head off the cloud.wav

877 70 10
                                    

Rasanya malu ketika Heeseung berjumpa dengan matanya--bahkan ketika kejadian itu hanya menyita sepersekian detik dalam hidupnya. 

"Memangnya boleh secanggung itu?" Sunghoon pernah mengucap itu kepadanya, intonasinya main-main dengan dorongan ringan pada bahunya, yang diiringi oleh pembelaan dari rasa malu oleh Heeseung. Saat itu dia tidak menemukan alasan, tidak ada satu pun kalimat di benaknya yang dapat menjawab pertanyaan dari Sunghoon tersebut.

Jatuh cinta itu memalukan.

Terlebih ketika ia jatuh cinta pada di usia yang mungkin bisa dibilang sudah lewat masanya. Padahal dalam pembelaan Heeseung, ia masih muda. Usia dua puluh dua tahun masih terhitung muda. Lagian siapa yang memberi larangan untuk bercinta pada usia tertentu?

Heeseung pun tidak cinta pada pandangan pertama. Terlalu klise.

Heeseung jatuh cinta pada lembut tutur katanya ketika berbicara kepada semua orang. Heeseung jatuh cinta pada bagaimana tawanya pecah bagai gelembung udara yang tertiup lembut angin--ringan dan tanpa beban. Heeseung jatuh cinta pada bagaimana ia meletakkan seluruh hatinya pada lengannya, tidak ada yang disembunyikan sehingga kerlipan matanya dapat menjadi tafsiran jelas.

Ketika mereka bertemu dan ia menyapa, "hai Heeseung" ketika seharusnya ada prefiks 'Kak' di sana mengingat secara de facto Heeseung lebih tua darinya, Heeseung tidak mendapati dirinya untuk marah dan malah merona sambil secara perlahan berusaha membalas sapaan tersebut.

"Ini sudah mau malam." Suatu hari langkah Heeseung tercegat ketika mendapati pemuda yang menyita seluruh ruang di hatinya itu berbicara kepadanya. "Pulang naik apa? Mau aku anterin?"

Heeseung berusaha menjawab, tetapi ucapannya ia telan bulat-bulat ketika--entah bagaimana--pada akhirnya Heeseung duduk di jok belakang motor sang pemuda impiannya.

(Secara diam-diam, Heeseung mengabadikan momen itu. Di otaknya dengan hidungnya, ia sesap dalam-dalam harum tubuh maskulin yang bercampur dengan aroma jalan raya. Di memorinya dengan kameranya, ia potret diam-diam punggung tegap nun lebar itu sembari berpikir bagaimana bila ia menyandarkan kepalanya dan seluruh mimpinya di bentangan tersebut.)

Apabila Heeseung memejamkan matanya, ia masih mengingat momen tersebut dan ia mendapati dirinya tersenyum bagai anak bodoh. Untuk beberapa saat, ia mengabaikan pekerjaannya dan mendapati dirinya menari dalam skenario bodoh di mana Heeseung dapat bersanding dengannya tanpa keraguan.

"Gue rasa dia tau soal perasaan lo. Kenapa gak coba bilang ke dia aja? Dia anak baik, pasti direspon baik juga." Mungkin tak hanya Sunghoon, Jongseong juga kelihatannya jengah dengan segala paradigma Heeseung mengenai pujaannya.

"Gue juga gak tau apa yang Heeseung tunggu. Kalau dia bilang perasaannya, kemungkinannya cuma dua. Diterima atau ditolak." Sunghoon menimpali, satu tangannya merangkul bahu sempit Heeseung sambil berdecak. "Kalau ditolak pun dia gak akan jauhin lo. Dia terlalu baik buat itu."

Penolakan itu adalah hal yang menakutkan bagi Heeseung.

Terlebih ketika ia tahu bahwa ia sebenarnya tidak pernah punya kesempatan sejak awal ia jatuh hati.

   

   

"Jungwon, kamu punya pacar?"

"Hm?" Lawan bicaranya menoleh ke Heeseung. Kali ini mereka hanya berdua saja, di sudut ruangan dengan satu laptop yang tadinya sempat menyala aplikasi Zoom yang terpaksa mereka gunakan berdua karena minimnya sinyal di ruangan ini.

Heeseung merasa malu. Dia pun tak tahu keberanian dari mana yang timbul pada dirinya sehingga ia dapat bertanya demikian. "Eum, gak usah dijawab kalau gak nyaman." Heeseung dengan buru-buru menambahkan. Dia bahkan merasa kagum bahwa ia sama sekali tidak tersendat. "S-Soalnya aku gak pernah liat kamu ... sama cewek? Oh, atau cowok."

Jungwon, lawan bicaranya itu, tertawa kecil. "Ohh, hahaha, gapapa gapapa." Jungwon kemudian mengangkat tangannya ke tengkuknya sendiri--menggaruknya dengan gestur yang canggung. "Gak pernah. Gak kepikiran dan gak tertarik dulu soalnya masih mau fokus sama diri aku sendiri. Mungkin dalam lima atau sepuluh tahun lagi aku baru mikirin? Gatau juga sih, hahaha, gak berani nebak."

Heeseung terdiam.

"Kamu sendiri gimana, Hee?"

"A-Ah, aku ... aku gak punya pacar juga." Heeseung tersenyum canggung. Kakinya sedikit bergetar di bawah meja. "Harapannya mau segera punya pacar, sih, hehe."

Bibir Jungwon membentuk senyum cerah sebelum ia menjentikan jarinya. "Ah, serius? Aku juga punya temen dari divisi sebelah, dia juga cari pacar dan mungkin cocok sama kamu, Hee. Namanya Ni--"

.

head off the cloud : selesai

.

A/N : the title came from Niki's Take A Chance With Me (in the version that they didnt take the chance)

Akhirnya aku kembali menulis :D Ini sedikit menyempatkan waktu sih karena aku masih koass dan baru naik ke tahun kedua, tapi setidaknya I'm happy I was able to write again

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Akhirnya aku kembali menulis :D Ini sedikit menyempatkan waktu sih karena aku masih koass dan baru naik ke tahun kedua, tapi setidaknya I'm happy I was able to write again. Howdieee? 

Makasih yang udah mau baca :D


Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: Jan 12 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

Restricted.exe • All x HeeseungDove le storie prendono vita. Scoprilo ora