01. Masalah

3K 281 145
                                    

Introducing our anthem for this story, Lost in Japan-!

Sarada menghentak-hentakkan kakinya kesal di lantai parket kayu hotel yang begitu hangat. Sungguh, ini benar-benar mencekik lehernya.

"Aku akuin kamu penulis hebat, tapi kamu lebay, u know it?"

Sudah masalah Eren, si mantan crush dari sekolah menengahnya yang tiba-tiba mengatainya berlebihan, oh.

Sarada akui, Sarada memang terlalu berlebihan bila menulis atau menanggapi sesuatu. Atau kalau bahasa Eren, lebay bin alay.

Cih, tapi bagaimana Sarada bisa jadi penulis best seller kalau tidak begitu?

Bibirnya melengkung ke bawah, kepalanya serasa ditekan dari berbagai arah. Uchiha Sarada mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Oh, andai aku enggak takut neraka, mending aku mati aja deh sekarang. Serius! Kesel!" Sarada melempar-lempar bantal hotel ke langit-langit ruangan, lalu menangkapnya lagi.

Dilempar, ditangkap lagi. Lempar, tangkap. Lempar, tangkap. Begitu terus sampai matahari menghilang dari langit.

"Oke, oke. Siapa namanya tadi, Boruto? Lumayan juga. Dia anaknya Namikaze Naruto, si pengusaha bidang teknologi masa depan. Hm, lumayan juga ya buat batu loncatan nyalon anggota parlemen."

"Sebenernya aku enggak keberatan juga, tapi--Heh, enggak, Sarada! Kamu enggak boleh kelihatan jadi cewek gampangan. Please, kamu itu cewek mahal. Seenaknya aja nikah kontrak? Dih, emang aku cewek apaan."

Sarada mendesah kesal, menabrakkan kepalanya pada bantal empuk secara brutal. Pandangannya makin menajam saat mendengar bunyi notifikasi dari ponsel kesayangannya.

"Ooh, I'd be crazy. No, I am already crazy!" umpat Sarada frustrasi, melihat siapa yang meneleponnya.

"Oh, ya, halo? Ada apa menelepon sore-sore?" Sarada bertanya lugas, kesal berbasa-basi.

"Lo lupa apa gimana, sih? Novel lo yang Rather Be Alone mau diselesein kapan? Lama bener." Suara tajam Wasabi terdengar, membuat Sarada membelalakkan mata.

Wasabi Izuno, si editor sekaligus manajer cantik penyuka kucing yang sialnya galak kalau masalah deadline.

"Duh, Wasabi, gue di Okinawa. Lagi cari inspirasi, enggak bisa ngetik."

"Udah molor dua minggu tau, Sar. Ditanyain pihak penerbit, nih. Kalo ga kontrak eksklusifnya batal nanti. Lo 'kan cuma mau ambil kontrak sampe taun ini, taun besok udah fokus pencalonan." Wasabi mengembuskan napas lelah. Sarada yang mendengar suara Wasabi hanya meringis bingung.

"Wasabi, gue bakal selesein bulan ini. Masalah kontrak biar gue yang urus. Gue lagi ada masalah penting, enggak bisa ditinggal."

"Masalah apa? Masalah hati? Gue udah bilang dari lama kali, tinggalin aja Eren. Toh sekarang Eren udah bahagia sama Mikasa, 'kan? Makanya, lo tuh---"

Unpredictable Marriage | BoruSaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang