50) Musibah darimu

12.8K 2K 63
                                    

"Kakak! Nona ila mau nya sama Chandla! Bukan sama Kakak," Kata Tuan muda Chandra.

Kalian tau? Kakak beradik ini bertengkar memperebutkan ku. Katanya sih begini,

"Aku yang ulang tahun, Chandra. Nona Veddira harus menyuapiku terlebih dahulu," Kekeuh Pangeran Orion sambil menarik tanganku mendekat dengannya.

"Tidak mau! Chandla kan masih kecil, Nona ila halus pelhatian ke Chandla!" Seakan tidak mau kalah dari Pangeran Orion, Tuan muda Chandra juga menarikku mendekat dengannya.

"Hey para hadirin. Aku diperebutkan para penerus kerajaan Afonso," Ejekku diakhiri dengan juluran lidah kepada para hadirin.

"Lihatlah. Keturunan keluarga Franklin tidak pernah tidak membuat orang-orang hipertensi," Kata salah satu hadirin.

"Hey, Pangeran Orion dan Tuan muda Chandra," Panggilku pada Kakak beradik di sampingku.

"Iya?" Jawab mereka berdua serempak.

"Kalian lupa? Aku memiliki dua tangan yang dapat dengan mudah menyuapi kalian," Kataku sembari tersenyum manis.

"KAMI JUGA INGIN DISUAP!" Teriak para bodyguard ku ditambah dengan Papa.

"Tidak. Khusus hari ini, ku spesialkan untuk keturunan keluarga Afonso," Tolakku yang membuat keluarga Afonso merasa bangga.

"Tapi bohong, hayyu," Sambungku yang langsung dihadiahi dengan pedang para ksatria Afonso.

Hahaha, goodbye world.

(Hahaha, selamat tinggal dunia.)

♩ ♩ ♩ ♩

"Tuan muda Chandra? Kau dimana!?" Teriakku di lorong kerajaan Afonso. Lagi dan lagi, Tuan muda Chandra menghilang dari penglihatanku. Padahal baru saja kami berdua bermain petak umpet bersama.

"Nona Veddira? Anda sedang mencari Tuan muda Chandra, ya?" Tanya seorang ksatria padaku.

"Ya," Jawabku.

"Ikuti saya. Tadi Tuan muda Chandra menyuruh saya memanggil anda di dapur. Ia sedang memakan biskuit buatan Ratu Afonso," Ajak ksatria tersebut. Aku mengangguk dan mengikuti langkah kakinya.

Keheningan menyelimuti kami. Di lorong menuju dapur, tidak ada satupun pelayan ataupun ksatria yang berjaga. Wajar sih, pesta ulang tahun Pangeran dapat mengundang banyak bencana, mereka harus berjaga secara ketat.

"Dapurnya yang ini?" Tanyaku saat kami berdiri di pintu sebelah kiri. Sebenarnya, aku sedikit ragu karena merasakan hawa dingin yang menyengat tanganku. Padahal aku baru saja sampai di depan pintu ruangan tersebut.

Ksatria itu diam. Ia membuka pintu lantas langsung mendorongku masuk. Dan aku baru paham, ia malah membawaku ke ruangan pendingin istana Afonso, bukan dapur.

Tok tok tok

"Hey, ada orang?" Tanyaku. Sudah pasti tidak, mereka sedang berada di ruangan pesta.

"Sudah ku duga. Aku akan mendapat musibah," Kataku santai lalu menyandarkan tubuhku pada pintu ruangan pendingin istana Afonso.

Semakin lama, aku semakin melemah. Saat aku tercebur di air terjun bersama Ketua Dewan saja aku sudah sesak. Bagaimana dengan tempat pendingin seperti ini?

"Hahaha, Nona Soraya. Otakmu sungguh dangkal," Hujatku di tengah-tengah sesak nafasku.

Aku yang awalnya bersandar pada pintu, kini memberi jarak. Aku mulai berjalan ke arah sudut ruangan pendingin.

The Villainess [Completed]Where stories live. Discover now