17. First Day In Penthouse

2.2K 207 139
                                    

"Bolt!!!"

Sarada menahan napasnya. Kini safir sewarna biru yang jadi warna kesukaannya itu ada di hadapannya, menatapnya lekat-lekat. Posisi Sarada yang berada di atas dada bidang Boruto dengan payudara gadis itu sebagai tumpuan membuat jantung Boruto berdebar tak karuan.

Boruto membelalak, menatap oniks istrinya lekat-lekat. Harus Boruto akui, Sarada memang berat. Tapi yang jadi masalah adalah ....

Sial, kenapa jadi tegang?!

Lengan Sarada bertumpu pada kasur, oniksnya menatap Boruto kesal pada awalnya. Boruto terus mengadu tatap, menatap oniks gadis itu lekat-lekat.

Semakin lama, semburat merah itu makin mewarnai pipi Sarada yang kekuningan. Memerah manja, Sarada yang awalnya kehilangan kata-kata menyadari posisinya. Apalagi mata gadis itu kontan membulat saat merasakan ada sesuatu yang berdiri tegak menegang di sela-sela pahanya. Begitu paham dan sadar apa yang terjadi, gadis itu langsung berguling ke sisi ranjang lain dan berakhir berbaring menyamping dengan lengan kekar Boruto sebagai bantal.

Boruto yang semula melotot membelalak jadi mengembuskan napas lega begitu Sarada berpindah ke sebelahnya.

Bahaya kalo dia terus-terusan di atas!

"Bolt! Bego!" umpat Sarada kesal, memalingkan mukanya yang memerah sempurna dari Boruto. Boruto mengembuskan napas lega, menatap langit-langit ruangan sambil menarik napas dalam-dalam.

"Kamu itu yang bikin saya ketarik, Sarada!" hardik Boruto tak terima. Sarada sendiri sudah meringkuk di sebelah Boruto, berbaring menyamping membelakangi Boruto dengan kepala berbantalkan lengan kokoh suaminya.

"T-tapi 'kan kamu jangan ambil kesempatan dalam kesempitan, dong!" sergah Sarada malu. Otaknya langsung cepat menyimpulkan sesuatu saat ia merasa ada yang berdiri tegak di sela-sela pangkal pahanya.

Apalagi dengan posisinya yang benar-benar memicu rangsangan terhadap makhluk hidup, dan Boruto adalah makhluk hidup dengan ciri peka terhadap rangsang.

Pikiran Sarada langsung dipenuhi hal-hal kotor bersliweran!

"Siapa yang ambil kesempatan dalam kesempitan, sih? Kamu enggak usah ngaco, deh!" Boruto mendengkus, menaruh ponselnya di nakas. Ia berhasil mendapatkan ponselnya kembali, tapi ia jadi tidak mood gara-gara Sarada.

Ada masalah yang harus ia tuntaskan sesegera mungkin sekarang.

"Tapi itu ... Kamu kok anu--Argh! Udah, mending aku pergi aja!" Sarada langsung duduk di ranjang, mendesis sebal karena kepergok salah tingkah. Boruto menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya kasar, pria itu buru-buru bangkit dari tidur dan berdiri di lantai kamar.

"Terserah, ah. Saya mau ke kamar mandi dulu aja." Boruto langsung bergegas ke kamar mandi, pria itu butuh pelampiasan lain gara-gara Sarada.

Sementara gadis yang jadi objek justru bengong sekejap, tapi matanya langsung melotot sempurna saat menyadari ke mana Boruto pergi sekarang.

Jadi ... Dia ... GILA?! Jadi cowok beneran gitu, ternyata?!

 GILA?! Jadi cowok beneran gitu, ternyata?!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Unpredictable Marriage | BoruSaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang