Part 10👑

13K 1.6K 81
                                    

Pangeran Devran melangkah masuk ke dalam Istana, ekspresinya begitu datar padahal di danau dia menjelma menjadi sosok yang sangat manis. Naveen tidak tahu saja, jika senyuman yang pangeran Devran perlihatkan hanyalah untuk dirinya. Kaisar Drilan maupun mendiang Permaisuri Ariya tidak pernah melihat senyuman seorang pangeran Devran, termasuk juga dengan kedua pangeran lainnya.

Naveen mengejar langkah lebar milik pangeran Devran, jadi sekarang mereka berjalan beriringan. Pangeran Devran hanya memandang lurus ke depan, tapi kemudian tangannya beralih menggenggam tangan sang adik.

Naveen merasa senang, senyuman manis terbit di bibir tipisnya. Genggaman pangeran Devran sangat hangat, padahal tubuh pangeran Devran sangat dingin seperti Vampire bahkan warna kulitnya putih pucat.

Pangeran Devran melihatnya, senyuman Naveen yang membuatnya candu. Dan akhirnya pangeran Devran ikut tersenyum walaupun sangat tipis sehingga tidak ada yang menyadarinya.

"Kakak. "

"Hm. "

"Besok Academy akan di buka kembali, aku-"

"Diamlah. "

Naveen merenggut kesal mendengar ucapan datar pangeran Devran, lihatlah bahkan ekspresi pangeran Devran sangatlah datar, walaupun tatapan matanya begitu dingin.

Mereka sampai di kamar Naveen, pangeran Devran mengikuti Naveen dari belakang. Sedangkan Zeon hanya berdiri di luar, karena tidak berani masuk.

"Beresihkan tubuhmu. "

Naveen mengangguk dan segera memberesihkan tubuhnya, pangeran Devran menuju balkon sambil menunggu Naveen selesai memberesihkan diri. Kedua matanya menatap dingin pemandangan di sebelah barat Istana. Disana, dia melihat pangeran Damian yang sedang menatap dingin tepat kearahnya. Tatapan yang begitu misterius namun mengancam, pangeran Devran takut jika pangeran Mahkota kembali melukai Naveen.

Pangeran Devran mengeluarkan sesuatu dari balik jubahnya kemudian mengarahkannya ke depan, seketika itu sebuah barier kokoh transparan melindungi seluruh kamar Naveen.

Kemudian pangeran Devran mengukir sebuah pola di hadapannya. Ukiran yang di buatnya bersinar biru kemudian dari ukiran tersebut muncul seseorang berzirah silver dengan lambang Naga petir emas di dadanya.

"Tuan. " seseorang berzirah silver itu membungkuk kearah pangeran Devran.

"Tugasmu, menjaga adik ku. "

"Baik tuan. "

"Hm. Pergilah. "

"Baik. " seseorang berzirah itupun menghilang dalam sekejap.

Pangeran Devran masih menatap datar kearah pangeran Mahkota yang masih saja menatapnya. Sedangkan Naveen sudah selesai memberesihkan diri, Naveen menghampiri pangeran Devran, tapi pangeran Devran menyuruhnya untuk diam di tempatnya.

Pangeran Devran menyuruh Naveen untuk duduk, tidak di sangka-sangka pangeran Devran berjongkok di hadapan Naveen sambil menggenggam kedua tangan Naveen.

"Jangan pikirkan apapun, besok kau akan baik-baik saja. "

"Mereka tidak akan berani mengganggu adik dari seorang cold prince. "

"Ingat baik-baik, Naveen. Dimanapun dan kapanpun kakak akan selalu ada untuk mu. "

Naveen merasakan perasaan hangat yang menjalar di dadanya, ucapan pangeran Devran barusan membuatnya sangat bahagia. Naveen langsung memeluk pangeran Devran dengan erat, kedua matanya tiba-tiba memanas.

"Kakak. " lirihnya.

Pangeran Devran tersenyum tipis dan mengusap pelan punggung Naveen kemudian beralih ke kepala Naveen, jari-jari pucatnya menyisir pelan rambut lembut milik Naveen. Pangeran Devran juga sesekali menciumi surai merah tersebut.

Naveen sendiri merasa nyaman dengan perlakuan pangeran Devran, pertama kalinya Naveen mendapatkan perlakuan selembut ini. Satu hal yang sekarang Naveen minta sampai kematian menjemputnya, jangan sampai orang-orang yang menyayanginya pergi, karena Naveen sudah trauma dengan hal itu.

Dahulu saat di Bumi, Naveen memiliki satu teman. Renalio satu-satunya orang yang mau berteman dengannya, namun na'as pertemanan mereka berakhir karena Renalio pergi lebih dulu menghadap yang maha kuasa. Kecelakaan mobil membuatnya kehilangan nyawanya dan Naveen yang kehilangan satu-satunya orang yang berarti di hidupnya.

"Naveen sayang kakak. "

Senyuman lebar terlihat jelas di wajah tampan pangeran Devran, senyuman yang jarang bahkan tidak pernah ada, tapi sekarang terbit begitu mempesona.

"Sekarang tidurlah. "

Pangeran Devran menuntun Naveen untuk tidur, setelah Naveen benar-benar tertidur. Pangeran Devran pergi menggunakan kekuatan teleportasinya. Setelah kepergian pangeran Devran di kamar yang bernuansa putih itu, seorang pria tampan berdiri tegap di sisi ranjang king size yang di tempati oleh seorang pangeran muda yang wajahnya sangat menggemaskan.

Pria itu adalah Kaisar Drilan, jubahnya yang berwarna merah maroon tersampir di bahunya. Kaisar membungkuk dan menyingkirkan rambut yang menutupi kedua mata Naveen yang sedang tertidur nyenyak di tempatnya.

"Mata dan rambutmu mungkin mirip dengan Ariya, tapi semua orangpun tahu bahwa wajahmu itu sangat mirip dengan-----ayah. " gumamnya.

Kaisar duduk di sisi Naveen, kedua matanya menatap tajam ke setiap inci tubuh Naveen, seringaian menyeramkan terukir di bibir tipisnya, kemudian salah satu tangannya yang putih pucat terulur memegang leher Naveen.

"Kau tahu, keturunan Zelosville tidak pernah memperlihatkan wajah yang membuat semua orang memekik gemas, tapi seharusnya keturunan Zelosville membuat semua orang ketakutan. "

Cahaya kemerahan terlihat keluar dari telapak tangan sang Kaisar, saat itu juga tubuh Naveen mengejang hebat. Kaisar Drilan hanya menatap datar kearah Naveen dengan seringaiannya yang mengerikan.

"Naveen Drilan Zelosville. Putra dari Kaisar Drilan Zelosville, kita lihat apakah kau masih bisa bertahan setelah ini. "

Tbc

Please vote dan comment 🌞🌞🌞

Prince NaveenWhere stories live. Discover now