HIRAETH - PART 17

72 22 3
                                    

Semua siswa dan siswi School Of Seoul Musical Art tengah disibukan dengan acara festival dan perlombaan antar kelas tahun ini. Sudah hari ketiga perlombaan itu dilaksanakan dan hari ini merupakan hari dimana tim yang dapat masuk ke final bertanding. Dari cabang olahraga basket, kedua tim masuk kelapangan.

"Ya.. Jennie lihat Hanbin ada disana" ucap Hayi mengarahkan pandangan Jennie

Suara riuh penonton memanggil nama pemain yang sedang bertanding hari ini. Ada Bobby, Donghyuk dan nama Hanbin yang terdengar paling keras dari kerumunan yang mayoritas perempuan itu.

"Dia pasti sangat keren" ucap Jennie

Banyak suara wanita yang memanggil-manggil nama Kim Hanbin. Permainan pun dimulai, suara tepuk tangan terdengar saat lelaki itu dapat mencetak point untuk kelasnya.

"KIM HANBIN!!"

"HANBIN-AH HWAITING!!"

"HANBIN KAU SANGAT TAMPAN"

"SARANGHAE KIM HANBIN"

"HANBIN SEMANGAT"

Itu hanya beberapa dari sekian banyak kata dan kalimat yang terdengar oleh telinga Jennie. Permainan selesai dimenangkan oleh kelas 2-6 dengan beberapa point dicetak oleh kekasihnya itu. Lelaki itu tersenyum saat ia melihat gadisnya yang menonton di kursi penonton. Hanbin berjalan untuk menemui Jennie namun sayang langkahnya terhalang oleh beberapa wanita yang datang mengerumuninya.

"Hanbin, terima ini" ucap seorang wanita yang diketahui bernama Dahyun

"Ini saja ka, aku membuatnya khusus untuk kakak" ucap perempuan lain bernama Yeri

"Apaan sih awas! Hanbin ini untukmu" ucap perempuan lain lagi bernama Seulgi

Lelaki itu tidak menggubris semua wanita yang menghampirinya dan berusaha untuk mencari jalan agar ia dapat keluar dari kerumunan perempuan yang menghalanginya itu. Satu tujuannya kali ini adalah berjalan menuju tempat dimana kekasihnya duduk, Jennie.

"Hi, kamu menontonku?"

Jennie terkesiap saat mendengar suara lelaki di sampingnya. Sesaat setelah itu dirinya tersenyum setiap mendengar suara yang selalu menyapanya sejak dulu.

"Kau sangat keren"

Hanbin tersenyum dan melihat Jennie yang memegang sebotol air minum dan handuk ditangannya.

"Bukankah itu untuku?"

"Ah iya aku lupa, ini minumlah kamu pasti lelah setelah bertanding"

Hanbin menerima botol minuman itu dan mengusap puncak kepala kekasihnya itu.

"Terimakasih"

Jennie tersenyum.

"Ah ini juga, kamu pasti berkeringat sekarang?"

"Ya wajahku penuh dengan keringat, maukah kamu membantuku menghapusnya?"

Jennie tertawa.

"Tapi kamu punya tangan, Hanbin-ah"

"Tanganku penuh satu untuk minum dan satu lagi untuk mengenggam tanganmu"

Lelaki itu menggenggam tangan Jennie dan tersenyum penuh kemenangan saat Jennie menggerakan tangan satunya lagi untuk menghapus keringat yang ada di wajah lelaki itu.

"Hey! ada gue disini"

Mereka melupakan seseorang yang sejak tadi duduk di samping Jennie.

"Ah Hayi, maafkan aku" sesal Jennie

Hanbin tertawa setiap melihat kepolosan dari gadis itu.

"Thanks ya, Yi" ucap Hanbin

"Buat apaan?"

"Lo ada disamping Jennie"

"Dia teman gue"

Hanbin tersenyum sangat tulus.

"Ikut aku yuk"

"Kemana?"

Hanbin menggenggam tangan Jennie dan membawanya pergi dari pinggir lapang.

"Yi, gue pinjam Jennie sebentar ya" teriak Hanbin

Hanbin menggenggam tangan gadis itu membawanya menuju parkiran sekolah. Mereka masuk ke dalam mobil milik Hanbin. Lelaki itu membawa sebuah bucket bunga dari kursi belakang dan memberikannya kepada Jennie.

"Bunga?"

"Selamat ulang tahun"

Jennie terkejut bahkan dirinya sendiri saja lupa dengan hal ini.

"Kamu tahu?"

"Tentu saja, ulang tahun kekasihku"

Jennie tersenyum sangat bahagia, ia menciumi bunga yang menyerbakan wangi harum itu.

"Ah ada satu lagi"

Hanbin mengeluarkan sebuah kotak beludru dari dasbor mobilnya. Ia membuka kotak itu dan mengambil sebuah kalung yang sangat cantik dari dalam sana. Hanbin mendekatkan tubuhnya untuk memakaikan gadis itu kalung yang telah dibelinya dari jauh-jauh hari.

"Cantik"

Jennie tersenyum dan menggenggam kalung yang sudah tersampir di lehernya itu. Jennie menangis terharu, air matanya jatuh tanpa permisi.

"Yaa.. kenapa kamu menangis?"

"Aku sangat bahagia, Hanbin-ah"

Hanbin tersenyum dan mendekatkan wajahnya untuk mencium kening perempuan itu cukup lama.

"Selamat ulang tahun, duniaku"

Jennie tersenyum dengan sangat tulus kepada laki-laki yang memperlakukannya seperti seorang ratu tanpa memandang kekurangannya.

"Kok malah nangis lagi sih"

Hanbin mengelus puncak kepala Jennie dan mengusap pipi chubby gadis itu untuk menghilangkan jejak air mata di wajahnya.

"Jennie-ya"

"Ya?"

"Aku akan memberikanmu tujuh hadiah"

"Itu terlalu ban-"

Hanbin memutus perkataan gadis itu sebelum ia selesai berbicara.

"Ini adalah hadiah kedua dariku"

Jennie menatap bingung kepada lelaki di depannya itu,

"Kamu tidak perlu melakukannya Hanbin, aku tak butuh hadiah sebanyak itu sebaiknya kau gunakan uangmu untuk kebahagiaanmu sendiri"

Lelaki itu menggenggam tangan Jennie dan menatap manik matanya dengan intens.

"Kau bilang aku harus membelikannya untuk kebahagiaanku bukan?"

Jennie mengangguk.

"Kamu kebahagiaan untuku, Jennie-ya"

Perempuan itu tersipu malu mendengarnya dan sudah dipastikan bahwa saat ini wajahnya pasti memerah. Hanbin menatap wajah Jennie dan tertawa melihat respon dari perempuan itu.

"Wajahmu memerah tuh"

Jennie menarik tangannya yang berada dalam genggaman Hanbin untuk menutup seluruh wajahnya dengan kedua tangan karena malu.

"Jangan seperti itu, Hanbin-ah"

"Kenapa?"

"Jantungku berdebar tak karuan, Tuan Kim"

Hanbin tertawa dengan lepas di hadapan perempuan itu. Jennie tersenyum ketika mendengar suara dari Hanbin yang sedang tertawa. Ia dapat mendengar Hanbin tertawa selepas itu karena dirinya, tawa yang selalu akan membuatnya candu dan tak ingin tawa itu hilang, ataupun pergi. 

HIRAETH | ENDWhere stories live. Discover now