Gamang

1 1 0
                                    


Sudah lama sekali mereka berempat tidak kumpul bareng. Apalagi setelah mereka disibukkan dengan tugas-tugas yang seolah tak pernah putus menjelang kenaikan kelas dan juga persiapan untuk Ulangan Akhir Semester, komunikasi mereka benar-benar terputus.

Besok pembagian raport kenaikan kelas, dan hari ini mereka berkumpul di taman sekolah sesuai kesepakatan mereka usai menyaksikan pengumuman pemenang class meeting tahun ini.

Siswa yang lain ada yang masih asyik di lapangan dan menggunakan fasilitas sekolah seperti basket, volly dan tenis meja. Ada juga yang hanya duduk-duduk di tepi lapangan sambil mengobrol seputar rencana liburan dan menebak-nebak siapa yang akan mendapat ranking tiga besar di kelas mereka. Ada yang nongkrong di kantin sambil makan dan minum atau sekedar bersenda gurau saja.

Vina, seperti biasa tanpa diminta langsung saja curhat tentang cowok- cowok incarannya, dan yang lain mendengarkan.

"Gue lagi bingung nih" katanya merengek seperti bocah SD.

"Gue feeling mentoknya ke Ilham, tapi gue sama dia kan beda keyakinan, gimana dong? Pasti bonyok gue gak akan setuju," sambungnya lagi

Memang di gank mereka, hanya Vina yang beda keyakinan, sedangkan yang lainnya muslim.

"Ya udah sama Rio aja, kan lo bilang dia baik dan perhatian, dan yang pasti satu keyakinan. Dijamin gak akan ditentang lah sama keluarga lo" saran Neyvi.

"Tapi kerjanya belom mapan, Ney. Lagian dia cemburuan banget. Bisa metong gue hidup sama dia. Kan lo tau sendiri penggemar gue banyak," kata Vina sambil tertawa

"Preeettt !"

"Najis luuuuhhh !"

"Idiiiiiihhh...!"

Masing-masing berkomentar sambil tertawa.

"Udah lah jalanin aja sama Ilham kalo emang lo ngerasa nyaman sama dia. Lagian pikiran lo jauh amat pake takut gak direstuin ortu. Emang lo udah ngebet mau kawin ?" Gerutu Hana disambut anggukan setuju Neyvi dan Vanty.
Si Hana ini sekalinya ngomong rada pedas dan kadang gak pakai filter, semaunya aja dia nyeplos.

"Oh gak bisa. Gue kalo pacaran gak mau main-main. Ya gue nggak bilang mau segera nikah, tapi gue berharap pacar gue bisa jadi suami gue nantinya. Ngapain gonta-ganti pacar terus. Capek.." jelas Vina

"Eh terus lo gimana sama Uda Rizal, Van ? " Sambung Vina.

"Gak tau deh gue, belom yakin" kata Vanty penuh keraguan.

"Laaahhh....bukannye lo cinta mati sama si Uda?" Tanya Hana dengan logat Betawi yang kental.

"Iya sih. Tapi katanya lulus SMA ini dua mau ngajak gue nikah." Jelas Vanty.

"Ya bagus donk" kata Neyvi. "Kan Uda Rizal udah mapan. Hidup lo pasti terjamin"

"Ogah ah. Gue masih pengen nerusin pendidikan. Pengen kuliah terus jadi guru." Kata Vanty sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kalo Bang Marjuki sih mau nunggu gue sampe kelar kuliah. Malahan dia bilang mau biayain," ujar Hana

"Wiiihhh.....sedeeeppp," sahut Vina

"Eh...Ney, lo beneran ya pacaran sama Feriyan?" Tanya Vanty tiba - tiba

"Eh tapi gue pernah liat dia jalan sama cewek. Gue gak kenal sih, kayaknya anak IPA kali. Anaknya pake kacamata, kurus-kurus gitu" sambung Hana.
Tuh kaaaaan, ini anak main nyeplos aja, gak mikirin perasaan Neyvi yang terasa mencelos dan tercabik.

Neyvi dan Vina berpandangan sejenak. Vina bisa melihat seperti ada beban yang menggayut di mata Neyvi saat mendengar cerita Hana.

"Ngga. Mereka temenan doank. Si Feriyan kan temen sekelas gue. Dia kenal Neyvi karena kalo istirahat kan gue selalu sama Neyvi" terang Vina berusaha menutupi.

Neyvi memandang Vina penuh rasa terima kasih. Memang mengenai hubungan antara dirinya dan Feriyan tak pernah ia ceritakan pada Vanty dan Hana karena ia masih belum tahu kemana arah hubungan mereka. Kalau sudah pasti tentu lah Neyvi akan lebih bersikap terbuka kepada mereka.

Neyvi hanya takut tersakiti, dan jika itu terjadi, baginya akan lebih baik jika hanya Vina yang tahu agar tak menambah rasa sakit dihatinya.

"Iya emang cuma temenan doank kok," sambung Neyvi pelan.

"Bagus deh. Gak usah pacaran sama dia, playboy kata gue sih. Tuh Tiwi anak IPS 1 aja suka digodain kalo lewat di depan dia," tutur Hana ketus.
Vina menoleh cepat ke arah Hana, ingin memberi kode agar Hana menutup mulut, tapi ia ingat bahwa barusan ia sendiri yang mengatakan bahwa antara Neyvi dan Feriyan hanya sekedar berteman. Ishh.....Hanaaa !! Ingin rasanya ia menjitak kepala Hana agar berhenti bicara.

"Mendingan lo sama si Hilmi aja noh, keren tau orangnya. Ga kayak si Feriyan," sambung Hana lagi.

Neyvi terdiam mencerna kata-kata Hana. Ada rasa gundah yang tiba-tiba saja menyentuh sukmanya.

Baru saja Hana ingin melanjutkan omongannya, pengeras suara dari kantor guru memerintahkan para siswa kembali ke kelas masing-masing karena akan ada pengarahan dari wali kelas.

Dan semua siswa berhamburan, termasuk mereka berempat menuju ke kelas mereka masing-masing.





###

To be continue
Jangan lupa vote dan komen ya!

Menghapus Sisa KenanganWhere stories live. Discover now