Hanbin mengantarkan Jennie pada pukul tujuh malam. Mereka saat ini tengah berdiri tepat di depan pintu gerbang rumah Jennie.
"Masuklah"
"Kamu pergilah dulu, aku akan masuk setelahnya"
"Kamu saja, aku akan menunggu sampai kamu masuk Jennie-ya"
Jennie tersenyum dan membuka gerbangnya.
"Aku masuk ya"
Hanbin tersenyum dan melambaikan tangannya walaupun gadis itu tak bisa melihatnya sama sekali.
"Jangan rindukan aku" teriak Hanbin
Jennie terkekeh, ia tersenyum dan masuk ke rumahnya setelah itu.
"Mimpikan aku ya, tuan putri" teriaknya lagi
Setelah ia masuk ke dalam rumahnya dan membersihkan diri dering telepon nya berbunyi.
"Ah halmoni, ada apa?"
Jennie beranjak dari tempatnya setelah mendengar kabar yang disampaikan oleh nenek tua itu. Ia berjalan dengan sangat cepat untuk sampai di restoran dimana neneknya itu berada. Disana telah hadir tiga orang yang duduk saling berhadapan.
"Jennie, anakku" ucap salah seorang perempuan disana
Tubuh Jennie mematung.
"Kemarilah sayang"
Perempuan itu memeluk Jennie, pelukan yang sangat hangat yang dirasakannya. Ia pernah merasakannya.
"Maafkan bunda sayang, seharusnya bunda lebih cepat menemukanmu"
"Bb-bunda?"
Air mata Jennie mengalir dari pelupuk matanya.
"Jennie-ya maafkan ayah"
Jennie melangkah mundur dari kedua orang itu.
"Tunggu! Kenapa? Kenapa kalian baru datang?! Kenapa baru sekarang!"
Air mata itu semakin mengalir dari matanya.
"Maafkan bunda sayang"
"Kalian telah membuangku! Aku buta dan kalian tak menerimanya! Apa kalian sangat malu akan hal itu?!"
"Bukan begitu sayang, ayah akan jelaskan"
Jennie tersenyum kecut.
"Sudah jelas kalian membuangku! Kalian tidak menginginkan anak buta sepertiku"
"Jennie, dengarkan kedua orang tuamu dulu" ucap halmoni
Nenek tua itu memeluk tubuh Jennie untuk menenangkannya.
"Halmoni" ucap gadis itu
"Jennie-ya mereka orang tuamu, Sandara Park dan Eun Ji-Won"
"Aku tidak mempunyai orang tua halmoni, mereka membuangku"
"Dengarkan penjelasan bunda, Jennie-ya"
"Cukup!"
"Sayang"
Dara memeluk tubuh Jennie walaupun perempuan kecil itu menolaknya.
"Ibuku telah membuangku, kamu bukan ibuku"
Tangis Dara tak dapat ia tahan sejak tadi.
"Tolong dengarkan kami dulu, sayang"
Rontaan Jennie perlahan mengendur. Ia melemah di pelukan perempuan yang mengaku ibunya itu.
Flashback On
Tujuh belas tahun yang lalu
"Ayo bu terus"
YOU ARE READING
HIRAETH | END
FanfictionCinta mengenai memberi dan menerima Cinta mengenai kebahagiaan dan kesedihan Cinta mengenai rasa ingin memiliki dan membahagiakan Tetapi... Cinta kami berbeda Cinta mengenai cara mengiklaskan