Heartbreak 09

115 94 8
                                    

Taeyong terduduk di lantai sembari menyandarkan punggungnya pada ranjang. Kedua sudut matanya berkerut, bahkan bibirnya sedari tadi tak henti-hentinya mengulas senyum.

Ia tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya hari ini. Banyak kejadian-kejadian tak terduga yang ia alami. Dimulai dari Ha-eun yang semalam menerima ajakannya untuk menonton film bersama, hingga saat-saat di mana mereka saling bertatapan di dalam bioskop tadi.

Ia menyandarkan kepalanya pada kasur hingga pandangannya disuguhkan dengan langit-langit kamar. Lengan kirinya terangkat ia gunakan menutupi mata, bersamaan dengan kedua kelopaknya yang memejam. Aaaah... Bahkan dirinya sama sekali tak pernah membayangkan jika harinya akan seindah ini. Pada awalnya ia hanya mengira hari ini akan biasa-biasa saja meskipun bersama Kang Ha-eun, seperti biasanya. Namun kali ini, nyatanya Tuhan berkehendak lain.

"KAK TAEYONG!!" Taeyong terlonjak. Ia sontak menyingkirkan lengannya dari wajahnya bersamaan dengan pandangannya menatap ke arah sumber suara.

"Ah, anak ini," gerutunya dalam hati. "Kenapa kau selalu berteriak, Mark? aku di depan mu, tidak perlu berteriak seperti itu." Ia heran, tidak di telepon, tidak berbicara secara langsung. Kenapa Mark suka sekali berteriak? sepertinya hal itu telah menjadi kebiasaannya sejak kecil.

Di ambang pintu, Mark berdecak. "Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Kenapa kau berteriak-teriak huh?! aku bahkan sempat berpikir bahwa apartemen ini berhantu, dasar!"

Dan mendengar itu, Taeyong terkekeh singkat ."Tidak ada."

Mark mendengus. "Shh... Tidak jelas!" Ia hendak ingin kembali menutup pintu, namun kembali ia urungkan ketika mengingat, "Kak, apa kau tidak memasak? Tidak ada makanan sama sekali di dapur."

Taeyong menggeleng. "Tidak, aku tidak memasak." Memang benar, pagi tadi ia tidak sempat memasak karena bangun terlambat. Lalu menjemput Ha-eun dan setelahnya pergi menonton bersama hingga sore.

"Ck, tumben sekali? By the way, aku lapar." Mark mengernyit.

"Di Dapur masih ada beberapa mie instan, makan saja itu."

Sudah ia duga, Kakaknya pasti akan menyuruhnya memakan itu. "Aku bosan... masakkan makanan untukku sebentar, ya?" pinta Mark.

Taeyong memutar bola matanya malas. "Tidak. Aku lelah. Aku mau mandi." ia beranjak dari duduknya dan melangkah menuju kamar mandi, mengabaikan Mark yang terus memohon.

"Kak, ayolaaah. Perut ku bahkan sakit saat ini. Sepertinya Maag ku kambuh."

"Beli saja kalau begitu."

"Uangnya?" Mark mengangkat kedua alisnya seraya menengadahkan tangan.

Euh, di mata Taeyong bahkan mirip seperti pengemis. "Ambil saja di dompetku," ucapnya, menunjuk ke arah jaketnya yang tergeletak di atas kasur.

Senyuman lebar lantas tersungging di bibir Mark, bersyukur uang sakunya tidak jadi berkurang. Ia lantas melangkahkan kakinya mendekat ke arah pakaian Taeyong tergeletak, lalu merogoh dompetnya dan mengambil beberapa nominal di dalamnya.

Sedangkan Taeyong, diam-diam ia tersenyum melihat tingkah lucu adiknya ketika berhasil mengambil beberapa lembar uang di salam sana. Ya... ia tidak masalah jika Mark mengambil seluruh isi di dalam dompetnya. Daripada bocah itu berakhir dengan perut melilit dan terbaring di bangsal rumah sakit karena penyakit Maag yang di deritanya. seperti beberapa tahun yang lalu.

Dan berujung dengan dirinya yang mendapat omelan dari kedua orang tua mereka karena tak becus merawat adik semata wayangnya.

--°HEART_BREAK°--

Heartbreak | Lee TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang