🌼 TW chapter 3

156K 18.2K 741
                                    

Happy Reading ◜‿◝
Typo? Silahkan komentar!

"Mba liat ada anak kecil laki-laki nggak keluar dari toko ini?" Reina mencoba bertanya pada salah satu pegawai di toko baju anak-anak itu.

"Maaf Bu saya nggak liat," jawab pegawai itu.

"Oh yaudah mba makasih," ucap Reina berjalan keluar toko.

Ia mulai panik sekarang. Ia mencoba mencari di toko-toko mainan anak-anak mungkin saja Davin ada disana. Tapi hasilnya tidak ada. Reina sudah panik dan khawatir ia mulai meneteskan air matanya.

"Kenapa bisa sampe nggak sadar sih kalo Davin pergi?" batin Reina kesal pada dirinya sendiri karena lalai saat menjaga Davin.

Saking paniknya ia tidak terpikir untuk lapor ke security mall.

"Mama!" Reina mengenali suara itu, itu suara Davin. Reina menoleh dan melihat Davin sedang digendong seorang laki-laki.

Reina sedikit berlari dan mengambil Davin dari laki-laki itu.

"Davin kemana aja sayang," ucap Reina memeluk Davin.

"Davin adi yiat Papa teyus Davin kejal," (Davin tadi liat Papa terus Davin kejar) ucap Davin.

"Kenapa nggak bilang dulu sama Mama?" tanya Reina. Ia sangat panik saat mengetahui Davin tidak ada di sampingnya. Dirinya juga tidak tau kenapa bisa sepanik itu padahal baru semalam ia bertemu dengan Davin.

"Maaf Mama," ucap Davin.

Reina mengangguk lalu mencium Davin, "Besok lagi kalo mau pergi bilang dulu sama Mama," ucapnya.

Reina menoleh pada laki-laki yang tadi menggendong Davin. Laki-laki yang semalam mengantar ia dan Davin pulang. Entah kebetulan dari mana bisa bertemu lagi hari ini.

"Makasih udah anterin Davin kesini," ucap Reina pada laki-laki itu. Laki-laki itu mengangguk.

"Mama, Davin au akan cama Papa," (Mama, Davin mau makan sama Papa) ucap Davin.

"H-hah? Tadi kan udah makan sama Mama," ucap Reina sedikit kaget saat Davin bilang ingin makan bersama 'Papanya'.

"Api Davin au akan cama Papa," (Tapi Davin mau makan sama Papa) ucap Davin.

"Sama Mama aja ya," bujuk Reina. Ia canggung jika harus makan bertiga dengan laki-laki itu.

Davin melengkungkan bibirnya kebawah tanda akan menangis.

"Gue mau," ucap laki-laki itu tiba-tiba. Reina menoleh.

"Gue mau temenin Davin makan," ucap laki-laki itu memperjelas.

Dan yah sekarang mereka makan bersama di salah satu food court mall. Seperti keluarga harmonis jika dilihat. Tapi nyatanya mereka bertiga tidak saling kenal.

Saat menunggu makanan mereka hanya diam tak bersuara. Antara canggung dan bingung.

"Gue Reina," ucap Reina memulai pembicaraan.

"Davero," ucap laki-laki itu.

"Udah gitu doang? Ngomong apa kek yang lain biar nggak sepi," batin Reina.

Reina menghembuskan nafasnya mencoba mencairkan suasana.

"Lo sendirian?" tanya Reina. Davero mengangguk.

"Udahlah percuma juga gue ajak ngomong ni cowok jawabnya gitu doang," batin Reina kesal.

"Papa, anti Davin au ain cama Papa," (Papa, nanti Davin mau main sama Papa) ucap Davin tiba-tiba.

Davero menatap Davin yang juga menatapnya penuh harap. Akhirnya ia mengangguk.

Davero bisa saja menolak tapi entah kenapa ia dengan gampang mengiyakan permintaan Davin. Reina juga bingung kenapa Davero mengiyakan permintaan Davin.

"Davin yakin mau makan lagi?" tanya Reina memastikan lagi pada Davin. Davin mengangguk.

Setelah makan mereka pergi ke toko baju anak-anak tadi karena Reina belum sempat beli untuk Davin.

"Lo kalo mau pulang duluan aja, gue masih mau nyari keperluan Davin," ucap Reina pada Davero. Pasalnya ia tidak tau kapan ia selesai berbelanja.

"No! Papa nda oyeh pelgi!" (No! Papa nggak boleh pergi!) ucap Davin ngegas.

"Gue temenin," ucap Davero. Aduh pak kok cuma ditemenin sih dihalalin dong. Oke lanjut.

Selama berbelanja Reina kalap dengan keperluan balita lucu-lucu. Jadi ia membeli banyak pernak-pernik untuk Davin. Tapi yang bikin malu adalah semua itu yang membayar Davero. Dia jadi malu dan tidak enak pada Davero. Takut dikira matre.

"Udah gue bayar sendiri aja, tadikan udah lo yang bayar," ucap Reina tak enak.

Ia ingin membayar semua keperluan rumahnya sendiri (kayak sabun, sampo, makanan, dll) . Karena ia tak hanya mengambil keperluan untuk Davin tapi juga dirinya.

"Gue aja."

"Gaada penolakan." sela Davero saat Reina membuka mulutnya.

"Totalnya 3.575.200 pak," ucap sang kasir. Davero menyodorkan kartunya.

Mereka berjalan ke basement untuk mengambil mobil mereka. Dan sekarang Reina sedang membujuk Davin agar mau ditinggal Davero. Sudah cukup banyak ia merepotkan Davero.

"Kan tadi P-papa udah bilang mau main sama Davin, kalo sekarang harus kerja dulu," Reina tergagap saat menyebut kata Papa di depan Davero langsung.

Davin menatap Davero, "Papa janji au emenin Davin ain?" (Papa janji mau temenin Davin main?) tanya Davin.

Davero mengangguk, " Iya janji."

"Oke janji," ucap Davin mengangkat jari kelingkingnya. Davero yang paham akan hal itu pun mengaitkan jari kelingkingnya dengan Davin.

◜‿◝
To Be Continue

Aku coba buat bikin cerita ini nggak kaku-kaku banget jadi aku tambahin kalimat non baku di belakang kalimat intinya

Makasih udah baca cerita aku, ini cerita pertama aku jadi maaf kalo banyak typo.

Jangan lupa vote !
.
.
.
.
Tertanda Mrs.Lee ◜‿◝

THE WAY [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя