EXTRA PART - HIRAETH

159 14 4
                                    

Mainkan lagu Kamu dan Kenangan by Maudy Ayunda cover Shanna Shannon

Gorden yang tertutup tanpa cahaya lampu yang menyinari kamar seorang gadis yang kesepian. Tangannya memeluk tubuh yang bergetar karena menangis, air matanya yang mengering dan habis.

Satu minggu itu di lewati dengan rasa seakan seluruh kesedihan dalam hidupnya menghantam. Ia tak berniat untuk keluar saat dunia bahkan berjalan tanpa tahu ada seseorang yang telah hilang.

Ttok ttok ttok

Ketukan dan kenop pintu yang berusaha di buka dari luar tak membuatnya ingin mengubah posisinya. Pandangannya kosong menatap sebuah pigura dengan lukisan indah yang pernah di berikan lelaki itu.

"Jane"

Suara kakak laki-lakinya perlahan masuk ke dalam kamar itu.

Lima menit tanpa bersuara

"Kak, ini semua mimpi kan?"

Jinhwan mendekat ke arah adiknya itu dan memeluk tubuh Jennie.

"Kamu harus makan"

Tubuh perempuan itu sudah mengurus, lingkaran hitam di bawah mata dengan mata yang membengkak membuat Jinhwan menatapnya sedih.

"Aku mau ketemu Hanbin"

"Jane"

"Aku mau lihat orang jahat itu" ucapnya kembali menangis

Jinhwan mengangguk dan mengelus rambut Jennie dengan lembut.

"Iya, kakak antar liat Hanbin"

Suasana sepi di kawasan pemakaman pada sore hari itu, Jennie duduk di samping lelaki yang telah meninggalkannya bahkan tanpa mengatakan apa pun.

Ia melihat senyum dari foto yang masih terdapat di pusara dengan tanah yang masih basah.

"Aku enggak butuh mata kamu! Aku butuh kamu..."

Ia memukul tanah itu dengan keras.

"Kamu jahat Hanbin!"

Perempuan itu kembali histeris, hatinya masih tak bisa menerima semua hal yang telah terjadi.

"Jane! Jane kamu harus tenang" ucap Jinhwan kembali memeluk tubuh Jennie

"Aku benci kamu!" pandangannya terasa kabur, perempuan itu tak sadarkan diri dalam pelukan Jinhwan.

Tubuh ringan Jennie, di angkat menuju mobil mereka.

"Jennie"

Perempuan itu membuka matanya dia terbaring di ranjang kamarnya dengan Bunda yang juga ada disana. Di sampingnya ia melihat seseorang yang selama ini ia rindukan.

"Hanbin"

Ia memeluk tubuh itu dengan sangat erat.

"Jane, aku bukan Hanbin"

"Kamu ngomong apa sih? Jelas-jelas kamu yang ada di hadapan aku"

Dara, perempuan itu sudah tak dapat menahan air matanya melihat keadaan putrinya.

"Jane, ikhlaskan ya"

Perempuan itu menggeleng.

"Apa sih Hanbin? Nanti malam kita jadi kencan kan?"

"Jane..."

Dalam bayangan gadis itu, semua masih berjalan baik-baik saja sebelum semua kejadian pahit itu terjadi.

Perempuan itu beranjak dari ranjangnya dan membuka lemari besar yang ada di sana.

"Hanbin lihat, menurutmu ini cocok tidak untuk kencan kita nanti malam?"

Semua yang ada di sana menundukkan wajahnya menutupi air mata mereka masing-masing.

Jinhwan mendekat ke arah Jennie.

"Jennie! Hanbin sudah pergi." ucapnya lelah

Perempuan itu menghentikan aktivitasnya dalam memilih pakaian.

"Dia tidak pergi" ucapnya terbata-bata

Jennie terduduk.

"Dia masih di sini"

Air mata gadis itu kembali mengalir, tangisannya semakin terdengar dengan jelas.

"Hanbin tidak pergi... benar kan?"

"Jane" panggil Dara

"Bunda, ini semua terasa berat"

"Ikhlaskan dia... Bunda mohon"

"Bunda-"

Gadis itu menggenggam kalung pemberian lelaki itu.

"Bisa enggak aku minta sama Tuhan, untuk mengganti mata ini"

Ia menutup kedua matanya.

"Aku bisa hidup dengan dunia yang gelap, semua sia-sia"

Kenangan bersama lelaki itu bagaikan sekumpulan memori yang ditayangkan secara bergantian dalam otaknya.

"Duniaku bahkan lebih gelap saat mata ini berfungsi dengan baik, aku benci."

--- Jennie kim, 2025 ---

"Cerita ini telah selesai tapi semua masih terasa seperti kemarin, saat kau menolongku di kedai nenek, saat sore hari aku mengintipmu bermain piano, saat kau menghampiri aku di kelas dan kita memakan bekalmu, saat kau menolongku dari June, saat kau menciumku pertama kali di bawah langit yang cantik dengan kembang api, saat kau datang dengan gagah kepadaku setelah bermain basket dan saat kau pergi meninggalkanku selamanya, semuanya masih sangat jelas"

--- Kim Hanbin, 2017 ---

"Jangan pernah menangis karenaku, biarkan aku saja yang mengingatmu dan cerita ini, tolong lupakan aku secepatnya Nona Kim"

------ Hiraeth ------

Kisah ini telah berakhir, dua orang yang menjadikan diri mereka rumah untuk satu sama lain. Sebuah kerinduan yang tak akan pernah terulang kembali.

Remaja enam belas tahun dengan cinta yang terpaksa mengikhlaskan.

--- Kim Hanbin --- Jennie Kim ---

Sampai Jumpa. 


by

--- ssweetcony---

HIRAETH | ENDWhere stories live. Discover now