45. Sleeptalk

1.5K 138 25
                                    

Kondisi kesehatan Sarada memburuk. Itu fakta. Boruto berkali-kali menghela dan mengembuskan napasnya, duduk di sisi ranjang rumah sakit sembari menatap istrinya yang terbaring lunglai di atas ranjang.

Efek kelelahan dan mungkin banyak pikiran jadi dua hal yang jelas buruk bagi kesehatan Sarada.

Sifat Sarada yang pemikir jelas memperburuk keadaannya. Hipertensi yang wanita itu alami tak baik untuk kesehatannya dan juga bayi mereka.

Untung dokter mengatakan istrinya akan baik-baik saja. Walaupun Boruto tahu itu hanya kalimat penenang, karena preeklamsia jelas berbahaya bagi wanita hamil.

Sarada masih tertidur lelap. Boruto mengolet, ia bahkan meninggalkan pesta peluncuran yang sudah ia tunggu-tunggu dari kemarin. Berita pingsannya Sarada jelas jadi hotnews di mana-mana. Untungnya Albert Brighton dan Sarah Brighton mengambil-alih jalannya pesta.

Boruto harus berterima kasih secara pribadi untuk sepasang suami-istri itu.

"You are a great husband, Boruto." Albert memasuki ruangan, menggandeng Sarah yang tengah menggendong Shania yang terlelap. Albert tersenyum bangga pada sosok kembarannya dari dunia lain itu.

Boruto menatap Albert bingung. "Tidak kembali ke hotel?" tanya Boruto. Setahu Boruto pestanya sudah selesai. Jadi buat apa Albert dan Sarah malah ke sini?

"Aku ingin menjenguk Sarada, Boruto. Yaa, hitung-hitung aku jadi ingat masa-masa hamil Shania dulu. Terkapar di rumah sakit berbulan-bulan," cerocos Sarah sambil duduk di sofa, lalu menidurkan Shania di sebelahnya. Albert tertawa kecil menanggapi istrinya.

"Kau tahu, Boruto? Sarah itu dari kemarin ribut ingin tetap tinggal di sini. Aku sudah mengajaknya pulang, tapi Shania malah memihak ibunya. Ya sudah," cerita Albert pasrah. Boruto tertawa canggung menanggapi cerita Albert.

Bisa Boruto lihat, pria berambut kuning itu benar-benar menurut pada sang istri.

"Sarada terkena preeklamsia, ya?" tanya Sarah. Boruto mengangguk. Ia sebenarnya sedikit tak biasa melihat Sarah, apalagi kalau mengingat wanita itu yang menandatangani kontrak awal pernikahan kontrak mereka.

"Al, bukannya waktu itu kamu buat obat untuk mengatasi preeklamsia, ya? Enggak kamu bawa?" celetuk Sarah tiba-tiba. Albert yang mendengarnya jadi mengerutkan dahi.

"Yang mana lagi, sih, Sayang? Aku ke sini hanya membawa uang. 'Kan kamu yang bawa-bawa semua," bingung Albert. Pria itu balas menatap oniks istrinya lamat-lamat.

Sarah menggeleng. "Itu, loh. Aku enggak bawa apa-apa, kok. Aku pikir kamu yang bawa," balas Sarah, membuat Albert menghela napas panjang.

Kalau sudah sampai berdebat begini, lebih baik mengalah saja.

"Ya sudah, berarti enggak dibawa." Albert mengakhiri perdebatan mereka, beralih ke ranjang tempat Sarada berbaring.

Albert tersenyum puas. Belum pernah ia tersenyum sepuas ini setelah mengunjungi doppleganger di dunia lain. Boruto dan Sarada di dunia ini benar-benar menyenangkan.

Albert suka fakta itu.

Ide istrinya memang menggemaskan. Albert putuskan untuk menuruti sang istri lagi kalau-kalau istrinya mau iseng.

Unpredictable Marriage | BoruSaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang