way back home_1.webm

4.5K 344 111
                                    

Punya mantan yang luar biasa itu benarlah malapetaka.

Setidaknya, itu bagi seorang Shim Jaeyun.

Kata orang-orang, dia itu tolol. Bisa-bisanya mahasiswa berprestasi kampus yang sudah dua tahun jadi pacarnya ia putuskan dengah alasan sereceh 'mau fokus skripsian aku, Kak.' dan berlalu begitu saja. Untuk mendapatkannya perlu usaha setengah mati bagi banyak orang dan Jake, orang yang terpilih untuk menemani Lee Heeseung, malah melepaskannya.

Kalau dibilang masih cinta atau tidak, Jake dengan jujur akan mengatakan "masihlah!".

"Kak Heeseung sekarang lagi koass stase akhir, lho. Nggak lama lagi dia Sumpah Dokter."

Ucapan Sunghoon pada malam hari di dalam warung kopi yang biasa mereka jadikan 'base camp' untuk nugas pun sedikit mendistraksi Jake.

Jake, yang sedang mumet mengoperasikan aplikasi SPSS untuk mengolah data kuisionernya, mengangguk. Dia akui dis sempat berhenti mengetik dan sirkuit otaknya macet mendadak."Hu-um, tau," responnya singkat.

"Tau dari mana lo?"

"Liat story Instagramnya."

Bohong jika Jake tidak masih memperhatikan dengan detail mengenai mantan kekasihnya. Dia memantau dengan sangat baik dari media sosial--memandang dari kejauhan tanpa menggapainya seperti yang dulu pernah ia lakukan.

"Balikan sana," saran Sunghoon sambil menyeruput kopi hitamnya. "Baru enam bulan putus gini. Masih ada waktu buat ngeperbaikin."

"Gue udah sering bilang ke lo, Hoon, kita berdua aja nggak tau apa yang rusak." Jake tertawa getir sambil menatap layar laptopnya.

Dia jadi teringat beberapa bulan lalu di waktu yang sama, dia akan menantikan ponselnya berdering karena telepon masuk. Tertawa lepas sambil Jake curi-curi waktu menyusun bab skripsinya. Pukul tiga pagi, saat ponselnya mulai panas, pembicaraan baru ditutup.

Sunghoon mendengus. "Yang rusak itu lo karena jadiin skripsi sebagai alasan putus," cemoohnya dan Jake berusaha menulikan telinga. "Kak Heeseung nggak jadiin alasan dia koass buat putus, bisa-bisanya lo ...."

"Udah, ah, jangan dibahas." Jake menatap tajam Sunghoon yang masih setia memasang wajah meledek. "Gue sadar, kok, gue bodoh banget dengan mutusin Kak Hee. Berhenti ngomongin gituan mulu, capek gue dengernya."

Setelah ucapan bernada final dari dirinya sendiri Jake lontarkan, Jake kembali berpusing-pusing ria mengerjakan data skripsinya. Sunghoon sendiri juga kembali ke pekerjaannya sambil lanjut menyesap kopinya.

"Lo nggak tau aja, Jake, sampai detik ini Kak Hee masih suka nanyain lo."

Jake masih menatap layarnya ketika dia bergumam singkat, "hm, tau. Lo pernah kasih tau gue."

Sunghoon mendengus pelan. "Yah, gue kasih tau lagi sekarang."

 
 
.
  
 
"Kalau mau tidur sebentar, tidur aja dulu. Jangan paksain bangun, Hee, nanti lo yang ambruk."

Suara Jay berhasil mengusik Heeseung yang tengah menyusun laporan kasus pasien di ruang istirahat khusus anak koass. Dia menoleh dan menemukan teman sejawatnya itu masuk ke dalam ruangan sambil membawa teh kalengan yang kelihatannya panas.

"Belum ngantuk, Jay," balas Heeseung sambil senyum tipis. "Mana bisa ngantuk kalau kayak gini."

Jay mendengus. "Tapi lo belum tidur, kan, seharian ini."

Heeseung meringis. Dia melirik arloji di tangannya. Sudah pukul dua pagi. Dia tetap terjaga dari jam empat pagi kemarin.

"Jadwal gue jaga jam empat nanti selesai. Abis itu gue masuk lagi jam dua belas siang, bisa istirahat di jam segitu." Tepat setelah Heeseung menjawab, dia menguap kecil dan membuatnya buru-buru menutup mulutnya.

Restricted.exe • All x HeeseungWhere stories live. Discover now