01. AWAL TAHUN SILAM

11.8K 900 131
                                    

BISMILLAH, SEMOGA SUKA YA PREN, JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK, VOTE AND KOMENTAR. DUKUNG CERITA INI SAMPAI SELESAI.

*

*

"Tidak tersenyum lebih kejam daripada pembunuhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak tersenyum lebih kejam daripada pembunuhan."

-RAFKA NARENDRA AFSAR-

***

Rafka berjalan dengan langkah gontai di jalanan kompleks rumahnya, dengan mata menyipit menahan terpaan air hujan yang bercucur cukup keras, wajahnya tampak penuh dengan luka memar yang sudah membiru. Seragam SMA DS, kemeja putih dengan rompi berlist biru membuat cowok itu menatap sepatu sniker putihnya yang kotor dengan wajah murung. Di sepanjang jalanan kompleks rumahnya, cowok itu menunduk dan terdengar rintihan kecil menahan tubuhnya yang terasa sakit dan berbaur dengan air hujan yang menutupi pandangannya.

Hujan di luar membuat tubuhnya basah kuyup, sambil menenteng ranselnya, Rafka mendorong pagar besi rumahnya dan segera mempercepat langkah. Seharian menghabiskan tenaga membuatnya menjadi lesu serta tatapannya menurun dan memerah. Akibat tawuran dengan musuhnya dari sekolah lain yang suka mencari masalah.

Tidak hanya itu, kabar berita tentang Danu, sahabat terdekatnya dikabarkan bunuh diri, membuat Rafka tidak bisa berpikir sehat. Mengakibatkan amarahnya yang meledak-ledak dan tidak bisa menerima kenyataan jika Danu berakhir bunuh diri karena depresi, dia memberontak ke kantor detektif Lenan untuk mencari tahu lebih dalam. Makanya dia berakhir babak belur melawan detektif di sana.

Rafka kenal Danu dan dia tidak mudah menyerah atas kompetisi renang yang akan diadakan Minggu depan.

Saat hendak membuka pintu kamar, langkahnya terhenti karena mendengar namanya di sebut. Dengan hembusan napas pelan, Rafka melirik ke samping, seorang wanita berumur 35 tahun berdiri dengan kedua tangan melipat di dada, rasa malas untuk menanggapi membuatnya berdecak.

"Rafka, kenapa kamu selalu membuat keributan seperti ini?" tanya Nona, Mamanya Rafka. Wanita paruh baya tersebut menatap Rafka dengan wajah marah.

Tangannya yang semula memegangi kenop pintu kamar, kini dia lepas, sembari menjatuhkan ranselnya asal ke lantai. Bahkan, di area dia berdiri sudah berlinang air hujan akibat tubuh Rafka yang telah basah.

"Ma, aku baru pulang. Aku capek dan mau istirahat," jawab Rafka dengan nada ketus.

"Kamu selalu bersikap seperti ini sama Mama? Tidak peduli dan mau kamu seenaknya?" tanya Nona cepat, dengan nada tinggi.

Rafka tertawa mengejek sambil mengusap wajahnya dengan kasar, hingga akhirnya menatap Mamanya dengan datar dan ujung mata melengkung ke atas.

"Ma, jangan bersikap seakan kita dekat. Sejak dulu Mama kemana? Kenapa tiba-tiba muncul setelah Papa sudah mati dan sekarang menekanku untuk melakukan apa yang Mama mau. Asal tau aja, Ma. Sejak kecil Mama gak pernah ada buat aku! Mama gak malu muncul di depanku seperti ini?"

DANGEROUS SCHOOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang