stained shirt.jpeg

2.8K 188 13
                                    

warning : ini mungkin bakal nsfw secara implisit.

pairnya? tebak sendiri hehe. clue : hybe, lebih muda, tinggi.

.

.

Mereka selalu tidak punya waktu.

Di dalam ruang sempit, di bawah tangga, di balik pintu--apapun yang mereka lakukan, mereka selalu terburu. Tidak ada pilihan selain melakukannya sebisa mungkin tanpa lihat kondisi dan waktu. Hanya sentuhan ringan lalu keduanya akan luluh.

"Buka mulutnya, Kak," bisik yang lebih muda dengan nada suara mengalun lembut. Berbanding terbalik dengan bagaimana tangan besarnya menggerayang di tepi pinggir sang lawan main, berusaha menjejak tiap incinya dengan detail tanpa ada yang terlewat. "Aku mau dengar suara Kakak."

"U-Urgh." Napas beraroma cookie pekat itu terasa jelas. Bibirnya masih kaku setelah pagutan panas yang baru beberapa detik berlalu. "N-Nanti berisik."

"Tidak akan. Hanya aku yang akan mendengar suara indahmu." Tangan tersebut semakin naik ke punggung. "Percaya denganku, Kak Heeseung."

Ada satu hal yang paling dirinya suka, yaitu bagaimana sang pemuda yang lebih muda memanggil namanya.

Mata bulat Heeseung bertemu dengan mata yang sedikit tajam milik lawan bicaranya. DIa melihat rupa tampan. Terpahat sempurna tanpa cela. Heeseung ingin jatuh ke dalamnya dengan semakin dalam.

"Oke." Heeseung bernapas dengan berat. "O-Oke. Aku tidak akan menahan s-suaraku."

Ada senyum kemenangan yang terpatri di sana bersamaan dengan semakin menempelnya tubuh mereka. Ada ketegangan di selatan tubuh mereka yang masih terbalut jins dan ada keinginan lebih dari tiap helaan udara mereka yang bersatu.

"K-Ka--K-Kai, hhh."

Daging basah sang lawan main menjelalahi leher Heeseung selagi mereka bergerumul panas di sudut ruang, di balik kegelapan muram. Tak ada yang tanggal selain celana Heeseung, fabrik kain mereka hanya sekadar berantakan selagi yang lebih muda terus memahat karya visual di kulit porselen dan juga menjadi komposer akapela murni dari Heeseung.

Sekali lagi, dan akan terus diulang tanpa suara bagi keduanya, mereka tidak punya waktu.

"Thank you for the quickie, Kak." Kai mencium lembut kedua mata Heeseung yang masih terduduk lemas di pangkuannya. "Mau tidur dulu di sini?"

Heeseung tahu seharusnya dia bangkit.

"Mau," lirih Heeseung lembut. Dia mengadah sejenak, menatap wajah tampan yang selalu ingin ia beri tanda bahwa itu adalah miliknya sejak hari kesekian mereka berjumpa. "Apakah aku b-berat?"

"Tidak. Kamu ringan seperti kapas, Kak," jawab Kai dan ada kilat inosen di matanya--jauh berbeda dari apa yang telah dia lakukan hampir lima menit yang lalu. "Mari kita tidur sebentar. Kak Soobin tidak akan mencariku sampai pukul tujuh."

Kemudian yang lebih muda membungkuk, mencium Heeseung secara penuh di bibir. Heeseung melenguh, membalas ciumannya dengan satu tangan menangkup rahang tegas di depannya.

"Jay akan mencariku," sela Heeseung selagi tangannya snediri menjamah bahu lebar yang terbalut kaus basah keringat. "Dan dia akan bertanya-tanya kenapa ada bekas kemerahan di tubuhku."

"Hu-um, Tyunie juga sama." Kai menjilat sudut bibir Heeseung dengan sensual sebelum kembali menyeringai jenaka tanpa rasa bersalah. Ibu jari besarnya mengusap pipi berisi milik Heeseung dan Heeseung tidak bisa untuk tidak menyamankan dirinya dalam sentuhan tersebut. "Ini sudah episode kesekian. Kakak sudah bisa menjelaskannya dengan baik, kan?"

Heeseung mengangguk. Untuk kesekian kalinya, mereka kembali mengabaikan seluruh dunia dan saling memagut hanya untuk berdua.

Karena selain tidak punya waktu, baik Heeseung dan Kai sama-sama tidak punya satu sama lain.

.

stained shirt : selesai

.

A/N : HAHAHAHA GILAK

Makasih yang udah mau baca <3 jangan lupa jaga kesehatan selalu yaaa

Restricted.exe • All x HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang