21-Kenyataan Pahit

32.8K 4.7K 634
                                    

Hai haii! VOTE dulu yaaa sebelum baca😚

Ni aku up cepet.. mau lari pagi duluuuu🏃🏻‍♀️

Siapin hati dulu gais!😌

.

SELAMAT BERSEDIH!🤧

.

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

.

"Argh... sshh..." erang Juna saat merasakan kebas di kakinya. Terlihat pergelangan kakinya sedikit membengkak.

Juna bersimpuh di depan pintu kamarnya karena terjatuh saat tak kuat menopang raga. Sebelumnya ia sempat mendengar ucapan Masnya. Kebenaran enteng yang entah mengapa begitu menyakiti hatinya. Lelehan bening lolos begitu saja dari sudut matanya. Perpaduan dari luka di hati dan kesakitan nyata yang ia rasakan pada raganya.

Terdengar derap langkah tergesa mendekat ke arahnya. Namun Juna tak menghiraukannya. Fokusnya tersita penuh pada rasa sakitnya.

"Jun? Lo kenapa?" suara yang sarat akan kecemasan itu terlontar dari mulut Ali.

Juna malah semakin terisak. Sakitnya sungguh menyiksa. Tapi bukan hanya berasal dari kakinya. Melainkan gejolak menyakitkan dari dalam perutnya yang membuat Juna tak bisa bergerak bebas. Juna mencengkeram lengan Ali, mencoba menyalurkan rasa sakitnya.

Ali meringis kala cengkeraman Juna begitu erat melingkar di tangannya. Sesakit itukah yang Juna rasakan?

"Juna? Hey? Lo kenapa? Apanya yang sakit?" tanya Ali panik karena Juna terlihat seperti kesulitan bernapas.

"Al...." Juna melirih dengan mata memejam kuat diiringi desisan. Keningnya berkerut dalam dengan keringat yang bercucuran.

"Sa-sakit banget..." Juna benar-benar menangis. Katakanlah dia cengeng, Juna tak peduli. Tapi rasanya sungguh menyakitkan.

Seolah bisa merasakan kesakitan Juna, Ali pun merasa perutnya berdenyut nyeri. Walau mungkin tak seberapa dibanding dengan yang adiknya rasakan. Ali menggigit bibir bawahnya. Entah apa yang ia rasakan, tapi Ali yakin itu adalah ikatan antara dirinya dengan sang kembaran.

Napas Juna semakin terengah. Sampai tiba-tiba, entah mendapat kekuatan dari mana, ia berusaha bangkit dan melesat menuju kamar mandi. Ali segera berlari menyusulnya.

Hoek! Hoekkk

Juna memegang ujung wastafel begitu erat. Tubuhnya merunduk saat gejolak panas menjalar menuju tenggorokannya. Juna berusaha memuntahkan hal yang mengganggunya. Tapi sangat sulit.

Untuk Arjuna[✓]Onde histórias criam vida. Descubra agora