Heartbreak 01

190 144 4
                                    

Ting...

Ha-eun, Sohye, dan Taeyong. Ketiganya melangkah keluar setelah pintu lift terbuka. Usai acara makan-makan yang baru saja selesai, mereka segera pulang kembali ke Apartemen tempat mereka menginap mengingat malam yang telah larut dan juga mereka yang harus kembali bekerja besok pagi.

Langkah kaki mereka terhenti tepat di depan pintu yang bertuliskan nomor 113.  "Aku akan beristirahat. Selamat malam nona Kang, nona Han. Selamat beristirahat," ucap Taeyong.

Ha-eun tersenyum seraya mengangguk. "Tidur yang nyenyak, Tae" ucap Sohye. Dan Taeyong lantas kembali melangkahkan kakinya setelah menyunggingkan senyum sebagai respon.

Sedangkan Ha-eun dan Sohye lekas membuka pintu setelah memasukkan nomor pin apartemen mereka. Menyalakan lampu, lalu meletakkan asal tasnya pada sofa, membuat Ha-eun mendengus. Temannya itu memang suka sekali meletakkan barang di sembarang tempat.

"Hah!... Tubuhku gerah sekali," erang Sohye. "Ha-eun, aku mandi dulu ya. Aku benar-benar sudah tidak tahan," dengusnya, melenggang pergi memasuki kamar.

"Baiklah, tapi jangan lama-lama!! Aku juga mau mandi!!" teriak Ha-eun, yang kemudian hanya di jawab dengan,  "Yayaya..." Oleh perempuan itu. Membuat Ha-eun lagi-lagi mendengus kesal.

Ia lantas meletakkan tasnya di atas meja di depan TV berlayar lebar tersebut, lalu mendudukkan tubuhnya pada sofa yang empuk. Menyandarkan tubuhnya pada punggung sofa, ia menghela nafas lelah.

Untuk beberapa saat, Ha-eun menolehkan pandangannya ke kanan dan kiri dengan tempo perlahan—menelisik seluruh sudut ruang bangunan apartemen yang ia dan Sohye tempati. Yang sebentar lagi akan kembali kosong, mengingat ia yang akan kembali pulang ke kampung halamannya.

Tak terasa, sudah hampir setengah tahun lamanya ia meninggalkan Korea dan menjalani pekerjaannya di negara orang asing. Menghabiskan seluruh waktunya untuk bekerja.

Aneh memang, di saat semua orang mengunjungi Amerika untuk berlibur dan bersenang-senang, ia malah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk duduk di depan komputer, menyusun laporan-laporan penjualan yang menumpuk dan memberikan seluruh energinya hanya untuk menginput data.

Rasanya, baru kemarin ia mencium pipi Jaehyun di mobil, dan mengucapkan salam perpisahan padanya ketika ia mengantarkan keberangkatannya ke Bandara. Wajahnya yang terlihat lesu dan menggemaskan secara bersamaan kala itu, mengingat keduanya yang akan menjalani hubungan jarak jauh.

Ah, bicara tentang Jaehyun, membuat Ha-eun teringat bahwa ia belum berkomunikasi sepatah katapun dengannya hari ini. Lantas, ia kembali meraih tas slin bag-nya di atas meja dan merogoh ponsel di dalamnya. Mencari satu nama di kontaknya, lalu memencet tombol telepon dan menempelkan benda pipih itu pada telinga kanannya. Sembari tersenyum manis—menunggu, berharap seseorang di seberang sana menjawab dengan suara lembut yang selalu menjadi candu.

--°HEART_BREAK°--

Pintu kamar mandi yang didominasi cat berwarna putih tersebut terbuka setelah seseorang membuka kenop pintu. Menampilkan jaehyun yang melangkah keluar dengan tubuh yang terbalut  bathrobe lembut berwarna putih, serta sebelah tangan yang tak kunjung berhenti mengusap rambutnya yang basah menggunakan handuk.

Ia mendudukkan tubuhnya pada tepian ranjang sembari masih terus mengeringkan rambutnya, sampai atensinya teralihkan pada layar ponsel yang menyala di atas meja nakas di samping tempat tidurnya. Membuat gerakan tangannya memelan.

Tanpa pikir panjang, ia meraih benda pipih tersebut untuk melihat siapa yang menghubunginya. Namun setelahnya, bukannya mengangkat, ia malah terdiam cukup lama sembari memandang lekat layar ponselnya yang tengah menampilkan nama ’Ha-eun’ tertera di sana.

Heartbreak | Lee TaeyongWhere stories live. Discover now