Prolog

350 165 36
                                    

6 bulan yang lalu

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

6 bulan yang lalu...

"Apa harus, kau ikut ke sana?" tanya Jaehyun untuk yang kesekian kalinya.

"Tentu saja," jawab Ha-eun. "Ini sudah menjadi tugasku sebagai divisi pemasaran."

"Amerika jauh, Ha-eun... dan setengah tahun bukanlah waktu yang sebentar." Jaehyun mengerang pelan. Pasalnya, kekasihnya ini tiba-tiba memberitahunya bahwa ia akan ditugaskan ke luar negeri, dan itupun memakan waktu setengah tahun lamanya.

Yang benar saja, cukup seminggu mereka tidak bertemu saja rasanya sudah sangat lama. Dan ini? setengah tahun?

"Iya aku tahu... Tapi, aku mohon, izinkan aku tetap pergi, ya? Aku janji akan pulang dengan selamat." Sementara Ha-eun tetap bersikukuh. Mau bagaimana lagi, untuk bisa ke luar negeri adalah impiannya sejak dulu. Jika bukan karena pekerjaan ini, sangat mustahil untuk Ha-eun mewujudkan mimpinya karena biaya yang tentu saja tidak murah. Dan ketika sudah ada kesempatan seperti sekarang, sangat disayangkan jika ia sampai menyia-nyiakannya.

Ditambah lagi dengan embel-embel Utusan Perusahaan yang secara langsung mengungkapkan bahwa tidak mudah untuk meyakinkan perusahaan bahwa mereka yang terpilih mampu dalam hal ini.

Jaehyun menghela napasnya, "Baiklah..." pasrahnya. Kemudian menoleh, menatap Ha-eun yang duduk di kursi penumpang di sebelah kanan—tengah menghadapnya. "Tapi kau harus berjanji untuk selalu menjaga kesehatanmu di sana. Aku tidak mungkin bisa menjagamu karena kita jauh. Kau di Amerika, sedangkan aku di Korea... Tidak mungkin jika aku berangkat ke sana hanya dalam semalam, bukan?"

Senyuman Ha-eun mengembang, hingga kemudian terdengar kekehan kecil kala mendengar betapa khawatirnya kekasihnya ini. Ha-eun lantas segera menarik tubuh Jaehyun dan memeluknya. "Terima kasih," ucapnya dengan senyuman yang masih terukir di sela-sela pelukannya.

Jaehyun pun membalasnya dengan mendekap tubuh gadis itu tak kalah erat dan mengecup singkat ujung kepalanya. Bibirnya ikut tersenyum, namun rasa siap untuk melepasnya ke negeri orang lain masih berat, sangat berat. Namun bagaimanapun, ia harus menepis semua itu demi kebahagiaan wanita yang berada dalam rengkuhannya kini.

--°HEART_BREAK°--

"Aku tidak bisa melakukannya, Pa."

Hening....

Ayahnya, tuan Jung Jae Wook. Hanya terdiam mendengar ucapan anaknya yang menolak keputusannya atas perjodohan yang ia rencanakan. Sedangkan Jaehyun hanya menunduk, tidak berani menatap wajah sang Ayah ketika ia merasa ketegangan hadir di tengah-tengah keduanya. Ia sangatlah yakin jika ayahnya marah besar saat ini. sifatnya yang keras kepala, selalu ingin dituruti dan tidak pernah mau dibantah, membuat Jaehyun dapat memastikan jika tak ada gunanya untuk mereka berdebat.

Rahang tuan Jae Wook mengeras. "Atas dasar apa kau menolak perjodohan ini?" dinginnya.

Jaehyun menghela napas dan memejamkan matanya singkat—merasa frustasi. "Pa... Papah bahkan tahu sendiri jika aku sudah mempunyai kekasih. Aku tidak mungkin secara tiba-tiba mengakhiri hubungan kami dan menikah dengan anak kolega Papah. Dan lagipula, aku tidak mencintainya."

Heartbreak | Lee TaeyongDonde viven las historias. Descúbrelo ahora