34. Skandal

1.6K 206 121
                                    

Sarada mengembuskan napas kasar setelah bangun. Perutnya terasa begitu kencang. Melangkah menuju kamar mandi, Sarada menghela napas panjang saat melihat cermin.

Perutnya sedikit membengkak. Piyama-piyama miliknya tak lagi cukup, Sarada bahkan sempat kaget saat mau berganti baju.

Emang sekarang aku segendut apa, sih, sampe baju-baju rumahku enggak cukup semua?!

Beruntung Sarada masih memiliki banyak night gown dengan desain tak terlalu terbuka, hadiah saat pernikahannya kemarin. Setidaknya ia bisa memakai itu untuk menyiasati piyama-piyamanya yang jadi kekecilan semua.

Menyebalkan sekali.

Diam-diam Sarada melirik Boruto geli. Suaminya itu terlelap di sebelahnya, ternyata. Sarada pikir Boruto akan tidur di ruang kerja gara-gara kejadian semalam.

Ternyata tidak. Pria itu tetap berjalan, tidur di sebelahnya dengan lengan yang kokoh melingkari perutnya. Sarada jadi terharu.

Wanita itu memutuskan melangkah ke dapur untuk memasak. Yaa, Boruto pasti lapar. Walau semalam sudah makan, tapi 'kan dia cuma makan ramen instan. Sedikit pula porsinya.

"Udah mandi?" Sarada menatap Boruto yang sudah duduk di meja makan dengan pakaian rapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Udah mandi?" Sarada menatap Boruto yang sudah duduk di meja makan dengan pakaian rapi. Boruto mengangguk tergesa.

"Kamu kenapa enggak bangunin aku?" sungut Boruto sedikit kesal. Sekarang sudah jam setengah sembilan, ia bisa terlambat kerja kalau begini caranya.

Sarada hanya tersenyum tipis sembari membalik telur ceplok yang ia buat. "Semalem 'kan kamu ngambek, tidur malem banget. Aku enggak tega, lah, mau bangunin kamu pagi-pagi."

"Ck, tapi 'kan ..." keluh Boruto, matanya melirik Sarada yang sekarang menghidangkan telur ceplok di piring. Ada daging bacem dan tofu yang dibacem juga, dan Boruto sudah bisa mencium harum nasi uduk buatan istrinya yang diberi daun salam.

"Eh, bra nya cukup?" Boruto memilih membelokkan pertanyaan, bertanya frontal tentang hadiah yang kemarin ia berikan. Sarada memerah, ia tak menyangka Boruto akan menanyakannya pagi-pagi.

"Bra apa?" Sarada mencoba mengelak. Boruto mengaduk tehnya.

"Yang aku kasih ke kamu, bareng sama parfum itu. Yang macan," jelas Boruto lebih lanjut, membuat Sarada jadi gelagapan.

"O-ooh, itu? Belum aku coba, sih." Sarada mengambil piring, memberikannya pada Boruto. Pelan wanita itu mengambilkan nasi, lalu Boruto menyumpit lauknya sendiri.

"Tapi makasih, ya, udah beliin parfum sama kalung," lanjut Sarada lagi, membuat Boruto mengangguk.

"Ittadakimasu!"

Sarada larut dengan makanannya. Boruto sesekali menatap Sarada yang tampak berbeda. Ah, di mana piyama dan kaos-kaos kartun kesayangan istrinya itu?

Unpredictable Marriage | BoruSaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang