9) Rekreasi

42.3K 5.3K 39
                                    

Hari menjelang siang. Matahari tepat berada di atas kepala manusia, hewan, tumbuhan, dan makhluk tak hidup. Aku sedang duduk di tepi kolam renang, menatap air kolam renang yang nampak bercahaya akibat pantulan sinar matahari.

Sudah 10 menit aku duduk disini sendirian. Pelayan dan ksatria pribadiku tidak berada disini, karena aku mengusir mereka.

Aku mendongak, melihat kearah langit. Aku sedikit memejamkan mata karena sinar matahari yang masuk ke mataku. Aku melihat kearah awan di langit. Bagaimana ya rasanya menjadi awan?.

Terkadang aku ingin menjadi benda mati saja. Mereka para benda mati tak merasakan pahit manisnya kehidupan di bumi, dan aku ingin tak merasakan pahit manisnya kehidupan.

Ya walaupun kalau aku berpikir lagi, pastinya membosankan menjadi benda mati. Mereka para benda mati menjadi alat membantu para makhluk hidup, itu pasti menyebalkan.

Mengapa kita membahas benda mati? Tidak tau, hehe.

"Disini kau rupanya," Sahut seseorang di belakangku. Saat aku menengok kearahnya, aku melihat Papa gondrong sedang berdiri dengan tangan ia masukkan ke kantong celananya.

"Apa?" Tanyaku.

"Bangun, kita akan pergi rekreasi," Ajaknya.

"Ki...ta?" Aku meragukan ucapan Papa. Bukannya keluarga Franklin tidak peduli dengan sosok Veddira? Ini aneh.

"Ya," Jawabnya singkat.

"Kau hanya akan duduk disitu dengan muka seperti itik hilang atau apa?" Sial, dia malah menghujatku. Tunggu saja Papa, aku akan menarik rambut gondrong mu itu.

Aku berdiri, menatap Papa malas. Lalu melangkahkan kaki dengan langkah yang sengaja ku buat berbunyi. Sebut saja aku sedang menghentakkan kaki ku.

Tanpa ku sadari, Papa yang berada di belakang ku terkekeh kecil melihat ku yang kesal di hadapannya.

♩ ♩ ♩ ♩

Hening menyelimuti kami.

Aku beserta Papa dan kedua Kakak tampanku sedang dalam perjalanan menuju lokasi berekreasi. Aku juga enggan membuka percakapan, dan terlihat ketiga lelaki yang satu tempat denganku juga acuh tak acuh. Yasudah lah.

Memakan waktu sekitaran 35 menit untuk sampai ke lokasi berekreasi kami. Aku turun disusul dengan ketiga lelaki yang tak lain adalah Papa dan kedua Kakak tampanku.

Aku melihat sekitar, tempatnya indah, aku langsung jatuh hati melihat tempat ini. Papa dan Kakak tampanku juga melihat sekitar, respon mereka datar.

Aku menyipitkan mata, memfokuskan mata pada objek yang ku lihat saat ini. Aku melihat kuda! Aku ingin menaiki kuda!

"Papa gondrong, ayo kita menaiki kuda itu," Ajakku pada Papa gondrong dengan cara menarik-narik tangannya dan menunjuk kuda cantik yang tadi ku lihat.

Papa gondrong diam menatapku. Ia menggandeng tanganku sembari berjalan menuju kuda yang tadi ku tunjuk. Kedua Kakak tampanku juga mengikuti kami.

Setelah sampai, Papa terlihat berbicara dengan pemilik kuda, sedangkan aku mendekat ke kuda dan mengelus nya, Kakak tampanku hanya menatap datar kearah ku dan Papa.

Saat sedang asik mengelus kuda, tiba-tiba saja tubuhku terangkat. Aku menengok ke belakang dan melihat Zephir mengangkat tubuhku hingga menduduki punggung kuda yang tadi ku elus. Aku yang senang segera memeluk leher kuda yang kini ku naiki.

Ku lihat Papa dan Kakak tampanku juga menaiki kuda yang berbeda. Baiklaah! Waktunya kita bersenang-senang!

Aku memegang tali kemudi kuda, lalu menghentaknya. Kuda yang ku naiki otomatis bergerak liar, segera aku mengendalikannya.

"Tenang kuda cantik, Nona cantik ini tidak akan menyakitimu," Bujukku sembari mengelus pipi kuda yang ku naiki dari belakang.

Dengan tidak sabaran, aku segera memacu kuda. Papa dan kedua Kakakku yang melihat ku segera mengikuti arah ku pergi. Arah ku pergi sekarang ke tengah hutan. Hutannya cukup indah, pepohonan disana banyak yang membuat hutannya sejuk.

"Aku baru tau kau dapat menunggangi kuda, Veddira," Sahut Kakak brainly berjalan.

Aku hanya meliriknya lalu berkata, "aku hebat, kan? Oh tentu saja," Sombongku.

Zephir memutar bola matanya malas. Mengapa Adik bungsunya sangatlah sombong dan memiliki tingkat kepercayaan diri terlalu tinggi.

Aku melihat ke atas. Pemandangan indah yang kesekian kalinya terlihat di penglihatan ku. Karena melihat ke atas aku tidak tau kalau di depan terdapat batu besar.

Kuda yang ku naiki berbelok secara mendadak, alhasil tubuhku yang tidak seimbang terjatuh tepat di atas batu besar. Hantaman antara kepalaku dan batu besar cukup keras. Dapat ku rasanya sesuatu mengalir di kepala bagian belakang ku.

Papa dan Kakak tampanku terkejut melihatku. Mereka mematung di tempat. Oh ayolah, aku sedang membutuhkan bantuan!

Secepatnya, Papa gondrong menggendong tubuhku, lalu mereka memacu kuda dengan cepat. Tak lama kemudian, aku sudah tidak sadarkan diri.

 Tak lama kemudian, aku sudah tidak sadarkan diri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Villainess [Completed]Where stories live. Discover now