Part 3👑

13.8K 1.7K 129
                                    

Lalu disinilah mereka berdua, Naveen dan Kaisar Drilan. Di ruangan milik Kaisar Drilan, tidak ada seorangpun yang pernah masuk kedalam sini kecuali mungkin Permaisuri Ariya dan mungkin Naveen. Pagi ini, Kaisar Drilan menyuruh Naveen untuk menemuinya disini.

Kaisar menatap dingin kearah Naveen yang duduk santai di kursinya sambil memperhatikan tempat ini, menakjubkan. Satu kata yang terlintas di pikiran Naveen, karena tempat ini begitu luas dan penuh dengan barang-barang aneh namun berharga.

"Ada ya tempat seperti ini. " batin Naveen.

"Pangeran keempat. "

Naveen segera menatap Kaisar, lagi-lagi Kaisar melebarkan pupil matanya saat Naveen menatap tepat kearah kedua matanya. Ada sedikit perasaan aneh yang menggelitik hati Kaisar saat melihat bola mata yang memiliki warna yang sama dengan mendiang istrinya.

"Ada apa yang mulia? " tanya Naveen.

"Cih, yang mulia bodoh. " batin Naveen.

"Hukuman. "

Naveen terkejut dan langsung protes.

"Hukuman? Aku tidak melakukan kesalahan, kenapa aku di hukum. " tanyanya.

"Kaisar jelek! Ingin menghukumku, cih, hukuman dari guru BK saja aku tidak melaksanakannya apalagi dari Kaisar jelek. " batin Naveen.

Kaisar Drilan mengepalkan kedua tangannya, amarahnya mulai terpancing saat dia mengingat ucapan putra keduanya, bahwa Naveen memeluk dan menangis di hadapan seorang pelayan. Ya Kaisar marah, kenapa Naveen harus memeluk pengasuhnya? Kenapa tidak datang saja ke tempatnya dan menangis di hadapannya.

"Kau melakukan kesalahan pangeran, kau terlalu berhubungan dekat dengan pengasuhmu itu. " kata Kaisar sambil menekan kata pengasuh.

Naveen terkejut, hanya karena dia sangat dekat dengan Zeon, bukan berarti dia bersalah. Seharusnya Kaisar menyadarinya, wajar Naveen dan Zeon sangatlah dekat karena hanya Zeon yang selalu menemaninya dan ada untuk dirinya.

"Tidak! Aku tidak bersalah yang mulia, kenapa aku harus di hukum. Jadi permisi yang mulia. "

Naveen berdiri dari kursinya, baru saja satu langkah sesuatu yang menakutkan membuatnya kaget setengah mati.

Brak!

Kaisar menghancurkan meja yang terbuat dari emas hanya dengan sekali pukul. Kedua kaki Naveen bergetar melihat hal itu, apalagi saat Kaisar berdiri dan berjalan mendekat kearahnya.

"Kau tidak punya sopan santun pangeran, sepertinya kau dan pengasuhmu itu perlu di beri hukuman. "

Naveen berjalan mundur, tapi tiba-tiba kedua kakinya membeku dan dia tidak bisa kabur. Kaisar Drilan tepat berada di depannya, sekali tarikan,  pedang yang sangat tajam di arahkan ke leher Naveen. Naveen langsung memejamkan kedua matanya.

"Lihatlah, kau begitu lemah. Seorang Zelosville tidak pernah memejamkan kedua matanya saat mendapati bahaya, Naveen. " ucap Kaisar dingin.

Kaisar mendekatkan ujung pedang itu ke leher Naveen, sehingga leher Naveen tergores dan mengeluarkan darah. Buliran-buliran bening terjatuh dari pelupuk mata indah itu, Kaisar Drilan menegang melihatnya. Tubuhnya tiba-tiba mati rasa, ada perasaan aneh yang merayap di hatinya, seolah sesak dan menyakitkan.

Dengan kuat Kaisar Drilan menepis perasaannya itu, dan dia semakin dalam menggores leher Naveen.

"Ayah! "

Kaisar Drilan menegang kemudian dia menurunkan pedangnya, es yang membekukan kaki Naveen telah mencair saat Kaisar menurunkan pedangnya dan dengan cepat Naveen berlari keluar dari ruangan tersebut.

Naveen berlari kearah kamarnya sambil mengusap kedua matanya, saat berada di dekat tempat pelatihan para prajurit. Dia malu jika sampai para prajurit melihatnya menangis.

