Heartbreak 03

145 123 8
                                    

"Ah, ma'af. Kalian sudah menunggu lama?" tanya Song Jaehwan seraya menjabat tangan Jae Wook ketika ia dan putrinya baru saja tiba.

Jae Wook tersenyum "Tidak apa-apa. Kami juga baru saja sampai."

"Syukurlah kalau begitu. Ah, silahkan duduk. Pelayan!!" Mereka kembali duduk di sofa empuk Cafe tersebut. Song Jaehwan memang sengaja memesan ruangan VIP supaya bisa lebih leluasa dalam membicarakan urusan di antara keduaya.

"Wah... Kau cantik sekali, Yena." puji nyonya Jung. Secara otomatis, Yena tersenyum malu.

"Terima kasih, Bibi. Tapi Bibi jauh lebih cantik."

Hal itu membuat Nyonya Jung terkekeh "Baiklah, kalau begitu kita sama-sama cantik." Keduanya lantas tertawa kecil, diikuti tuan Jung dan juga ayahnya—Song Jaehwan, yang ikut terkekeh mendengarnya. Sedangkan Jaehyun, ia hanya menyunggingkan senyumnya tipis.

Sampai kemudian sang pelayan cafe datang menyajikan menu makanan yang sebelumnya telah di pesan oleh Jaehwan, lalu berbalik meninggalkan dua keluarga tersebut setelah menyelesaikan tugasnya.

"Sudah-sudah..." lerai Jaehwan. "Langsung saja, mulai dari mana kita membicarakan ini?" tanyanya.

Jung Jae Wook berdehem menyahut, "Begini... Jaehyun dan Yena," panggilnya yang berhasil membuat keduanya menoleh. "Kalian sudah saling kenal cukup lama, bukan? Jadi, kami tidak perlu repot-repot untuk menunggu lebih lama lagi."

Jaehwan mengangguk membenarkan. "Benar sekali. Kalian sudah dekat satu sama lain sejak kecil, dan pastinya sudah bisa saling memahami bukan? Dan aku juga yakin jika ada rasa suka di antara kalian." Salah satu sudut bibirnya terangkat seraya menggoda keduanya. Membuat putrinya terkekeh kecil seraya berbisik "Ayah!" Sedangkan Jaehyun, lagi-lagi ia hanya menunjukkan senyuman tipisnya sebagai respon.

"Aku sempat berpikir... Bagaimana kalau pernikahan dilaksanakan minggu depan?" tanya Jaehwan.

"Tak masalah, aku setuju!" Sahut Jae Wook. Sontak membuat Jaehyun memfokuskan seluruh atensinya padanya. Kedua sudut alisnya berkerut seraya menatapnya tak suka. "Bukankah lebih cepat lebih baik?"

Yena yang semula tersenyum dengan mata berbinar menatap wajah Ayahya, kini memberanikan diri—melirik Jaehyun dari ekor matanya. Namun yang ia temukan bukanlah ekspresi yang terlihat bahagia, melainkan wajahnya yang terlihat masam beserta pandangannya yang kesana-kemari menatap permukaan meja.

Hal itu tentu membuatnya tak nyaman. Ia mengulum bibir, "Ayah, apa tidak terlalu cepat?" tanyanya. Mungkin saja Jaehyun masih tidak siap untuk menikah di waktu yang terbilang dekat ini.

"Ah benarkah? Kau keberatan, sayang?"

Yena menggeleng. "Aku tidak masalah... Tapi Jaehyun mungkin belum siap. pasti dia sangat sibuk akhir-akhir ini," jawabnya.

"Benarkah begitu, Jae?" Jaehwan menatap Jaehyun.

Menemukan itu, Tuan Jung yang mulai was-was lantas melirik putranya. Ia takut jika Jaehyun tiba-tiba lancang menolak dan membatalkan semuanya.

Sementara Jaehyun yang merasa namanya terpanggil, lantas menoleh lalu menggeleng pelan, seraya menyunggingkan senyum manisnya untuk kesekian kali. "Tidak Paman. Kebetulan pekerjaan ku sudah mulai berkurang, jadi tidak masalah untuk melangsungkan pernikahan minggu depan."

Hanya dengan begitu, senyuman lebar lantas terpancar dari bibir orang-orang yang duduk mengelilingi meja makan tersebut. Jung Jae wook bernafas lega mendengarnya.

"Kau yakin Jae?" tanya sang ibu. Dia agaknya sedikit terkejut.

Jaehyun mengagguk kukuh dengan cepat. "Tentu saja, Bu." Lalu menampilkan senyumannya untuk kesekian kali.

Heartbreak | Lee TaeyongWhere stories live. Discover now