47-Robohnya Dinding Pertahanan

15.3K 2.6K 352
                                    

SELAMAT MEMBACA!🕊

.

"Sekokoh apapun pertahanan yang kau bangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sekokoh apapun pertahanan yang kau bangun. Tak akan cukup kuat jika terus diterpa lara yang tak tersuarakan. Seperti halnya, aku. Dindingku roboh. Haha, tapi tak apa, akan ku bangun lagi."

~Untuk Arjuna~

.

Tak terasa, hari kejuaraan yang ia nanti-nantikan akan segera tiba dalam hitungan jari. Juna gugup sekaligus antusias. Seolah tujuan hidupnya hanyalah untuk menghadapi pertandingan itu.

Setelah sesi latihannya terakhir kali, Juna tak berlatih lagi. Ia hanya akan menemui Jean sehari sebelum hari kejuaraan untuk memastikan kondisinya sanggup atau tidak. Anehnya, keputusan ini terlontar langsung dari mulut Juna. Sedangkan yang lain tak mempermasalahkan karena memang itulah yang mereka inginkan. Tak ingin Juna memforsir tubuhnya lebih jauh lagi.

Jean sempat bertanya ini-itu ketika ia mengiriminya pesan, namun Juna hanya mengatakan, "Gak pa-pa, cape juga latihan tiap hari." Aneh. Itu yang Jean rasakan. Namun ia tak bisa memaksa jika Juna sudah membulatkan keinginannya.

Hari ini Juna bolos sekolah. Yang pasti bukan atas keinginannya, melainkan tuntutan dari dokter pribadinya. Juna akan check up perihal kondisi tubuhnya. Ia ditemani oleh sang Mama.

"Gimana perasaan kamu, Juna?" tanya Dokter Arya dengan ramah.

Yang ditanya menampilkan senyum andalannya. "Alhamdulillah, Dok," jawab Juna. Hara setia mendampingi.

"Baik, alhamdulillah. Kalo gitu kamu baring dulu, ya!" titah dokter berusia enam puluhan tahun itu.

Juna menurut dan segera merebahkan tubuhnya di atas brankar. Lalu Dokter Arya menempelkan stetoskopnya pada dada Juna. Meraba perut bagian atas pasiennya. Ia tertegun sejenak. Sudah ada penimbunan cairan di dalam perut Juna. Terasa dari perutnya yang sedikit membuncit.

"Dok?" tanya Juna pelan. Yang dipanggil berdeham. "Aku bisa sembuh, kan?"

Dokter Arya tersenyum hangat untuk kemudian mengangguk. "Kita berjuang sama-sama, ya!"

Juna merasa sedikit lega mendengarnya.

"Kamu masih suka olah raga?" tanya Dokter Arya membuka topik pembicaraan lain.

Juna terkesiap dan segera menjawab. "Iya, Dok. Bentar lagi bakal ikut kejuaraan, dong," ucapnya berbangga diri.

"Oh, ya? Wah, hebat kamu," puji pria dewasa itu merasa bangga. Juna senang luar biasa mendapat pujian itu. Membuatnya semakin percaya diri.

Untuk Arjuna[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang