53-Pengen Pulang

16.1K 2.7K 549
                                    

Seperti kemarin, putar lagunya!😍

SELAMAT MEMBACA!☺️

.

"Memang benar ya, manusia hanya bisa merencanakan tanpa bisa melaksanakan, jika garis takdir tak mengizinkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Memang benar ya, manusia hanya bisa merencanakan tanpa bisa melaksanakan, jika garis takdir tak mengizinkan."

~Untuk Arjuna~

.

.

"Gue nggak ma-mau meninggal." Juna menangis ketakutan. Ali menggeleng ribut, sungguh sesak rasanya.

"G-gue bisa ikut.. lomba, kan?"

"Bisa. Adek bakal sembuh, Adek kuat, Adek bakal menang." Ali mengusap air mata adiknya dengan lembut. Juna mengangguk pelan sembari tersenyum mendengarnya. Namun detik berikutnya sorot matanya berubah hampa.

"Juna?" tanya Ali kebingungan. Adiknya menatapnya, namun tak ada apapun di sana. Ia tak bisa merasakan tatapannya. Bahkan Ali tak melihat adiknya berkedip sedikitpun.

"Hey, Adek?" Ali menepuk pipi Juna. Namun anak itu masih diam bergeming. Ali gelisah, apa yang terjadi pada adiknya?

"Juna! Arjuna?!" Ali sedikit menaikkan nada suaranya. Mengguncang pelan tubuh adiknya.

"Bang," panggil Juna begitu pelan. Ali membeku, menatap lurus pada mata adiknya, namun walau begitu ia tetap tak bisa merasakan tatapannya. Pandangan Juna kosong, namun binarnya masih ada.

"Juna? Jangan bikin gue takut, lo kenapa?" Ali panik luar biasa. Ia menangis tersedu. Ali melihat sudut bibir pucat itu tertarik begitu lebar.

"Gue menang, Bang. Juara satu..." lirih Juna dengan setetes embun meluncur dari sudut matanya.

Ali semakin mengeratkan genggamannya. Ia tak mengerti mengapa Juna tiba-tiba berkata seperti itu. Yang jelas, Ali ketakutan. Ia mencium kening Juna cukup lama. Hatinya sangat amat sakit. Lalu saat ia kembali menatap Juna, Ali dibuat panik oleh raut kesakitan adiknya.

"S-sakit..." Juna merintih. Ia tak kuasa berpura-pura lagi. Air matanya kembali bercucuran.

Ali menangis. Ia tak bisa berkata-kata. Ali kalut ketika suara dari monitor itu tiba-tiba berubah cepat. Garisnya bergerak tak beraturan. Terlebih ketika melihat Juna menutup dan membuka matanya berkali-kali, menatap langit-langit namun sorotnya hampa.

"Arjuna?" Tiba-tiba pendengaran Juna berdengung. Yang ia tangkap hanyalah suara yang tak asing.

"Papa? Sakit, Pa," batinnya mengadu.

Untuk Arjuna[✓]Where stories live. Discover now