Heartbreak 10

97 84 6
                                    

"Pagi, Nona Kang," sapa seorang karyawan dengan senyumnya yang mengembang.

"Pagi." Ha-eun tersenyum, sembari terus melangkahkan kakinya melewati koridor gedung perusahaan.

"Selamat pagi, Nona."

"Selamat pagi..." Ia menundukkan kepalanya singkat ketika seseorang yang berikutnya juga menyapanya dengan tindakan serupa.

Pagi ini, dia kembali bekerja setelah masa cuti 3 harinya selesai, dan ia cukup bahagia dengan itu. Ha-eun tidak tahan jika harus berlama-lama berdiam diri di rumah tanpa bekerja. Ya, mungkin karena telah menjadi passion-nya, atau memang darah bekerja telah mengalir lekat pada tubuhnya. Entahlah, Ha-eun tidak peduli. Yang terpenting adalah, ia merasa senang saat melakukannya.

Langkah kakinya terus membawanya memasuki ruangan tempat tim mereka bekerja. Dan begitu sampai di ambang pintu, Ha-eun di kejutkan dengan pekikan keras yang berasal dari dalam ruangan tersebut. "NONA KANG!!" teriak laki-laki itu.

Sedetik kemudian, ia kembali tersentak dengan datangnya pelukan dari seorang laki-laki berkemeja biru muda tersebut.

Ha-eun tersenyum, disusul dengan melonggarnya pelukan itu dan tergantikan dengan kedua tangannya yang memegang bahu Ha-eun. "Bagaimana kabar anda? Baik-baik saja, kan?" Tanyanya sembari membolak-balikkan tubuh Ha-eun ke samping kanan dan kiri, mengecek, memastikan tak ada yang lecet sedikitpun.

Ha-eun yang mendapat perlakuan seperti itu hanya terkekeh, menampilkan deretan gigi putihnya. "Bagaiman pola makan anda selama di sana? Anda tidak mungkin kelaparan, kan?" Dia memicingkan mata mengintimidasi. Dan Ha-eun tentu tak bisa berbuat apapun kecuali hanya dengan tertawa menanggapinya.

"Dongwii..." Panggil Ha-eun, yang kemudian berhasil membuatnya lantas menghentikan tingkah konyolnya dan memfokuskan atensinya. "Aku baik." Ha-eun tersenyum. "Aku mengatur pola makan ku dengan baik di sana, jadi kau tidak perlu khawatir. Dan terima kasih telah mengkhawatirkan ku."

Park Dongwi, adalah nama laki-laki itu. Dia mahasiswa magang yang berada di bawah tanggung jawab Ketua Kim, selaku ketua Tim divisi pemasaran. Namun kemudian dialihkan pada Ahn Bora karena Ketua Kim yang harus pergi menjalankan tugasnya di Amerika untuk beberapa bulan.

"Ah... Syukurlah kalau begitu," Dongwi menghembuskan nafasnya lega. "Aku benar-benar merindukan mu, Nona," sambungnya.

Lagi-lagi, Ha-eun dibuat terkekeh dengan tingkah lakunya. "Aku juga... Bagaimana kabar mu selama kami di Amrik?"

"Membosankan. Kantor benar-benar sepi karena tidak ada kalian. Aku mahasiswa magang, dan yang ku kenal hanya kalian. Tapi kalian malah pergi ke Amrik, dan yang tersisa hanyalah Nona Ahn," Jawabnya panjang lebar. "Selebihnya aku tidak kenal," cicitnya.

"Tidak apa-apa, kau hanya belum terbiasa". Ha-eun tersenyum, dan Dongwi mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.

Sedangkan Taeyong, Pria itu terduduk di mejanya sembari mendengus melihat interaksi berlebihan yang diciptakan oleh mahasiswa magang tersebut. Ya... Park Dongwi memang tipe orang yang mudah akrab dengan siapapun. Tak jarang pula mahasiswa magang itu terus berbicara dengan Ha-eun, padahal seharusnya dia justru dekat dengan Ketua Kim selaku senior penanggung jawabnya. "Hei, Park Dongwi!" panggil Taeyong kemudian. Dongwi dan Ha-eun. Keduanya lantas menoleh secara bersamaan. "Aku juga baru kembali dari Amrik, kenapa kau hanya menyambut Ha-eun?" tukasnya tak terima.

"Karena aku tak merindukan mu," Sarkas Dongwi, yang kemudian mengundang dengusan Taeyong.

"Dasar!" desisnya.

"Sudahlah dongwi, biarkan Ha-eun duduk terlebih dulu." Ucap Ahn Bora di mejanya, bermaksud melerai. "Dan kau, kembalilah bekerja!" tegasnya.

Park Dongwi menghembuskan nafasnya pasrah, kemudian berucap lesu, "Baiklah..." ia membalik badan dan berjalan kembali ke meja kerjanya. Disusul dengan Ha-eun yang juga melakukan hal yang sama, bibirnya masih tersenyum mengingat tingkah laku dongwi beberapa menit yang lalu.

Heartbreak | Lee TaeyongDove le storie prendono vita. Scoprilo ora