Part 8👑

12.8K 1.6K 20
                                    

Naveen mengerjapkan kedua matanya dengan pelan, dia mengernyit bingung saat melihat ke sekelilingnya. Bahwa dirinya berada di kamarnya, Naveen segera turun dari tempat tidur dan berjalan kearah balkon kamarnya.

"Wah ternyata sudah sore, langitnya sangat indah. " gumam Naveen.

Naveen termenung, dia rindu dengan bibinya. Dia rindu mengenakan sepatu roda.

Naveen sebenarnya masih belum percaya jika dia berpindah dimensi ke dimensi lain, baginya kejadian yang dia alami sulit untuk di terima. Hal ini terlalu mustahil, apalagi dengan kekuatan yang di luar nalar. Sungguh menakutkan tapi membuat penasaran. 

Yang Naveen lihat, dari ingatan manusia bayangan. Bahwa Naveen tidak bisa mengeluarkan element sehingga Naveen mudah di tindas dan selalu di kucilkan oleh orang-orang di sekitarnya. Naveen bayangan tidak pernah melawan sekalipun, entah karena dia takut atau tidak ingin mengurusi orang-orang yang tidak berguna baginya.

"Ck, kenapa juga manusia bayangan tidak melawan saat orang-orang mengucilkannya. Sekarang akibatnya aku yang harus menanggungnya. " kata Naveen.

Naveen seketika teringat dengan sebuah ruangan yang pernah dia lihat saat pergi ke taman belakang Istana, rumah kaca. Naveen jadi ingin mengunjungi rumah kaca yang dulu hanya bisa Naveen lihat dari luar.

"Aku ingin pergi ke rumah kaca, pasti akan sangat menyenangkan. " gumamnya sambil membayangkan kesenangan yang akan dia dapat di rumah kaca nantinya.

Naveen menyipitkan kedua matanya saat melihat sesuatu terbang di atas langit, seperti sosok manusia yang menunggangi kereta kuda terbang, seperti di film-film.

"Wuih keren. " gumamnya, Naveen tidak sadar jika sekarang dia sudah berada diatas pembatas lantai.

"Astaga yang mulia! "

Zeon tiba-tiba masuk ke dalam kamar, dan segera menarik Naveen turun dari pembatas tersebut.

"Zeon apa yang kau lakukan disini? " tanya Naveen karena biasanya, di sore hari Zeon akan pergi ke dapur Istana untuk memastikan makanan yang Naveen makan nanti malam aman dan tidak beracun, itulah salah satu resiko menjadi pengasuh dari seorang pangeran.

"Yang mulia, anda tidak terluka? " Zeon malah berbalik tanya.

Naveen menggelengkan kepalanya, kemudian melihat kearah kertas emas di tangan Zeon.

"Apa itu? " tunjuknya.

Zeon tersenyum ramah. "Ini adalah kertas dari Academy. "

"Hah? Maksudnya? " tanya Naveen.

"Zevascar Academy akan segera memulai pelajaran kembali yang mulia. Apakah anda lupa, anda adalah salah satu murid di Zevascar Academy. "

Naveen tersenyum canggung kemudian mengangguk, bagaimana dia bisa lupa jika dirinya adalah salah satu murid di Academy tersebut. Yang Naveen ingat, selama dia menjadi murid di Zevascar Academy dia tidak pernah memiliki teman.

"Yang mulia tenang saja, saya yakin yang mulia akan mendapatkan teman. " ucap Zeon.

Naveen hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Zeon. Benar, karena sekarang Naveen adalah seseorang yang pernah tinggal di Bumi, dia pasti bisa mendapatkan teman dengan mudah.

"Oh ya Zeon, kak Tristan dimana? "

"Pangeran Tristan sedang latihan di tempat pelatihan para ksatria. "

Naveen mengangguk. "Aku akan memberesihkan diri. "

Zeon mengangguk dan segera menyiapkan pakaian untuk Naveen, setelah semuanya siap Zeon menunggu di luar. Setelah selesai mempersiapkan diri, Naveen segera pergi ke luar di ikuti Zeon di belakangnya.

Banyak yang menyapa Naveen, bahkan pelayan dan para penjaga yang biasanya tidak peduli kini terlihat terang-terangan tersenyum ramah dan menyapa Naveen.

"Anda mau kemana yang mulia? " tanya Zeon saat melihat Naveen berjalan kearah taman belakang Istana.

"Hanya ingin berjalan-jalan. " ucapnya.

Zeon menelisik tajam, sepertinya tuannya sedang merencanakan sesuatu. Apalagi tujuannya taman belakang. Jika Kaisar Drilan tahu, Naveen pergi ke taman belakang pasti Kaisar akan sangat murka.

Sesampainya Naveen di taman belakang Istana, Naveen segera berlari ke tempat yang dia tuju. Yaitu rumah kaca milik Permaisuri Ariya.

"Yang mulia, tunggu. Jangan masuk kesana yang mulia. "

Naveen tidak mempedulikan ucapan Zeon, dia segera masuk ke dalam rumah kaca tersebut yang banyak di dalamnya tanaman hias yang begitu aneh di mata Naveen.

"Keren. " gumamnya.

Sedangkan Zeon tidak berani untuk masuk ke dalam, karena tempat ini adalah tempat yang paling di larang di masuki. Bahkan Kaisar sendirilah yang akan menghukum orang yang berani memasuki tempat ini.

"Yang mulia tolong keluarlah. "

"Jika ingin pergi, maka pergilah Zeon. " suruh Naveen sambil merebahkan dirinya di sofa empuk yang berbentuk bulat.

Zeon membulatkan kedua matanya saat melihat pangeran Damian, pangeran keempat dalam bahaya karena pangeran Damian adalah orang yang paling menentang siapapun masuk ke dalam rumah kaca. Bahkan dulu ada pelayan yang pangeran Damian habisi karena berani menginjakkan kakinya di dalam ruangan tersebut, ruangan kesukaan Permaisuri Ariya.

"Hormat saya yang mulia pangeran Mahkota. " ucap Zeon.

Aura pangeran Damian begitu mengerikan, tatapan dinginnya terasa menusuk ke tulang-tulang. Zeon hanya dapat menunduk saat melihat pergerakkan pangeran Damian.

"Aku harus meminta bantuan pangeran Tristan. " ucapnya kemudian segera pergi mencari pangeran Tristan karena nyawa Naveen dalam bahaya.

"Bertahanlah yang mulia. " batin Zeon.

Tbc

Please vote dan comment 🌞🌞🌞

Prince NaveenWhere stories live. Discover now