Ctar

Ctar

Ctar

Dia terserentak kaget mendengar suara cambukkan dan melihat Zeon di cambuk oleh salah satu prajurit, prajurit itu akan melayangkan satu cambukkan lagi tapi Naveen segera berlari dan menjadi tameng untuk Zeon.

Ctar

Tes 

Tes

Darah mengalir dari punggung Naveen yang terkena cambukkan, bahkan pakaian Naveen sampai robek karena cambukkan tersebut sangat kuat, semua prajurit dan Duke Arches yang sedang melatih para ksatria begitu kaget.

"Y-yang mulia. " ucap prajurit tersebut sambil mundur beberapa langkah.

Naveen berbalik dan menatap tajam prajurit yang baru saja mencambuk dirinya, luka di lehernya masih basah di tambah dengan luka di punggungnya, menyebabkan pakaian yang dia kenakan kotor karena darah.

"Shhh.... Perih, ternyata begini rasanya di cambuk. Untung saja cuma satu kali jika berkali-kali mungkin aku pasti sudah mati. " batin Naveen.

"Apa yang kau lakukan! Kenapa kau malah mencambuk pangeran hah? "

Naveen menatap Duke Arches yang langsung menendang prajurit tersebut.

"A-ampun tuan, ma-afkan saya yang mulia. " ucap prajurit tersebut sambil bersujud di hadapan Naveen.

Naveen tidak mengatakan apapun, dia langsung berbalik dan berlutut di hadapan Zeon yang tubuhnya di penuhi oleh luka. Naveen menitikkan air mata saat melihat luka-luka di tubuh Zeon.

"Z-zeon.... Zeon! Zeon! Zeon! Bangun, Zeon bangun hiks. "

Naveen menggoyangkan tubuh Zeon, tapi Zeon tidak meresponnya. Dia takut jika Zeon pergi meninggalkannya seorang diri di dunia kejam ini, dia tidak ingin kehilangan orang yang di sayang dan dia juga tidak ingin hidup bersama dengan orang-orang kejam yang membenci dirinya.

"Y-yang mulia.... Ja-ngan menangis, a-anda adalah seorang pa-ngeran. "

Naveen mendongak dan menatap Zeon yang ternyata menatap dirinya, Naveen langsung memeluk tubuh Zeon. Tidak peduli dengan pakaiannya yang akan kotor dengan darah, tidak peduli dengan status dan dia tidak peduli dengan ucapan orang-orang di sekitarnya.

"Apakah itu pangeran keempat? "

"Memalukan, kenapa pangeran keempat rela berlutut di hadapan seorang pelayan. "

"Jika sampai Kekaisaran dan Kerajaan lain tahu, kekaisaran Zelosville akan sangat malu karena ulah pangeran keempat. "

"Dasar sampah. "

"Diamlah, Kaisar datang. "

Kaisar Drilan dan ketiga pangeran menatap kearah Naveen yang sedang membantu Zeon berdiri. Naveen berbalik dan terkejut setengah mati saat melihat ayah dan ketiga kakaknya.

"Apa yang kau lakukan Naveen. " tanya Kaisar dengan intonasi dingin dan tatapan yang begitu mengerikkan.

"Dasar bodoh! Karena ulahmu kau membuat malu seluruh kekaisaran pangeran keempat! " bentak pangeran Tristan.

"Memalukan. " ucap pangeran Damian.

Pangeran Devran hanya memandang Naveen dalam diam, tatapannya sangat datar.

Naveen mengepalkan kedua tangannya, orang-orang ini memang perlu di ajari pelajaran PPKN. Mereka perlu di ajari untuk bisa saling peduli terhadap sama satu lain, tanpa memandang status apapun.

"Aku menolong Zeon kenapa memangnya hah? Kalian ingin menghukumku, membunuhku, aku tidak peduli hukuman apapun itu aku tidak peduli! Zeon adalah keluargaku, dia saudaraku dan aku tidak akan membiarkan satu orangpun melukai Zeon, mau itu Kaisar ataupun kalian pangeran. Aku tidak akan membiarkannya. "

Naveen pergi membawa Zeon sedangkan Kaisar dan ketiga pangeran terdiam mendengar ucapan Naveen. Mereka terlalu terkejut melihat keberanian Naveen, bahkan para prajurit dan pelayan sangat kaget.

"Cih, sudah aku katakan, dia telah berubah. " ucap pangeran Devran dan pergi dari tempat itu.

"Dia berubah Ariya. "

Tbc

Please vote dan coment 🌞🌞🌞

Prince NaveenWhere stories live. Discover now