Ingin Yang Lain

0 0 0
                                    


Seperti biasa Vina menghampirinya saat jam istirahat dan mengajaknya ke kantin. Beberapa hari ini ia selalu ke kantin bersama Hilmi karena ia tak melihat Vina, dan malas mendatanginya karena enggan bertemu Feriyan. Akhirnya hari ini Neyvi dan Vina kembali pergi bersama ke kantin.

"Ney, Feriyan bilang sekarang lo berubah. Katanya lo menghindar terus dari dia, kenapa ?" Tanya Vina sambil berjalan beriringan ke kantin.

"Males aja gue, Vin. Playboy cap kampret. Bener kata lo dia ada hubungan sama si Tita. Gue pernah lihat mereka lagi ngobrol berdua di taman," tutur Neyvi getir.

"Jadi gimana ?" Tanyanya

"Ya gak gimana - gimana, kan gue sama Feriyan juga gak ada hubungan apa - apa," Jelas Neyvi.

"Masa iya gak ada hubungan, kalian berdua kan intens surat-suratan" kata Vina lagi.

"Hubungan apaan, Vin ? Surat-suratan sih emang iya tapi dia gak pernah ngasih kejelasan. Nembak juga gak pernah, ya udah lah gue anggap kelar semuanya. Ogah gue mah digantung gini, lah dia enak-enakan nebar sana sini," kata Neyvi emosi.

"Ohh..!" Seru Vina terkejut. "Gue kira selama ini kalian udah jadian. Soalnya dari cerita Feriyan seolah lo itu udah jadi pacarnya."

"Bodo amat lah, Vin. Emang cowok dia doang," tutur Neyvi

"Maksud lo Hilmi, Ney? hehh neyy!" Kejar Vina karena tak ada jawaban dari Neyvi.

Neyvi terus saja berjalan tanpa menjawab pertanyaan Vina.

"Iiihhh... ni anak nyebelin banget. Lo udah jadian sama Hilmi?" Tanya Vina geram.

"Belum sich, tapi gak ada salahnya kan nerima dia ? Hilmi baik kok, yang pasti gak playboy dan tebar pesona sama cewek - cewek," jelas Neyvi.

"Iya sich, sebenernya gue setuju lo ama Hilmi, dia keren banget orangnya. Waktu kelas 1 gue sempet pengen naksir dia tapi gak pede."

Neyvi tertawa.

"Ya udah lo gebet aja sekarang" anjur Neyvi.

"Yaelah Neeeyy... satu seantero sekolah juga tahu kali dia naksir berat sama lo. Yang ada gue di gratisin," sungut Vina.

"Tapi kalo kata gue sih, lo juga cocok banget sama Feriyan," lanjutnya lagi

"Ck, lo bukannya dukung gue. Lo sahabat gue apa Feriyan sih?" Tanyanya jengkel.

"Iya deh iyaaaaaa... Gue dukung lo. Tapi emang lo cinta sama Hilmi? Yang gue lihat kalo sama Feriyan lo menggebu-gebu, tapi kalo sama Hilmi lo keliatan datar aja," sambung Vina.

"Stop ah bahas mereka. Tuh kantin udah di depan mata, jadi makan gak?" Tanya Neyvi gemas

Dan akhirnya mereka masuk ke kantin yang masih saja padat merayap kayak jalanan ibu kota di siang hari.  Lebay gak sih ? Hehehe.

Tapi masih ada beberapa kursi kosong. Neyvi segera mengambil tempat untuknya dan Vina agar tidak keduluan ditempati siswa lain, sedangkan Vina langsung memesan makan siang mereka. Seperti biasa mereka selalu memesan bakso dan es teh manis.

Setelah pesanan datang, mereka segera menyantap tanpa bercakap-cakap lagi. Suasana kantin begitu berisik, mereka harus agak berteriak jika bicara untuk mengimbangi suara bising di kantin yang dipenuhi dengan canda tawa cowok-cowok yang memenuhi kantin. Setelah makan, mereka masih saja belum beranjak dari kantin, bikin sesak saja, pikir Neyvi.

"Neyvi, mana yayang Hilmi?" Tanya Denny menggoda yang disambut tawa gerombolan cowok-cowok gak jelas itu.

Neyvi hanya melirik sekilas karena mendengar namanya dipanggil, tapi ia tak merespon.

"Cepet Vin makannya. Pusing gue, berisik banget disini. Mending kita duduk-duduk di dekat lapangan, mumpung masih ada waktu beberapa menit lagi" ajak Neyvi.

"Yok lah, gue juga udah kelar" kata Vina sambil berdiri.

Setelah membayar ke Mang Pe'i si pemilik kantin, mereka pun berlalu meninggalkan kantin, diiringi tatapan cowok-cowok yang memang menyukai wajah imut Neyvi dan sikapnya yang kalem.

Iya kalem kalau dengan orang yang gak dikenalnya dekat, tapi ia akan jadi periang jika bersama dengan orang-orang yang kenal dekat dirinya seperti sahabat dan teman-teman sekelasnya.








###

To be continue
Jangan lupa vote dan komen ya!

Menghapus Sisa KenanganWhere stories live. Discover now