Part 5👑

13.9K 1.8K 97
                                    

Naveen menatap malas kearah luar, tepatnya kearah tempat luas di taman Istana. Disana ada Kaisar Drilan dan juga seorang Raja, namanya Raja Levarion. Dari kerajaan Orion. Ini sudah hampir malam dan mereka masih saja asik mengobrol, tapi entah apa yang mereka bicarakan karena tatapan mereka begitu datar dengan aura dingin yang begitu menyeramkan.

Naveen sendiri langsung bergidik ngeri melihat Kaisar Drilan mengangkat pedangnya dan mengarahkannya ke leher Raja Levarion.

"Apa yang kau lakukan? " tanya pangeran Tristan yang tiba-tiba saja sudah berada di sisinya.

"Astaga, bisa-bisanya pangeran jelek ini sudah berada di sisiku. " batin Naveen. 

"Aku? Diam saja dan kau, apa yang kau lakukan disini? " tanya Naveen.

Pangeran Tristan menatap datar kearah Naveen, kemudian menyentil pelan bibir Naveen. Sedangkan Zeon hanya terdiam sambil melihat kedua pangeran itu berdebat.

"Panggil aku kakak. "

Naveen melongo, begitupun dengan Zeon. Sedangkan Tristan menampilkan giginya yang rapih, sambil menyipitkan kedua matanya sehingga dia seperi orang gila, menurut Naveen. Tatapan datar dan kata-kata pedas yang selalu terlontar dari mulutnya tidak lagi terdengar, yang ada hanya tatapan binar seperti anak kecil yang meminta di belikan Ice cream.

Naveen mundur beberapa langkah menjauh dari pangeran Tristan. Dia begitu terkejut dengan perubahan pangeran Tristan dalam satu malam, yang benar saja. 

"Hei! Sebenarnya apa yang terjadi dengamu? " tanya Naveen.

Pangeran Tristan langsung menatap datar kearah Naveen, kemudian dengan cepat pangeran Tristan menghantap jendela di samping Naveen menggunakan element apinya, keributan yang pangeran Tristan buat membuat Kaisar Drilan dan Raja Levarion menghentikan diskusi mereka.

"APA KAU TIDAK MENGERTI! PANGGIL AKU KAKAK! " bentak pangeran Tristan dengan suara yang menggelegar.

Naveen mengangguk kaku, karena pendengarannya sedikit terganggu akibat teriakkan pangeran Tristan, begitupun juga dengan semua orang yang berada di dalam Istana yang langsung menghentikan kegiatan mereka.

Naveen begitu malu karena saat ini menjadi pusat perhatian, sedangkan Zeon hanya tersenyum paksa dan pangeran Tristan sendiri menatap tajam kearah Naveen.

"B-baik, ka-kak. "

Pangeran Tristan langsung mengibaskan tangannya dan seketika itu, api yang berada di samping Naveen langsung menghilang. Senyuman lebar terbit di wajah tampan pangeran Tristan, dan hal itu membuat Naveen bergidik ngeri.

"Nah, sekarang ayo kita pergi. Kecuali kau, sebaiknya kau pergi. " ucap pangeran Tristan kearah Zeon, dan Zeon mengangguk patuh.

"Kemana? " tanya Naveen.

Pangeran Tristan semakin tersenyum lebar. "Menghancurkan ketenangan Devran. "

Naveen mengangguk kaku, sebenarnya dia tidak ingin mengikuti pangeran Tristan, karena mengganggu pangeran Devran sama saja menunggu ombak menghantamnya. Pangeran Devran itu begitu dingin, tatapan datarnya yang mengintimidasi membuat semua orang ketakutan, bahkan jika pangeran Devran tersenyum itu berarti tanda kematian sudah dekat.

"Kak jangan ganggu pangeran Devran, yang ada kita hancur. " ucap Naveen. Bukan apa-apa, hanya saja dulu Naveen pernah melewati kamar pangeran Devran dan dia tidak sengaja menjatuhkan gelas yang di bawanya sampai membuat pangeran Devran yang saat itu tertidur terbangun, dan setelah itu Naveen berakhir tidak baik. Kaki kanannya cidera karena tendangan dari pangeran Devran.

"Jangan takut adik kecil, Devran itu tidak ada apa-apanya di bandingkan denganku. " ucap pangeran Tristan dan menampilkan senyuman sombongnya.

Naveen berdecak kesal dan akhirnya mereka sampai di depan kamar pangeran Devran. Dengan beraninya pangeran Tristan menendang pintu kamar tersebut.

BRAK

Sreeettt

Wushhh

Detik itu juga tiga es yang begitu tajam hampir menusuk tubuh pangeran Tristan, tapi dengan cepat es tersebut menguap karena pangeran Tristan menggunakan element apinya.

"Cih, dasar pemalas apa kau hanya akan tidur hah? "

Pangeran Devran tidak mempedulikan ucapan pangeran Tristan. Naveen sendiri begitu takjub melihat kamar pangeran Devran yang di penuhi oleh bunga es, bahkan ada 2 burung hantu salju di dekat pangeran Devran.

"Wah, apakah itu burung hantu yang sama seperti burung hantu salju yang ada di film Harry Potter. " tanya Naveen dengan kedua matanya yang memancarkan binar bahagia.

Pangeran Devran membuka kedua matanya dan menatap dingin kearah Naveen, tapi pupil matanya sedikit melebar saat Naveen mendekat dengan senyuman yang merekah dan tatapan matanya yang begitu polos.

"Aku ingin menyentuhnya, bolehkah? " tanyanya kepada pangeran Devran, walaupun ada sedikit rasa takut di hatinya.

Pangeran Devran hanya diam dan hal itu membuat Naveen sadar, jika pangeran Devran tidak mengijinkan dan tidak senang dengan kehadirannya. Pangeran Tristan hanya menatap mereka berdua dalam diam, dia ingin melihat sejauh mana sikap pangeran Devran yang di juluki cold prince saat berhadapan dengan senyuman dan binar bahagia yang Naveen perlihatkan.

"Hm. " jawabnya kemudian menyuruh Naveen untuk mendekat.

Naveen mendongak dan tersenyum kembali, dia mendekat kemudian mengusap kepala kedua burung hantu salju itu dan sepertinya kedua burung hantu salju peliharaan pangeran Devran juga menyukai Naveen.

"Woaaa.... Bulu mereka sangat lembut, apakah mereka milik kakak. " tanyanya tidak sadar dengan situasi dan akibat ucapannya barusan.

Pangeran Devran terkejut dengan Naveen yang memanggilnya kakak, sedangkan pangeran Tristan merasa iri. Dia perlu usaha saat ingin mendengar kata kakak dari mulut Naveen sedangkan dengan mudahnya pangeran Devran mendapatkannya.

"Hm. " jawab pangeran Devran.

Pangeran Tristan langsung menarik pergelangan tangan Naveen, kemudian membawanya keluar. Pangeran Devran sendiri hanya menatap dalam diam, tapi senyuman tipis terbit di wajah tampannya bahkan tatapan matanya sedikit menghangat.

"Kakak ya. " gumamnya.

Tbc

Please vote dan comment 🌞🌞🌞

Prince NaveenOn viuen les histories. Descobreix ara