40) Tidak polos

13.5K 2K 23
                                    

Setelah kejadian dimana Soraya melempariku menggunakan botol kaca, Soraya benar-benar memusuhiku.

Sekarang, aku berada di sekolah. Baru saja sampai di sekolah dan semua orang berbisik-bisik tentangku. Aku diam saja, tidak terlalu penasaran, sih.

Mading sekolah kini dikerumuni oleh para murid. Saat aku hendak melewati mading sekolah, semua murid yang berada di depan mading sekolah lantas menatapku sinis. Melihat itu aku mulai penasaran.

"Menyingkir," Suruhku. Murid yang ku suruh menyingkir lantas mencibir.

Oh, wow. Lihatlah apa yang tertempel disini.

Disana, terdapat fotoku dan Pangeran Orion yang sedang menjaga Tuan muda Chandra. Kami bahkan tampak seperti keluarga bahagia.

Di samping fotoku dan Pangeran Orion, terdapat pula fotoku dan lelaki merah yang membantuku mencari namaku di hari pertama sekolah. Jarak kami sangatlah dekat, membuat siapapun iri dan dengki melihatnya.

Di bawah fotoku dan lelaki merah, terdapat fotoku bersama Vadlan yang sedang berjalan-jalan di hutan tempat kami berkemah. Foto tersebut menampilkan bola mata Vadlan yang menatapku penasaran. Sedangkan aku di foto tersebut terlihat mencibir.

Terakhir. Di samping fotoku dan Vadlan, terdapat fotoku dan Daryan, ini yang paling parah. Pasalnya di foto tersebut menampakkan diriku yang sedang duduk di pangkuan Daryan.

Aku memiliki firasat siapa dalang dari semua ini. Sampai tulisan besar dengan huruf kapital di setiap hurufnya membuatku semakin yakin dalang dari semua ini.

'Veddira Elmeira Franklin. Gadis bencana yang kini dikagumi semua orang, namun juga magnet para lelaki. Lihatlah foto-foto mesra Nona Veddira bersama lelaki terkenal di sekolah kita.'

Semua sorakan murid-murid terdengar di pendengaran ku. Mereka kini menghujatku habis-habisan.

"Kalian sama saja, sama-sama murahan. Cih,"

"Bahkan 1 lelaki pun tidak cukup, maruknya~,"

"Kalau Nona Soraya pemuas nafsu, maka Nona Veddira magnet para lelaki. Sama-sama p*l*c*r haha!"

Aku terdiam santai. Yang mereka katakan memang benar, tidak ada yang salah. Lagipula, aku memang pantas dihujat karena aku pemeran antagonis.

Menatap sekitar, tidak ada yang berani melempariku dengan kertas atau sampah seperti yang mereka lakukan saat aku membuat rumor tentang Soraya. Ya setidaknya keadaanku lebih baik dibandingkan dengan Soraya.

Ngomong-ngomong soal Soraya. Netra mataku menangkap sosok yang kini menatapku rendah. Sosok berwajah bak malaikat, pemeran utama, magnet para lelaki yang sebenarnya. Ia menatapku seakan ia ingin sekali membunuhku sekarang juga.

Soraya Ariedne Edelmiro

"Firasatku tentang kau yang tidak sepolos dengan wajahmu ternyata benar, Nona Soraya," Aku melantangkan suaraku agar semua murid mendengar percakapan antara aku dan Soraya.

"Kau musuhku, kan? Baiklah. Aku siap bermusuhan denganmu, Nona Veddira," Balas Soraya seperti menahan amarah. Urat di pelipisnya bahkan terlihat jelas.

"Ku tunggu kau di arena pertarungan yang ntah, aku atau kau yang membuatnya," Kataku dengan senyuman miring. Membalikkan badan dan oh astaga.

Keenam lelaki yang akhir-akhir ini dekat denganku menatapku datar. Ada apa ini?

 Ada apa ini?

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.
The Villainess [Completed]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum