🌼 TW chapter 7

141K 16.6K 428
                                    

Mau spill cast Davero hehe. Kira-kira ada yang tau ga dia siapa?

Jangan lupa vote dan komen di setiap chapter!!

Happy Reading
Typo? Silahkan komentar!

↓↓↓↓

Davero berdiri menghadap bangunan-bangunan pencakar langit di depannya. Saat ini dia berada di roof top kantornya melihat pemandangan matahari yang sudah akan berganti bulan. Ia mulai menyalakan rokoknya. Siang tadi pak Rendi sudah datang ke kantornya untuk membicarakan perjodohan bodoh itu. Dan baru saja Papanya juga datang ke kantornya untuk itu. Rencana Davero untuk lembur gagal karena orang-orang tadi menghancurkan mood nya.

"Udahlah, kalo lo kayak gini bukan Davero namanya," ucap Galen menghampiri Davero. Galen adalah salah satu teman Davero yang juga bekerja di kantornya.

Galen tau apa yang sedang di hadapi Davero. Dan bukan Davero namanya kalau tidak bisa menang melawan musuh.

"Yang gue takutin nyokap gue Gal," ucap Davero setelah sekian menit diam menyesap rokoknya.

"Lo itu Davero," ucap Galen seolah mengingatkan siapa Davero sebenarnya.

Galen benar Davero tidak pernah kalah ketika bertanding. Tapi kali ini lawannya adalah Renditama, pengusaha lawas yang terkenal licik. Ia bekerjasama dengan pak Rendi karena keuntungan untuk kantornya sangat besar. Dan kini ia berurusan pribadi dengan orang itu. Bahkan ia tidak berfikir pak Rendi akan menjodohkan dirinya dengan putrinya yang dia saja tidak kenal.

Davero menghela nafas, tak lama ponsel yang ada di sakunya berdering.
Davero hanya menyimak apa yang di katakan sang penelepon. Tanpa ingin menjawab.

"Gue cabut." pamit Davero pada Galen.

Davero melajukan mobilnya menuju sebuah rumah sakit. Ia sedikit berlari memasuki rumah sakit itu.

"Tunggu di luar saja pak, ibu Karina sedang ditangani dokter," ucap seorang suster menahan Davero.

"Arghh!" Davero mengacak rambutnya lalu duduk di kursi tunggu di depan ruang rawat inap Mamanya.

"Gimana dok?" tanya Davero pada seorang dokter yang baru saja keluar.

"Keadaan Mama kamu tadi sempat drop beruntung suster cepat memanggil saya. Dan sebelum Mama kamu pingsan suster bilang Papa kamu datang ke sini."

Baru saja Davero berbalik badan dan ingin beranjak pergi. Dokter itu menahannya.

"Nggak usah ngurusin yang nggak penting, sekarang kamu urusin Mama kamu aja. Dia cuma butuh kamu sekarang," ucap Dokter itu lalu pergi meninggalkan Davero.

Perlahan Davero membuka pintu di depannya. Mata tajamnya seketika melembut melihat sang Mama yang terbaring di brangkar.

Davero berjalan mendekati Mama Karina. Ia meraih tangan Mama Karina yang bebas infus mengusapnya lembut agar Mamanya tidak terusik. Tapi nyatanya Mama Karina menyadari kegiatannya.

"Dav," ucap Mama Karina menatap Davero.

"Mama," jawab Davero sambil tersenyum.

"Mama nggak papa?" tanya Davero. Mama Karina mengangguk tanda baik-baik saja.

Melihat Mamanya yang terbaring lemah Davero mengurungkan niatnya untuk bertanya apa yang dikatakan Papanya tadi.

Davero masih telaten mengusap tangan Mamanya sampai terdengar dengkuran halus. Hari sudah mulai sore Davero berniat untuk membersihkan diri. Ia mandi di kamar mandi ruang rawat Mamanya. Ruang rawat Mamanya adalah president suit room jadi fasilitasnya lengkap.

THE WAY [END]Where stories live. Discover now