HIRAETH - PART 16

83 23 8
                                    

Resital piano hari ini sangatlah ditunggu-tunggu oleh Jennie. Dimana ia dapat mendengarkan secara langsung lagu-lagu yang selalu ia dengarkan dari ponselnya.

"Aku sudah di depan" ucap seseorang di seberang telepon

Jennie berjalan menuju gerbang dan membukakan pintu itu dengan hati bahagia. Hanbin yang sudah resmi menjadi kekasihnya beberapa hari lalu, lelaki yang dicintai dan mencintainya itu. Lelaki yang mau menerima kondisi dan kekurangannya yang memberikan kenangan sangat indah dalam hidupnya.

"Sudah siap?"

Jennie mengangguk.

"Aku akan kunci pintu dulu"

Jennie kembali ke dalam untuk memastikan ia telah mematikan semua alat elektronik dan kompor gas nya setelah itu dirinya pergi untuk mengunci pintu rumah itu. Setelah semua selesai, ia berjalan untuk menghampiri hanbin lagi.

"Ayo" ucap lelaki itu menggenggam tangannya

Mereka pergi ke sebuah gedung di tengah kota seoul. Hanbin menatap Jennie yang tampak bahagia hari ini dan tentu saja sangat cantik.

"Apa kamu sangat bahagia, Jennie-ya?"

"Tentu saja, ini pertama kalinya bagiku"

Hanbin tersenyum dan mengacak rambut gadis itu gemas.

"Hanbin-ah, aku sudah menatanya dengan cantik"

"Tidak ada yang berubah kau tetap cantik dengan rambut acak-acakan"

"Jangan bercanda, Hanbin-ah"

"Kapan aku bercanda"

Jennie tersenyum sambil membenarkan rambutnya. Mereka telah sampai di gedung tempat resital piano itu berlangsung. Jennie sangat fokus selama acara itu berlangsung, tak jarang ia ikut bersenandung kecil mendengar nada-nada yang indah dari alat musik piano itu. Senyum yang sama, senyum yang selalu membuat laki-laki itu tersenyum bahagia.

"Semoga aku bisa menjaga senyum itu dalam waktu yang lama" ucapnya

"Hah? Kau berbicara apa?"

"Tidak, aku hanya bahagia melihatmu tersenyum seperti itu"

Resital piano itu telah selesai, mereka berdua berjalan dengan tetap bergenggaman tangan hingga sampai ke parkiran tempat mobil berada. Di dalam mobil itu, Jennie terus saja menggenggam sebuah buku berisi tanda tangan dari pianis favorite nya.

"Hanbin-ah, jika suatu saat kau menjadi pianis yang terkenal jangan pernah lupakan aku ya"

"Tentu saja, aku akan dicibir jika melupakanmu"

Jennie mengerutkan dahinya bingung.

"Mengapa harus dicibir?"

"Saat itu terjadi pasti akan banyak media yang membicarakannya"

"Aku tidak mengerti, serius"

"Ya, bagaimana mungkin aku bisa melupakan istriku"

"Yaa.. Kim Hanbin!"

Hanbin tertawa sangat puas.

"Jennie-ya wajahmu memerah"

"Benarkah?"

"Ya sangat, seperti tomat"

"Tapi tomat ada juga yang hijau"

"Membicarakan tomat, sebaiknya kita mencari tempat makan ini sudah pukul tujuh malam"

"Waktu berjalan sangat cepat" ucapnya menghembuskan napas

Hanbin mengangguk.

"Ya sangat cepat, kau mau makan apa?"

HIRAETH | ENDWhere stories live. Discover now