10. PEMBELAAN KECIL‼️

3.4K 364 111
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Dengan tubuh bergetar, Rafka menunduk sambil menggaruk jempolnya dengan telunjuk, memberikan luka gores di ujung kukunya. Napasnya memburu, serta keringat dingin bercucuran di kening serta lehernya saat mengingat kembali pertengkarannya bersama Arthur tadi. Terakhir, dengan tatapan kecewa Damar yang cukup jelas terbaca, dia selalu melanggar perkataan sahabatnya itu, untuk tidak terdistraksi dengan suasana yang membuat dia menjadi cepat emosi. Rafka tidak bisa menahan amarahnya jika seseorang mengusik hidupnya, terlebih kedua sahabanya itu yang selalu ada bersamanya.

"Sial!" beo Rafka kesal.

Perlahan, dia memukul dengan keras kepalanya sendiri, merasa marah serta kecewa. Air mata berlinang dipelupuk matanya sambil terus mengacaukan pikirannya sendiri.

Dari arah pintu, masuk Pak Woyo yang langsung memasang wajah terkejut saat melihat Rafka memukul dirinya sendiri. Diikuti oleh Arthur yang melihat hal tersebut dengan senyum miring. Dengan cepat, beliau menghentikan muridnya yang satu ini.

"Rafka! Apa yang kamu lakukan!" jerit Pak Woyo menahan tangan Rafka yang terus memukuli kepalanya.

Detik itu juga, Rafka menghentikan gerakannya sambil terus menunduk.

"Mencoba cari perhatian emang gaya lo."

Semula Rafka yang memasang wajah sedih karena mengingat perbuatannya tadi, kini menengadahkan kepalanya ke samping, menatap Arthur yang memasang wajah kecut. Bahkan, ujung mata kananya tampak lebam akibat pukulan Rafka. Tampak cukup menyeramkan dengan beberapa luka memar dan lebam.

"Sudah! Duduk Arthur!" Ujar Pak Woyo cepat, sudah muak melihat dua muridnya ini yang selalu berakhir di kantornya akibat masalah yang sama. Bahkan, menyuruh terlebih dahulu Rafka untuk keruangannya dan mencari Arthur yang malah tidak mau diinterogasi terus-terusan dengan masalah itu-itu saja.

Berdebat, berkelahi, memukul satu sama lain, adalah langganan mereka setiap saat di kantor Pak Woyo yang menjabat sebagai Wakasis. Dia akan mendisiplinkan murid-muridnya yang tidak patuh dan yang suka mencari keributan. Salah satunya mereka berdua.

"Apa yang kalian perdebatkan sehingga membuat keributan seperti itu?" tanya Pak Woyo sambil menautkan kedua tangannya di atas, meja. Menatap bergantian ke arah Arthur dan Rafka. "Dan kamu Rafka, berhenti untuk memukuli teman kamu seperti orang gila. Apa kamu tau perbuatan kamu itu bisa membahayakan orang lain?"

"Tidak ingat murid yang sudah kamu buat koma dan dia belum sadar sampai sekarang? Untung sekolah bisa menjelaskan situasi yang terjadi, kalau tidak kamu bisa dituntut," tandas Pak Woyo lagi. Pria berkepala tiga itu menatap lekat-lekat dengan sisi wajahnya yang berkerut ke arah Rafka.

"Saya tidak akan memukuli jika mereka tidak cari masalah, seharusnya Bapak sebagai guru mencari tau terlebih dahulu dan jangan menuduh sembarangan!" timpal Rafka cepat dengan menatap tajam ke arah Pak Woyo, emosinya bahkan belum reda.

DANGEROUS SCHOOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang