40. Pertemuan

1.7K 206 118
                                    

"Jangan lupa dijaga pola makannya, Sarada! Jangan sampai stres, tekanan darahnya dijaga, ya!" Shizune berpesan. Menyerahkan resep obat pada Sarada yang mengangguk pelan.

Keluar dari rumah sakit setelah menebus obat, Sarada meregangkan tubuhnya yang kaku. Beruntung baju formalnya tidak kekecilan, karena memang ukurannya lebih besar dari piyama-piyama lama yang biasa ia pakai saat di rumah.

Boruto merangkul Sarada menuju mobil sedannya. Sarada menenteng plastik berisi obat dan vitamin. Boruto menghela napas panjang.

"Kita kapan mau ngasih tau orangtua kamu?" tanyanya jujur. Boruto merasa tak enak dengan mertuanya, putrinya hamil tapi malah tahu dari berita.

"Kapan, ya? Aku bingung, hihi." Sarada nyengir, kepalanya agak nyut-nyutan. Boruto hanya menggeleng-gelengkan kepala.

"Ini kita pulang ke rumah dulu. Besok ke rumah Ayah, baru besoknya ke rumah Papa. Gimana?" ujar Boruto menawarkan. Pria itu pintar memberi alternatif. Sarada mengangguk setuju, pilihan Boruto tak buruk.

"Nah, udah bener itu aja. Aku juga mau istirahat dulu, kepalaku agak nyut-nyutan," beritahu Sarada. Boruto membuka pintu mobil, mempersilakan Sarada masuk.

"Nanti biar aku yang beli susu hamil. Mau rasa apa? Apa aku beliin semua?" tanya Boruto lagi. Sarada mengangguk sembari tersenyum tipis.

"Iya, gitu aja."

Kalau malam-malam sebelumnya mereka lalui di rumah sakit, malam ini Sarada memakan crepes sambil duduk di kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau malam-malam sebelumnya mereka lalui di rumah sakit, malam ini Sarada memakan crepes sambil duduk di kamarnya.

Boruto seperti biasa sudah mengambil spot nyamannya, mendusel di perut istrinya sembari menerima potongan crepes yang sesekali Sarada suapkan.

"Bolt, kontrak kita beneran udah enggak berlaku?" Sarada tiba-tiba melebarkan pupilnya. Ibu hamil muda itu mendadak penasaran.

Boruto mendongak pelan. "Iya. 'Kan aku udah bilang sama kamu, Sarada."

"Dipikir-pikir kita lucu juga, ya," lanjut Sarada lagi, menggigit crepesnya senang. Boruto tertawa kecil, mengusap-usap perut Sarada lembut.

"Lucu gimana?"

"Yaa, lucu banget kita tuh. Awalnya nikah kontrak, ketemu enggak jelas di Okinawa. Eh, aku masih penasaran, tau. Siapa sih orang yang tandatangani kontrak kamu awalnya? Kenapa bisa mirip banget sama aku, ya?" celetuk Sarada lagi. Ia masih ingat foto wanita berambut hitam yang persis sepertinya sekarang. Kalau ada perbedaan, mungkin ada sedikit penuaan dan wanita itu lebih berisi.

"Aku juga enggak tau. Yang ketemu sama orang itu si Denki," jujur Boruto, mencoba mengingat rupa wanita yang ada di foto.

Tapi tak bisa. Bodoamat, Boruto mengecupi perut Sarada lagi.

"Kamu kenapa suka banget nyiumin perut aku, sih, Bolt? Emang enggak risih?" cerocos Sarada lagi. Melihat Boruto yang tampak begitu nyaman bergelung menghadap perutnya membuat Sarada geli sendiri melihatnya.

Unpredictable Marriage | BoruSaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang