🌼 TW chapter 11

132K 14.6K 62
                                    

Typo? Silahkan berkomentar!
Vote dan komen di setiap chapter ya guys

Enjoy!!
↓↓↓↓

"Awasi terus perempuan itu. Pastikan kalian melakukannya dengan rapi," ucap seorang laki-laki pada sambungan teleponnya.

"Siap tuan." jawab seseorang di seberang telepon.

Laki-laki mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.

"Davero harus terima perjodohan ini," ucap laki-laki di hadapannya. Dia mengangguk sebagai jawabannya.

"Jika dia menolak lagi sepertinya aku harus melakukan sesuatu," ucap laki-laki yang berstatus sebagai Papa kandung Davero itu.

"Bahkan aku sudah menyiapkan sesuatu itu dari jauh-jauh hari," sahut laki-laki di depannya yang bernama Renditama.

//-//

"Si anjing buggy gue di begal!" umpat Vano. Sedangkan seseorang yang di umpati hanya terbahak.

Sekarang mereka sedang mabar PUBG di cafe Leon. Hari ini adalah hari libur. Walaupun mereka sudah berumur lebih dari 20 tahun tapi mereka seperti masih SMA. Di hari libur mereka masih nongkrong bersama seperti ini.

"WOY ANJIR GUE DITEMBAKIN!!" ucap Donny keras.

"Donny ditembakin Dan! yuk kita nge loot aja," ucap Vano bersemangat diawal dan santai diakhir. Balasan karena Donny tadi mengambil buggy nya.

"Anjing klean semua!" umpat Donny. Tak lama setelah itu karakternya mati ditembaki musuhnya.

Terlepas dari 3 manusia rusuh itu Davero, Galen, dan Leon tengah fokus dengan permainan biliar mereka. Davero tidak ke rumah Reina karena sudah ada janji dengan teman-temannya.

"Dahlah laper gue," ujar Donny melempar ponselnya ke meja.

"Yang lain sekalian," ujar Leon saat mengetahui Donny hendak berjalan menuju kasir.

"Males ah! Pesen sendiri!" ucap Donny.

"Oke lo bayar kalo gitu," ucap Leon santai.

"Bangsat semua emang temen gue," dumel Donny berjalan ke arah kasir untuk memesan makanan.

"Dasar orang kaya suka gratisan!" ejek Vano pelan.

Sedangkan di tempat lain Davin sedang asik dengan iPad milik Reina. Reina mengajak Davin ke butik karena bu Tari pulang cepat hari ini. Mau tidak mau ia memberikan iPadnya pada Davin agar anak itu tidak bosan.

Reina sedang sibuk merancang desain terbaru butiknya yang harus di luncurkan bulan depan. Reina adalah perancang inti di butiknya. Setiap bulan butiknya akan meluncurkan desain baru hasil rancangannya. Ia mulai mendesain dari sekarang karena ia tidak hanya mengeluarkan satu produk saja.

Ia akan membuat design awal terlebih dulu. Baru setelah itu akan ada meeting dengan beberapa perusahaan fashion dan model yang bekerjasama dengan butiknya. Kerjasama itu bertujuan untuk membantunya memasarkan produk terbarunya.

"Mama," panggil Davin.

"Hmm," sahut Reina masih sibuk dengan pekerjaannya.

"Mama," panggil Davin sekali lagi tidak puas dengan jawaban Mamanya.

"Iya," jawab Reina lagi.

"Davin pengin yiat ikan," ucap Davin kemudian.

"Emang kamu belum pernah liat ikan?" tanya Reina tanpa mengalihkan pandangan dari tumpukan kertas di depannya.

Davin menggeleng, "Davin mau yiat ikan yang walna-walni," jawab Davin.

"Iya nanti kita liat ikan," final Reina. Tapi dengan fokus tetap ke tumpukan kertasnya.

Davin ingin menjawab lagi tapi ia merasa Mamanya sedang sibuk jadi ia mengurungkannya. Tak lama setelah itu ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan Reina.

"Masuk," jawab Reina.

Seorang perempuan memasuki ruangan Reina.

"Gimana mba?" tanya perempuan itu pada Reina.

"Ini aku udah ada desain yang siap rancang, udah bisa kamu urus bagian bahannya. Nanti sebelum di jahit kirim ke aku ya contoh kainnya," ucap Reina pada perempuan bernama Sarena itu. Sarena adalah karyawan yang dipercayai Reina untuk mengurus bahan-bahan produk di butiknya.

"Oh iya mba," jawab Sarena sembari melihat kertas yang di berikan Reina.

"Tolong nanti itu di print dulu kaya biasa, terus yang asli taruh di meja aku," ucap Reina.

"Iya mba, yaudah aku permisi ya mba," pamit Sarena. Reina menjawabnya dengan anggukan.

Waktu sudah memasuki jam makan siang, Reina memilih delivery makanan saja agar tidak mengulur waktu karena pekerjaannya masih banyak. Setelah itu Reina kembali melanjutkan pekerjaannya.

Saat hari mulai sore Reina memutuskan untuk membawa sisa pekerjaannya ke rumah. Karena sekarang ada Davin dia tidak mungkin harus lembur di butik seperti dulu.

Setelah makan malam Reina melanjutkan pekerjaannya di kamar sedangkan Davin bermain di karpet tebal yang ada di kamarnya.

"Hiks,"

"Hiks hiks,"

Saat Reina sibuk dengan tumpukan kertasnya. Tunggu, suara apa itu? Reina menajamkan pendengarannya.

Ia menoleh ke belakang dan melihat Davin sedang menahan tangisnya sembari tetap memainkan mainannya. Reina berjalan mendekati putranya.

"Davin kenapa?" tanya Reina pelan.

Davin menoleh, terlihat sudah ada jejak air mata di pipi gembilnya.

"Hiks," Davin tidak menjawab hanya senggukan Davin yang Reina dengar.

Reina menarik Davin ke pelukannya. Ia mendudukkan dirinya di tepi ranjang.

"Davin kenapa sayang?" tanya Reina lagi.

"Papa," gumam Davin.

"Papa? Davin mau sama Papa?" tanya Reina.

"Papa," hanya itu jawaban yang Reina terima.

Reina mengecek suhu tubuh Davin karena anak itu bertingkah tidak seperti biasanya. Benar saja suhu tubuhnya sedikit panas.

Tanpa berpikir panjang Reina segera menghubungi Davero. Ia menelepon Davero agar laki-laki itu cepat datang ke rumahnya. Lalu memutuskan panggilannya secara sepihak.

◜‿◝
To Be Continue

Sorry baru bisa up guys wkwk
.
.
.
.
mrs.lee❤️

THE WAY [END]Where stories live. Discover now