tertanda, sunoo.pptx

3K 284 31
                                    

Sunoo terdiam saat menatap kakak kelasnya, yang sedikit lebih tinggi darinya, menyodorkan selembar amplop berwarna biru langit ke arahnya.

"Ini apa, Kak?" tanya Sunoo sopan. Dia tidak mau bermasalah di sekolah ini karena dia masih anak kelas satu dan Sunoo tahu pemuda di hadapannya ini adalah anak kelas tiga. "Apa ini untukku?"

Kakak kelas itu mengangguk kecil.

Sekali pun ia lebih tinggi, Sunoo bisa melihat tubuhnya cukup ramping dibandingkan remaja seusianya. Sunoo berani bertaruh ada kemungkinan besar bahunya lebih lenar dari kakak kelasnya itu. Belum lagi wajahnya yang terkesan kecil itu dibingkai dengan kacamata bulat; cantik dan manis.

Eoh, Sunoo juga sering dipuji cantik. Akan tetapi, kakak kelasnya ini adalah kategori lain dari cantik dan Sunoo pikir dia tidak akan bosan melihat wajahnya.

Sunoo menerima surat itu dari kakak kelasnya. Jantungnya sedikit berdegup, apa jangan-jangan surat cinta? Ah, meski sejak hari pertama Sunoo berada di sekolah ini, dia menyadari bahwa banyak sekali pasnag mata tertuju kepadanya ... Agak mengejutkan jika ada kakak kelas secara terang-terangan langsung memberikannya surat. Kebanyakan juga hanya berani menyatakan pesan cinta via DM.

Lagipula surat itu terkesan old school sekali.

"Boleh aku buka sekarang, Kak?"

Kakak kelas itu mengangguk. "Boleh."

Ini kali pertama Sunoo mendengar namanya dan ia pikir ia langsung jatuh hati. Matanya melirik tanda pengenal yang tersemat pada lawan bicaranya.

Lee Heeseung.

Nama yang cukup unik dan bagus.

Dengan sedikit senyum dan wajah yang agak memerah tanpa alasan pasti, Sunoo membuka amplop surat tersebut dan membacanya dengan seksama.

"Ah, surat undangan khusus untuk jadi komitee disipliner OSIS." Bohong jika Sunoo tidak mengharapkan bahwa surat itu adalag pernyataan cinta. "Kakak ketua komite-nya, ya?"

Heeseung mengangguk lagi lalu membungkuk singkat. "Aku Lee Heeseung, salam kenal Sunoo."

Sunoo balas membungkuk kecil. "Ah, ya ..
Aku jadi merasa tidak enak karena Kakak mengundangku langsung, tidak seperti anak-anak lain yang harus melewati tes."

Tatapan Heeseung kali ini menyorot bingung. "Komite Disipliner tidak pernah dipilih lewat tes. Kami selalu merekrut orang secara pribadi, kami punya penilaian tersendiri," jelas Heeseung.

Jawabannya cukup masuk akal. Sunoo membaca kembali surat tersebut di tangannya.

"Baiklah. Akan aku pikirkan, Kak. Terima kasih atas kesempatannya."

Sunoo tidak ada niat menolak.

Lagipula, siapa yang mampu menolak kerika Heeseung terlihat semanis itu di matanya?

.

.

.

Ini sudah lima bulan setelah Sunoo bergabung ke komite disipliner dan dalam waktu dekat, Heeseung akan lengser dari jabatannya kemudian fokus sepenuhnya untuk ujian.

"Sunoo--!"

Bibir Sunoo membentuk senyum tipis saat melihat raut manis kakak kelasnya itu kini dipenuhi rasa kekhawatiran. Selagi Sunoo menyudutkan Heeseung di ujung ruang kelas, tangannya bergerak untuk membuka kacamata bulat tersebut dari mata Heeseung.

Mata Heeseung jauh lebih indah tanpa kacamata.

"Kakak, kan, sudah jadi ketua komitee disipliner dengan catatan sekolah yang bersih," bisik Sunoo kemudian memperlebar senyumnya. Matanya menghilang saat tengah tersenyum dan Sunoo tahu itu adalah kelemahan Heeseung.

Restricted.exe • All x HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang