cheerleader.webm

2.6K 224 12
                                    

"Operasinya sakit, Kak?"

Heeseung tengah bermain ponselnya--sekedar daily check in permainan daring yang ia mainkan agar poinnya tidak berkurang--ketika suara orang lain terdengar dan jelas-jelas mengajaknya bicara. Itu berhasil membuat atensi Heeseung teralihkan dari layar pipih ponselnya.

"Eh, Jakey," kata Heeseung. Dengan perlahan, dia beringsut sedikit dari posisi duduk sebelumnya. Kasurnya tidak luas, untuk ditempati dua pria dewasa terasa sempit. "Yah, just a little bit."

"Just a little bit~ just a little bit~" Pemuda asal Australia yang menjadi lawan bicara Heeseung saat ini malah menyenandungkan lagu baru mereka. Itu membuat Heeseung terkekeh sambil mematikan layar ponselnya. "Aku tanya serius, Kak Hee. Sakit?"

Heeseung melayangkan ekspresi berpikir. Bibirnya mengerucut, satu tangannya mengelus dagunya sendiri. "Hmmm, lumayan? Tapi sungguh, tidak sesakit itu." Heeseung kemudian menunjukan kakinya yang dibalut perban. "Hanya dibius di bagian kaki saja. Malahan aku bisa melihat seluruh prosesi operasinya."

Jake mengangguk-angguk. Pemuda Scorpio itu mendudukan dirinya di sebelah Heeseung dengan hati-hati--menghindari menyakiti badan sang kakak tertua yang sudah lebih dahulu sakit. "Susah, ya, kalau digerakin?" tanya Jake lagi.

"Iya. Sakitnya juga masih tertinggal, tapi jauh lebih baik daripada sebelumnya," jelas Heeseung. Dia menoleh ke Heeseung lalu tersenyum ke Jake. "Terima kasih, ya, tadi sudah menggendongku sampai kasur."

Jake tertawa. Tawanya renyah dan merdu, Heeseung selalu suka suara tawanya. "Iya, gak apa-apa. Itu malahan udah jadi kewajibanku," tanggap Jake.

Satu tangannya terangkat untuk menyingkap poni Heeseung yang sudah mulai panjang, wajah Heeseung terasa panas saat menerima gestur lembut tersebut. Akan tetapi, Heeseung tutupi dengan dengusan setengah meledek setengah malu yang ia tahu Jake pasti bisa mengenalinya.

"Kewajiban apanya." Heeseung mencebikan bibir.

Mata Jake menyerling. "Ya, jelas, dong, itu kewajiban. Kakak, kan, orang yang aku sayang." Tangan Jake kini turun untuk menangkup pipi Heeseung. Heeseung yakin panas suhu wajahnya sudah teraba oleh pemuda Australia ini. "Kalau Kakak sakit, aku yang jagain Kak Hee. Kalau aku yang sakit, sebaliknya. Susah senang sama-sama."

Manis sekali ucapannya. Heeseung terbatuk kecil dalam rasa malunya. Ingin mengalihkan pandangan, tetapi Jake mengunci pergerakannya--malahan ibu jarinya kini mengelus lembut tulang pipi Heeseung dan rasanya Heeseung semakin malu saja. Ia hanya melihat ke arah kerah kemeja Jake yang tengah ia pakai.

"Tapi aku seringnya ngerepotin kamu, Jakey," gumam Heeseung. Dia merasa sedikit sedih saat mengingat bagaimana Jake selalu ada untuknya. Membuatkan ramen tengah malam, menemaninya berbincang di waktu dini hari, memberikan perhatian lebih ke hal-hal kecil, dan banyak hal lainnya.

Heeseung merasa memiliki tim sorak khusus yang anggotanya hanyalah Sim Jaeyun. Itu menyenangkan; diperhatikan dan didukung selalu oleh orang lain itu menyenangkan. Hanya saja Heeseung sedikit merasa bersalah, hidup Jake tidak hanyalah berfokus kepadanya.

"Aku tidak merasa direpotkan, kok." Satu tangan Jake kini ikut menangkup sebelah pipi Heeseung. Jadilah kedua pipi Heeseung ditangkup dan diarahkan untuk menatap wajah Jake yang kelewat tampan. Matanya yang menyorot serius, bibir tebalnya yang sedikit kering, rahangnya yang tegas ... Heeseung menggigit pipi bagian dalamnya.

"Kenapa juga aku harus merasa direpotkan oleh pacarku sendiri?"

Blushh.

Malu.

Malu sekali.

Dengan buru-buru, Heeseung langsung melepaskan tangan Jake dari kedua pipinya. "Apaan, sih?!". Jake terlihat puas sekali, ada seringai lebar di wajahnya.

Sialnya, tampan.

Heeseung menggigit pipi bagian dalamnya dengan lebih keras. Sangat keras malahan sampai-sampai ia tidak sadar bahwa giginya sudah mengoyak lapisan tipis pipi dalamnya dan membaut Heeseung mengaduh keras. "Aduh!"

"Eh, kenapa, Kak?!" Ekspresi panik Jake langsung terlihat. Matanya membesar lebar, lucu sekali. Heeseung mungkin akan fokus pada wajah itu bila saja tidak merasakan sakit di pipi dalam sebelah kirinya bersamaan dengan anyir darah yang mulai terasa di rongga mulutnya. "Ada apa?! Apa bekas operasinya sakit?!"

Heeseung menggeleng. Bibirnya kembali mengerucut, otaknya mengutuk diri sendiri karena telah berbuat bodoh ketika sedang malu. "A-Aku gak sengaja gigit pipiku sendiri ... " cicit Heeseung lalu menatap galak Jake. "Karena kamu ngomong aneh-aneh, tahu!"

Alis Jake menukik sejenak sebelum dia terkekeh. Pemuda itu mendekatkan dirinya ke Heeseung. Kedua bahu mereka saling menempel. Sebelum Heeseung bisa mempertanyakan apa yang mau Jake lakukan, telapak tangan pemuda itu mendarat di atas pahanya yang terbalut celana pendek setengah paha. Bagian jari manis sampai kelingking Jake mengenai kulitnya dan itu membaut Heeseung berjengit kecil.

"Jadi sariawan dong, ya?" tanya Jake. Sekilas Heeseung bisa melihatnya membasahi bibir bawahnya dengan cepat.

Heeseung berpikir sejenak.  "Kayaknya," kata Heeseung. "Harus buru-buru minum vitamin C terus dikasih obat. Nanti makin sakit."

"Sini, sini." Jake kembali mendekat. Kali ini mereka benar-benar seolah tanpa jarak. "Kasihan Kak Hee. Aku obatin dulu sini."

"Pakai apa--"

Ucapan Heeseung terputus karena bibirnya sudah lebih dahulu diperangkap oleh bibir tebal Jake.

Urgh, tim sorak pribadi milik Heeseung terkadang memang sedikit mesum.

.

cheerleader : selesai

.

A/N : Apaan sih yang aku tulis wkwk.

Cepet sembuh Heeseung sayang :( <3 Kalau nanti mau apa-apa tinggal panggil 6 selirmu di dorm ya, mereka pasti jagain kok <3

Kalian jaga kesehatan ya. Jangan lupa makan, jangan terlalu capek.

Makasih udah mau baca <3

Bonus foto Jakeseung lamaran untuk kalian sksksk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bonus foto Jakeseung lamaran untuk kalian sksksk

Restricted.exe • All x HeeseungWhere stories live. Discover now