8-Tenang, Pa. Rahasia Kita Aman!

27.5K 4.7K 379
                                    

VOTE sebelum baca yaaa, semoga berkah😚

ENJOY!👐🏻

.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

Malam terasa begitu dingin kali ini. Gelapnya langit juga tak menampakkan bintang, terselimuti awan yang mungkin akan segera menumpahkan bebannya. Juna termenung di depan jendela kamarnya yang sengaja ia buka lebar-lebar. Membiarkan hawa dingin angin malam menembus setiap helai pakaiannya.

Ingin sekali rasanya mengeluarkan segala beban yang kini tengah menggelayuti hatinya. Namun mungkin air matanya sudah habis terkuras saat ia mengguyur tubuhnya selama dua jam di kamar mandi. Kini yang tersisa hanya mata sembab dan pipi yang kian membiru.

Juna tersenyum tipis saat melihat mobil sang Papa memasuki pekarangan rumahnya. Apalagi saat sang peri kecil keluar dari mobil itu dalam gendongan Liam. Syukurlah, keadaan Via sudah membaik. Semua anggota keluarganya keluar satu persatu dari mobil itu. Ingin hati menyambut mereka di bawah, namun entah mengapa tubuhnya enggan.

Sampai mereka benar-benar lenyap dari pandangannya, Juna tetap di posisinya. Ia beralih menatap langit. Kini rintik hujan mulai turun membasahi tanah kering di bawahnya. Tangan Juna tergerak ke depan, menahan air hujan di tangannya. Seiring dengan genangan air di tangan yang semakin banyak, senyuman semakin lebar ia ulas.

Tok tok

Tiba-tiba suara pintu yang diketuk menyapa indera pendengarannya. Juna menoleh tanpa berucap apapun.

"Kak, ini Papa. Boleh Papa masuk?"

Begitu suara bariton milik Tyo menggema, Juna segera beringsut menuju meja belajarnya. Senyum lebar yang tadi terukir apik di bibirnya sirna seketika. Entah mengapa, Juna panik.

Ia mengobrak-abrik buku pelajarannya, sampai akhirnya memutuskan untuk membuka asal halaman di buku pelajaran fisika. Juna menaruh kepalanya pada buku itu di meja dengan tangan kanan sebagai bantalannya. Ia memejamkan matanya. Juna pura-pura tidur.

Ceklek

Demi apapun, jantung Juna berdebar sangat kencang saat suara pintu yang dibuka terdengar. Semoga saja, Papanya tak menyadari bahwa Juna hanya pura-pura.

Tyo terhenyak saat mendapati Juna tertidur dalam posisi seperti tengah belajar. Hatinya berdesir hebat kala tangannya terasa gatal akibat ingatan tadi sore kembali membayanginya. Tyo melirik tangannya sejenak sebelum kembali pada sang anak.

Lelaki berkepala empat itu berjalan perlahan mendekati anak ketiganya. Ia melihat bagaimana berantakannya meja belajar Juna. Pikirnya, pasti sedari tadi Juna belajar sampai ketiduran seperti ini. Ia tersenyum tipis.

Tyo menatap wajah anaknya lekat. Terutama pada bagian pipinya yang kebiruan. Seketika rasa bersalah kembali menyergapnya. Tyo menggigit bibir bawahnya. Dadanya sesak saat melihat mata anak itu begitu sembab.

Untuk Arjuna[✓]Where stories live. Discover now