Part 14👑

13.5K 1.6K 104
                                    

Pangeran Damian berjalan beriringan bersama dengan Naveen dan hal itu membuat semua perhatian terarah kepada mereka berdua, antara kaget dan tidak percaya. Pangeran Mahkota paling anti dengan pangeran keempat. Bahkan sempat ada kabar bahwa pangeran Mahkota pernah merencanakan pembunuhan terhadap pangeran keempat.

Dari arah berlainan, pangeran Tristan datang tergesa-gesa. Peluh bercucuran dari keningnya, sepertinya pria itu berlari dari lantai empat sampa lantai pertama.

Tatapan matanya begitu khawatir, dengan cepat pangeran Tristan menarik Naveen ke belakang tubuhnya. Tatapan matanya begitu tajam menatap nyalang kearah pangeran Mahkota.

"Adik kecil apa kau terluka? "

Naveen menggelengkan kepalanya pelan, dia tidak terluka sama sekali. Karena kenyataannya dia sangat bahagia.

"Kau pikir aku akan melukainya lagi. " ucap pangeran Mahkota, nada suaranya terdengar datar tapi tetap terdengar nada marah di dalamnya.

"Tentu, lagipula siapa sangka Naveen kembali dengan tubuh tanpa lecet sedikit pun setelah pergi dengan mu. " ada nada mengejek yang di lontarkan oleh pangeran Tristan kepada pangeran Mahkota.

Tatapan dingin dan aura membunuh menguar dari tubuh pangeran Damian, sekali tarikan. Pedang pangeran Damian berhasil menggores pipi kanan pangeran Tristan. Bukannya takut atau gemetar, pangeran Tristan malah tersenyum lebar dan menatap tenang kearah pangeran Damian.

"Kakak hentikan. "

Kedua pangeran yang saling melemparkan tatapan tajam, menoleh kearah Naveen. Melihat ekspresi Naveen yang berubah sendu membuat kedua pangeran berhenti bertengkar. Mereka berdua segera mendekat kearah Naveen dan berusaha meminta maaf.

"Ah, adik kecil apa kakak membuat mu sedih. Maafkan kakak. " pangeran Tristan berdiri di hadapan Naveen dan memegang kedua pipi Naveen.

Pangeran Damian berdecak kesal lalu mendorong pangeran Tristan, sehingga menjauh dari Naveen. Pangeran Damian menggantikan posisi pangeran Tristan.

"Maaf. " ucapnya sambil memegang kedua tangan Naveen. 

"Kakak jangan bertengkar, aku tidak suka. " Naveen menunduk.

Pangeran Damian menghela nafasnya dan membawa Naveen ke dalam pelukannya, tangan kanannya mengusap pelan surai merah Naveen.

"Maaf, kakak tidak akan bertengkar lagi. "

"HEI! BERANI SEKALI KAU MENGGANTIKAN POSISI KU! "

"DAMIAN BODOH! KEMBALIKAN ADIK KU! "

Pangeran Damian dan Naveen tidak dapat mendengar teriakkan pangeran Tristan. Pangeran Damian tersenyum licik, dia sengaja memasang barier khusus agar pangeran Tristan tidak mengganggu kegiatan mereka.

Pangeran Damian mengantarkan Naveen ke kamarnya dan meninggalkan pangeran Tristan yang benar-benar marah dan kesal, bahkan beberapa prajurit menjadi sasaran kemarahan pangeran Tristan.

Seorang pria yang melihat kejadian langka tersebut hanya memutar bola matanya malas, karena merasa bahwa kedua pangeran tersebut terlalu berlebihan.

"Hm, sepertinya mengganggu mereka cukup menyenangkan. " gumam pria tersebut, tapi satu orang pria di belakangnya langsung melemparkan buku kearah kepalanya dengan cukup keras, sehingga dia meringis kesakitan.

Duak!

"Sialan kau Devran, sial sakit sekali. "

Pangeran Devran hanya menatap tanpa ekspresi kearah sahabatnya, Ernest Leionial. Putra tunggal Marquess Leionial.

Prince NaveenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang