🌼 TW chapter 45

92K 12K 1.7K
                                    

Typo? Silahkan berkomentar!
Vote dan komen di setiap chapter ya guys

Enjoy!!
↓↓↓↓

Setelah perjalanan yang cukup panjang akhirnya mereka sampai di rumah Reina.

"Gue bantuin gendong Reina," tawar Vano saat melihat Davin tertidur di pangkuan Davero dan Reina juga tertidur di jok belakang.

"Gak usah, lo bantuin turunin barang-barang aja," tolak Davero langsung melenggang begitu saja memasuki rumah Reina.

"Dikira gue supir taksi kali ya?" Vano melirik punggung Davero sinis.

Tapi tak urung melakukan perintah Davero.

Setelah menidurkan Davin di kamar Reina, Davero kembali turun ke bawah untuk memindahkan Reina. Ia membuka pintu belakang mobil. Sejenak ia mengamati wajah lelah Reina.

Setelah itu ia menyelipkan tangannya di bawah leher dan di belakang lutut Reina. Ia mengangkatnya menuju kamar. Sampai di kamar ia menidurkan Reina di samping Davin.

Laki-laki itu kembali mengamati wajah Reina lalu perlahan ia mendekatkan wajahnya ke kening Reina.

Cup!

Setelah itu ia berjalan menuju meja belajar yang berisi tumpukan kertas milik Reina. Ia mengambil satu kertas dan menuliskan sesuatu di sana. Kemudian ia menaruh kertas itu di nakas Reina.

Ia kembali turun ke bawah dan langsung mengajak Vano untuk pulang. Karena ini hari minggu jadi bu Tari tidak ada di rumah Reina.

//-//

Sedangkan di tempat berbeda namun di waktu yang sama. Seorang perempuan muda bernama Teresa Lylatama, putri tunggal konglomerat kaya raya Renditama sedang berjuang di ICU karena kondisinya yang semakin menurun.

Semalam ia di rujuk ke rumah sakit yang ada di kota karena ia mengalami sesak di dadanya. Karena rumah sakit yang kemarin ia tempati tidak memiliki alat yang cukup memadahi, akhirnya Papinya langsung memindahkannya ke kota.

Sampai di kota ia langsung ditangani oleh dokter. Ia harus melakukan pengambilan sel darah merah yang berlebihan di tubuhnya. Setelah melakukan pengambilan itu kondisi tubuhnya sempat membaik. Tapi pagi tadi tiba-tiba kondisi tubuhnya menurun dan langsung masuk ICU.

"Teresa bisa sembuh kan Pi?" tanya Fenni di pelukan suaminya.

"Kita doain yang terbaik buat Teresa ya Mi," jawab Pak Rendi menenangkan istrinya.

"Teresa nggak boleh pergi sebelum Mami nebus kesalahan Mami, Pi," ucap Fenni.

"Mami udah banyak nyakitin dia, Mami biarin dia hidup sendiri, Mami selalu biarin dia kesepian."

"Teresa nggak akan pergi Mi," ucap Pak Rendi.

Mereka hanya bisa melihat putri mereka dari kejauhan. Karena aturan khusus rumah sakit untuk kunjungan pasien yang dirawat di ruang ICU.

Tak lama setelah itu, ada langkah kaki yang mendatangi mereka.

"Pak Rendi," panggil orang itu.

Pak Rendi dan Fenni menoleh bersamaan.

"Pak Danes," ucap Pak Rendi setelah melihat siapa yang mendatanginya.

THE WAY [END]Where stories live. Discover now