44-Sakit Sih, Tapi Belum Mematikan

18.3K 2.8K 340
                                    

Eyyo! Malam minggunya ditemenin Arjuna, nih✌🏻😚

SELAMAT MEMBACA!🤸🏻‍♀

.

"Kadar lara pada seseorang tak selalu diukur dari banyaknya air mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kadar lara pada seseorang tak selalu diukur dari banyaknya air mata. Karena terkadang, senyum yang dipaksakan menunjukkan luka yang jauh lebih dalam."

~Untuk Arjuna~

.

"Nanti pulang sekolah, Juna mau latihan dulu."

Seketika aktivitas mereka terhenti dan dengan cepat menatap anak yang baru saja bersuara.

"Kamu udah beneran baikan, sayang?" tanya Hara.

Juna meneguk air minumnya hingga tandas, meluncurkan pil pahit yang menjadi penyambung hidupnya. "Udah, Ma. Juna udah sekolah berapa hari coba? Masa belom percaya, sih?"

Sudah lima hari Juna kembali ke sekolah. Semuanya normal dan berjalan dengan baik. Penyakitnya tak pernah kambuh. Ia selalu rajin minum obat dan menjaga kesehatannya. Tekadnya untuk sembuh bukan main-main. Jika ia sudah berkata demikian, maka harus terjadi. Arjuna memang seambisius itu.

Namun ada yang kurang. Juna masih belum kembali berlatih. Ia takut posisinya kembali terancam digantikan. Lantas hari ini ia memberanikan diri untuk memulai lagi. Sudah cukup istirahatnya.

"Jangan terlalu diforsir, kalo udah ada yang kerasa langsung berhenti. Kalo gak kuat pulang sendiri, minta jemput sama Pak Yana atau Ali."

Liam mewanti-wanti adiknya. Sebenarnya ia belum sepenuhnya mengizinkan. Namun Liam tak ingin jika adiknya sampai nekat. Akan lebih berbahaya jika seperti itu. Si anak yang merasa terpanggil hanya mengangguk setuju. Ali masih sibuk mengunyah sarapannya.

"Iya, Mas. Tenang aja," ujar Juna dengan senyum seindah bulan sabit.

🕊🕊🕊

Suasana kantin selalu ramai di jam-jam sekarang. Namun sepasang bola mata itu tak henti-hentinya mengedar. Mencari keberadaan seseorang, ingin memastikan orang itu makan dengan baik. Tapi sampai lupa berkedip pun, Juna tak kunjung menemukan sosok kembarannya. Hanya ada dua bocah lain yang Juna tangkap.

"Ali mana?" tanya Juna pada Marco dan Raja yang baru saja keluar dari antrean di kantin tengah. Di tangan Raja terdapat sebungkus roti isi selai stroberi dan susu kotak.

"Dia di kelas, tadi diajak tapi gak mau. Ya udah gue sama Raja duluan, tapi nanti makannya di kelas kok, buat nemenin dia," jawab Marco panjang lebar.

Untuk Arjuna[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang