami hanya membakar rumah itu," Jawabku lalu menunjuk rumah yang kini sudah tidak terbentuk, alias rubuh.

Para warga berlari keluar rumah mereka, mencari tempat aman. Tak satu dua dari mereka yang menangis terkena bencana ini. Ku lihat juga beberapa pahlawan kesiangan yang membantu akses keluar para warga. Aku dan kelima lelaki ini hanya menatap mereka. Jarak kami tidak terlalu jauh, tapi mereka tidak dapat melihat kami dengan mudah, karena kami bersembunyi.

"Ayo berlari ke arah sini!" Ajak salah satu warga.

Brukk

Tiba-tiba sesuatu memaksaku untuk berjongkok. Aku menoleh ke arah pelaku yang sudah membuatku berjongkok paksa. Dan pelaku nya adalah Pangeran Orion.

"Maaf, Nona Veddira. Tapi aku tidak ingin ada warga yang melihatmu sebagai tersangka, ya walaupun memang tersangka," Jelas Pangeran Orion. Aku mengangguk sebagai respon.

Sedangkan di sampingku. Ada dua lelaki yang diam-diam mendengus kesal.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Villainess [Completed]Where stories live. Discover now