Part 9👑

12.8K 1.7K 156
                                    

Song : 
The Elven Prophecy

Naveen sedang berbaring di sofa, tapi suara dingin dari pangeran Mahkota membuatnya terbangun dengan tubuh sedikit bergetar, karena takut dengan pangeran Damian yang menatapnya tajam.

"APA YANG KAU LAKUKAN DISINI HAH! " bentak pangeran Damian.

"A-aku ha-"

Sreeettt

Pangeran Damian menarik kasar Naveen, sehingga Naveen sedikit meringis karena cekalan pangeran Damian yang begitu kuat dan membuat pergelangan tangannya sakit.

Bruk!

Pangeran Damian melemparkan tubuh Naveen dengan begitu mudahnya, Naveen meringis kesakitan sambil mengusap punggungnya yang membentur pot-pot tanaman yang begitu besar. Naveen berusaha berdiri, sambil mencoba menggapai sesuatu.

"Cih, masih bisa berdiri heh. " ucap pangeran Damian dengan bengis.

Brugh!

Pangeran Damian menggunakan kekuatan anginnya untuk melempar tubuh kecil itu ke luar dari rumah kaca.

Tes

Darah segar keluar dari pelipis dan bagian kepala belakang Naveen, tubuh Naveen terasa remuk. Kedua kakinya terasa sakit karena menghantam batu yang begitu tajam dan juga terlihat goresan-goresan kecil di kaki dan tangan Naveen.

"Berani sekali kau masuk kedalam tempat ini. " geram pangeran Damian.

Naveen terduduk lemas sambil menundukkan kepalanya.

"Argh! Berani sekali kau! Lihat ulahmu, beberapa tanaman kesukaan ibunda hancur. Dasar penghancur kehidupan, gara-gara kau ibunda tiada. " ucap pangeran Damian.

Naveen mengepalkan kedua tangannya dengan erat, kenapa harus dia yang di salahkan. Saat itu Naveen hanyalah bayi, bahkan dia tidak tahu artinya hidup dan mati. Apakah seorang bayi bisa membunuh, dunia ini maupun Bumi benar-benar memuakkan. Jika Naveen tidak di inginkan kenapa Naveen harus di lahirkan. Akan lebih baik mereka menghabisinya langsung saat dia lahir.

Pangeran Damian membakar pohon di sebelah Naveen, dia benar-benar murka. Naveen hanya diam menunduk dengan kedua tangannya yang mengepal erat dan kedua matanya yang tiba-tiba berembun.

"Kau seharusnya mati saja, aku benar-benar muak melihat wajah kotormu itu, dasar pembunuh. " ucap pangeran Damian.

Naveen berdiri, tapi kepalanya tetap menunduk. Sedangkan pangeran Damian mengeluarkan pedangnya dari sarungnya. Pedang yang mengkilat tajam itu seolah-olah bayangan kematian di mata Naveen.

Naveen mendongak menatap tajam kearah pangeran Damian, buliran-buliran bening meluncur dengan cepat dari kedua matanya.

"Aku tidak pernah meminta untuk di lahirkan. "

Pangeran Damian sedikit menegang mendengar ucapan Naveen. Ada perasaan sakit di dadanya saat melihat Naveen menangis, seolah sesak dan perih.

"Kalaupun aku tahu keberadaan ku di dunia ini hanya untuk menghancurkan kebahagiaan orang lain, kau tahu. Keinginanku hanya satu, aku ingin mati. " ucapnya dengan suara bergetar.

Setelah mengatakan hal itu Naveen pergi meninggalkan pangeran Damian yang mematung di tempatnya, wajahnya begitu pucat. Seolah-olah tidak ada aliran darah, tak lama setelah kepergian Naveen. Pangeran Tristan datang bersama pangeran Devran dan juga Zeon.

"Apa yang terjadi, dimana Naveen! " tanya pangeran Tristan dengan bentakkan kearah pangeran Damian.

Pangeran Devran hanya menatap dingin kearah pangeran Damian yang memasang raut wajah datar. Pangeran Devran segera pergi di ikuti Zeon, sedangkan pangeran Tristan mengepalkan kedua tangannya dengan erat, dia benar-benar ingin membunuh pangeran Damian saat ini juga.

Prince NaveenWhere stories live. Discover now