Heartbreak 16

84 61 9
                                    

Anyyeoong 👋🏻
Jan lupa vote + comment yaa cantik²ku ☺️

Maaf kalo ada typo, aku lagi males nge-revisi soalnya 🙏🏻😁

Happy reading ^^
___________________________

Mobil hitam itu berhenti di sebuah pekarangan rumah sederhana yang tak terlalu besar. Yang dari dalam lampunya menyala terang, juga halaman depannya yang terdapat taman kecil nan asri. Ha-eun memandang itu dalam diam.

"Ayo."

Ia menoleh ke samping kala suara lembut itu tiba-tiba terdengar. Taeyong, laki-laki itu menatapnya sekilas seraya melepas sabuk pengaman. Menemukan itu, Ha-eun mengangguk singkat. Ia turut melepaskan sabuk pengaman dari tubuhnya lantas menarik handle pintu mobil. Namun detik berikutnya, ia berdiri dalam keadaan kikuk. Ia memandang Taeyong di sebelah sisi mobil yang lain. Laki-laki itu menatapnya, lalu menggerakkan sebelah tangannya seolah mempersilahkan dirinya untuk melangkah masuk.

Sementara Ha-eun berjalan mendekat, Taeyong menarik sedikit kedua sudut bibirnya ke samping dengan gerakan kikuk. Hingga kemudian mereka melangkah beriringan menuju pintu utama.

Taeyong tidak tahu pasti tepatnya berapa bulan sekali ia pulang ke rumah ini. Semenjak bekerja di Neo Corp, ia memilih untuk tinggal sendiri di sebuah Apartemen yang jaraknya jauh lebih dekat dengan perusahaan. Ia jarang pulang karena sibuk dengan pekerjaan. Padahal jika mau menyempatkan waktu sedikit saja, dirinya bisa mendatangi rumah ini kapan saja karena jaraknya pun tak sejauh itu. Karena itu, ia tak begitu tahu mengenai kabar di rumah. Ia tak tahu apa saja yang telah terjadi selama dia tak lagi tinggal di sini. Dirinya benar-benar buta suasana rumah. Jadi di tengah langkahnya kala itu, ia bertanya-tanya menganai hal lucu apa yang terjadi saat telinganya mendengar gelak tawa dari arah Dapur.

Ia menoleh ke samping—menatap perempuan yang kini berjalan dalam diam di sebelahnya. Ha-eun pun melakukan hal yang sama. Hingga keduanya kembali memalingkan wajah ke depan secara bersamaan.

Dan setibanya di pintu Dapur, Taeyong menemukan ketiga anggota keluarganya telah duduk di sana. Di bawah lampu yang menyala terang itu, Ayah dan Mark tampak saling bercanda satu sama lain. Sementara Ibu sibuk menata berbagai hidangan di atas meja makan. Sesaat, muncul kekehan dari bibirnya—tanda bahwa mereka benar-benar menikmati suasana hangat itu bersama-sama.

"Ibu!..." panggilnya kemudian. Dan detik berikutnya, ketiga orang itu mengangkat pandangan—menoleh ke arahnya di waktu yang bersamaan. "Kami datang." Ia menoleh ke samping di mana Ha-eun berdiri tepat di sebelahnya.

Namun berbeda dengan perempuan itu yang bersamanya sejak beberapa menit lalu, air mukanya kini berubah drastis. Bibirnya tersenyum manis, lantas membungkukkan badannya sekilas. "Salam," sapanya. Melihat itu, sejenak berhasil membuat Taeyong terdiam.

"Ha-eunnnn!!!" Sementara di depan sana, Ibu memekik tertahan. Dia melangkah mendekat lantas menempelkan kedua pipinya dengan milik Ha-eun layaknya teman lama. Dan hanya dengan begitu saja, sambutan hangat lantas terjadi. "Bagaimana kabarmu, hmm?" tanya Ibu.

Ha-eun tersenyum. "Baik, Bibi," jawabnya. "Bagaimana dengan Bibi?"

"Eyy, bukankah aku sudah memintamu untuk jangan memanggilku seperti itu? Panggil saja dengan sebutan Ibu."

Mendengar itu, Ha-eun terkesiap. "Ah, iya Ibu. Maaf."

Ibu Taeyong tersenyum. "Tak apa, kau hanya belum terbiasa. Kabarku juga baik. Ibu sangat berterima kasih karena kau sudah mau datang."

"Ah, tidak Ibu. Saya yang berterima kasih karena sudah repot-repot mengundang saya untuk makan malam."

"Santai saja." Lagi-lagi, Ibu tersenyum lebar. "Ayo, silahkan duduk. Kau pasti lelah baru pulang kerja ya?" Ibu lantas menuntunnya untuk segera duduk. Dan Ha-eun hanya menanggapinya dengan tersenyum dan mengangguk.

Heartbreak | Lee TaeyongWhere stories live. Discover now