Ya khusus hari ini Juna datengnya sore, siapkan posisi ternyaman, kemarin katanya kependekan.. nih aku kasih panjang😚
ENJOY YOUR FEELINGS!🤧
.
"Jika suatu hari nanti kita masih bisa bertegur sapa, apa yang ingin kamu sampaikan padaku?"
~Untuk Arjuna~
.
"Mas, nanti pulangnya jangan kemaleman, ya?"Si anak yang baru saja sampai di rumah, tengah menelpon Kakak sulungnya. Entah mengapa Juna ingin sekali berkumpul bersama keluarganya. Ingin menciptakan momen indah untuk ia abadikan.
"Kenapa, Jun? Tumben?" Liam heran. Tak biasanya adiknya ini memintanya untuk pulang cepat.
"Enggak ada apa-apa. Cuma pengen ngumpul aja."
"Hm... ada bau-bau modus nih. Mau Mas bawain apa?"
Juna terkekeh. "Gak perlu, Mas. Ajak Kak Sekar aja, biar rame."
"Ya udah, nanti Mas usahain pulang cepet. Sekarang Mas tutup dulu, ya, ini masih banyak kerjaan Mas."
"Hm.. Jangan lupa makan ya, Mas. Hati-hati pulangnya." Setelah rentetan kalimat itu terucap, panggilannya terputus.
Juna berbaring di atas kasurnya. Menatap kosong ke arah langit-langit kamarnya. Tersenyum pahit. Sadar penyakitnya kian memburuk. Bukan tanpa alasan Juna memutuskan untuk tak berlatih sampai hari kejuaraan nanti. Ia hanya takut tubuhnya tak akan sampai di hari itu. Maka ia putuskan untuk beristirahat.
Padahal tak ada sedikitpun rasa untuk berdiam diri selain karena rasa sakitnya. Juna suka olahraga. Juna cinta karate. Tapi tubuhnya menolak saat diajak kerja sama.
Ia sadar betul bagaimana sakitnya semakin menyiksa. Juga intensitas kambuhnya semakin sering walau tak pernah ia suarakan. Bahkan sekarang saja badannya sakit semua. Sepulangnya dari tempat peristirahatan sang Papa, Juna drop. Badannya demam dan sangat lemas.
Hari masih siang, namun ia sangat mengantuk. Lantas Juna mencoba untuk terlelap. Namun suara derit pintu membuatnya kembali membuka mata. Juna menoleh dan tersenyum hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Arjuna[✓]
Teen Fiction[Family & Brothership] "Emangnya, karate itu gak bisa dibanggain, ya?" Keluarga harmonis, rasa neraka. Emang ada? Itulah yang dirasakan oleh Arjuna Omar Biantara. Seorang atlet seni bela diri yang sayangnya memiliki otak dengan kapasitas rendah. Sel...