25. MEMANCING MUSUH

1.6K 230 102
                                    

"Lebih penting untuk mengalahkan pikiran musuhmu, daripada mengalahkannya secara fisik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lebih penting untuk mengalahkan pikiran musuhmu, daripada mengalahkannya secara fisik."

-Dangerous School-

***

~~~~~Happy Reading~~~~~

***

Bau aroma paper mint di dalam ruangan yang tampak rapi dengan banyak piagam penghargaan itu membuat seorang pria paruh baya sedang memandang lesu ke arah sebuah rak. Rak tinggi yang cukup lebar itu terdapat banyak piala dan piagam penghargaan yang disusun rapi. Dari arah tengah-tengah terdapat piala paling besar dengan ujung properti terdapat lambang bintang dengan logo perenang.

Wajahnya yang keriput serta bibir memucat mencoba terdiam dengan tatapan kosong, netranya bahkan menyipit diakibatkan kelelahan. Kesedihan meratapi ruangan kebanggan milik Putra satu-satunya itu, telah pupus dan sirna sudah harapan yang selalu dia bangun bertahun-tahun, selalu membanggakan Danu dan memaksanya untuk menjadi nomor satu. Dengan begitu namanya akan selalu dikenang oleh orang lain.

Sudah tiga minggu berlalu sejak meninggalnya Danu, pria itu terus meratapi kesedihan, tidak keluar kamar dan hanya duduk memandang ruangan prestasi milik Putranya. Yang seluruh ruangan dipenuhi oleh piagam-piagam yang dimenangkan selama ikut ajang kompetisi olahraga. Serta sertifikat yang terbingkai indah terpajang di segala dinding dan nama 'Danu Samuel' tercetak di sana.

Di dalam ruangan tersebut juga terdapat Rafka yang duduk diam sambil memandang datar ke arah pria paruh baya itu. Melihat wajahnya yang tidak memiliki semangat sama sekali membuat Rafka merasa kasihan. Dia datang kemari untuk memastikan keadaan Om Danil sejak Detektif Lenan mengatakan jika beliau masih terpukul dan benar saja, melihat tatapan sayu tanpa semangat sudah menjelaskan jika Om Danil masih terluka.

"Om, saya turut berduka dengan kematian Danu," ujar Rafka pelan sambil menunduk sedih, mencengkram erat ujung almamaternya.

"Mungkin tidak tepat untuk mengatakannya sekarang. Saya hanya ingin mengatakan jika Om harus membuka kasus Danu kembali, kami butuh keadilan, Om. Apakah Om Danil akan diam saja?" Tatapan sendu itu dia arahkan ke arah bibir Om Danil yang tampak kering.

Rafka memandang sendu ke arah Om Danil, yang merupakan pemilik yayasan SMA DS, teman dekat orangtuanya, sekaligus seorang Ayah dari Danu. Melihat situasi sekarang, Rafka sadar pasti tidak akan digubris sebab beliau masih dalam keadaan berduka.

"Sekolah telah menyuap para detektif untuk menutupi kasus yang diduga pembunuhan, meski alasannya untuk mempertahakan citra sekolah, tapi ... saya sebagai keponakan om, sepupu Danu sekaligus sahabatnya, tidak bisa diam begitu saja," sambung Rafka lagi sambil menunduk.

"Om punya kuasa, sebab pemilik yayasan."

Beberapa menit berselang waktu Rafka di sini ternyata sia-sia, dia datang diwaktu yang tidak tepat. Tetapi, menunggu Om Danil menerima kenyataan ini dia rasa itu tidak akan pernah terjadi. Danu putra kesayangannya, tentu saja akan terasa cukup berat. Akhirnya, Rafka memilih beranjak dari duduknya dan meminta izin untuk pamit.

DANGEROUS SCHOOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang