Pahit

4 2 0
                                    


Sepeninggal Vina ia terpaku, menatap kosong ke arah papan tulis. Saat ini dia ingin sendiri. PR yang tadi dikatakan kepada Vina hanyalah cara untuk mengusir secara halus Vina dari sini.

Benarkah berita itu ? Kalau memang Feriyan sudah memiliki kekasih, lalu apa arti surat-surat dan perhatiannya selama ini kepadaku ? Apakah aku hanya tumpuan keisengannya semata ? Apakah semua yang  ia rasakan kepadaku tak seperti yang kurasakan padanya ? Adakah arti diriku baginya ?

Neyvi merasakan kebencian dan kemarahan kepada Feriyan saat ini.

"Dasar cowok labil. Bisa-bisanya ia melakukan ini kepadaku !"

Tiba-tiba saja ia merindukan kamarnya. Ia ingin berbaring di kasur mungil di kamarnya yang sejuk, dan menangisi kebodohannya. Ya, bukankah bodoh namanya, mencintai seseorang yang ternyata tak mencintainya ? Ia mengira segala kisah yang terjalin di antara mereka adalah perjalanan paling manis dan indah, layaknya dua sejoli yang saling jatuh cinta. Tapi ternyata ia salah besar.

Neyvi tak ingin mengambil kesimpulan atau sebuah kemungkinan, seperti misalnya Feriyan bosan kepada Tita dan berpaling kepadanya, atau bisa saja Feriyan mencintai dirinya dan Tita sekaligus.

Meskipun cowok itu sudah bosan dengan Tita, harusnya diakhiri saja hubungan mereka. Dengan memberi harapan padanya, tentu akan menyakitkan bukan saja bagi dirinya, tapi juga bagi Tita jika ia mengetahui kedekatan antara Feriyan dan dirinya.
Atau Feriyan ingin bermain api dan menganggap kami bisa dibodohi begitu saja ? Kami dalam naungan sekolah yang sama, cepat atau lambat semua pasti terbongkar.

Tak habis pikir Neyvi akan sikap plin plan Feriyan. Ia benci sekali mendengar kenyataan ini. Tapi, entah mengapa rasanya ia tak mampu untuk mengakhiri kedekatan mereka. Ia belum siap. Feriyan adalah cinta pertamanya, dan ia mengira dirinya pun merupakan cinta pertama bagi Feriyan, namun ternyata ia salah.

"Di bagian manakah dari keping hati Feriyan namaku tersimpan ? Apakah bersisian dengan Tita, atau keberadaanku hanya menambal sedikit ruang kosong dihati Feriyan agar penuh tak bersisa ? Atau masih ada ruang untuk aku-aku yang lain di masa mendatang ?"

Kenyataan ini terasa pahit baginya yang baru saja mengenal arti cinta.
Neyvi menghembuskan nafas keras sesaat setelah bel masuk berbunyi.

Pelajaran pertama adalah Bahasa Indonesia, pelajaran favoritnya. Namun sepanjang jam pelajaran, otaknya terasa kosong, tak mampu berpikir sedikitpun. Penjelasan Bu Diana yang biasanya meluncur masuk  dengan mudah dari indra pendengarnya menuju ke otak untuk kemudian menetap disana dalam waktu lama, hari ini tidak demikian. Setiap kata yang keluar dari mulut ibu Diana terasa memantul lagi keluar tanpa sempat masuk ke telinganya, apalagi ke otaknya.

Waktu 2 x 45 menit yang biasanya terasa sebentar karena ia sangat menyukai pelajaran tersebut, kali ini ia rasakan begitu lambat. Sesekali ia melirik jam tangan di pergelangan tangan kirinya, lalu melihat jarum pendek dan jarum panjangnya seperti kelebihan beban, sulit sekali bergerak.

Ingin rasanya ia menyeret ke dua jarum tersebut agar segera sampai ke angka setengah sembilan. Dan akhirnya menit-menit terpanjang dalam hidupnya selesai sudah, ditandai dengan bel tanda pergantian pelajaran.

Setelah ini 45 menit lagi yg harus ia lewati. Ia harus berkreasi dengan pewarna di atas kertas gambar sebelum melepas penat di jam istirahat pertama.

Dan waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba.

Dengan sembarangan ia melempar alat tulis dan pewarnanya ke kolong meja, setelah mengumpulkan tugas menggambarnya.
"Huuuffftt...merdeka !" Pekiknya dalam hati dengan perasaan yang masih tak menentu.






###

To be continue
Jangan lupa vote dan komen ya!

Menghapus Sisa KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang