Palsu

1 1 0
                                    


Neyvi tercenung di taman belakang rumahnya. Hari ini kedua orangtuanya pergi takziyah ke rumah om Rizal, kawan kantor papa. Semalam Tante Vivian, istri om Rizal meninggal dunia karena sakit maag kronis. Sebenarnya Neyvi tadi diajak untuk ikut kesana, tapi ia menolak dengan alasan hari ini ia harus mengembalikan novel-novel yang ia sewa Minggu lalu, sedangkan masih ada satu buah novel yang belum ia baca. Rugi kalau tidak dibaca karena sudah bayar, begitu katanya kepada orangtuanya.

Dan Neyvi memilih duduk diam disini, menikmati kesendirian sambil mengenang kisah lalunya bersama Feriyan.
                       ___________

Neyvi berjalan melenggang menuju kelasnya, di depan kelas IPA 2 ada Feriyan yang langsung berjalan ke arahnya dan menunggu di depan kelas IPA 1.

"Kok baru sampai ?" Tanya Feriyan lembut dengan senyum penuh rindu.

Ya, dua hari tak bertemu setelah libur di hari Sabtu dan Minggu membuat mereka dilanda rindu.

"Iya. Tadi agak macet. Maklum lah hari Senin" jawab Neyvi dengan senyum mengembang.

"Kirain absen. Sudah kebayang deh bakalan gak semangat belajar hari ini."

" Kenapa gitu ?" Tanya Neyvi polos

"Ya gimana mau semangat kalo yang ngasih semangatnya gak datang," tutur Feriyan menggoda hingga membiaskan rona merah di kedua pipi mulus Neyvi.

Demikian sekelumit percakapan yang biasanya mewarnai hari-hari Neyvi.
Begitu bahagianya Neyvi. Ia merasa melambung dengan setiap kata demi kata yang diucapkan Feriyan. Waktu itu ia mengira hanya dirinya lah yang diperlakukan se-istimewa itu oleh Feriyan.

Ini pertama kali dalam hidupnya ia mengenal cinta selain cinta kedua orangtuanya. Selama ini ia selalu mengira bahwa cinta adalah sesuatu yang putih dan sakral, sehingga ia begitu menjaga hati dan cintanya sebelum ia berikan kepada orang yang tepat.

Dan ia mengira Feriyan lah orang yang tepat itu. Tapi ternyata  Feriyan telah menggoreskan kata lain dari arti cinta. Rupanya ada cinta yang begitu picik dan tidak jujur, cinta yang hanya memanfaatkan dan mempermainkan perasaan saja, seperti halnya cinta Feriyan. Ataukah sebenarnya bukan cinta yang diberikan Feriyan padanya ? Lalu apa namanya ? Menghujani hari-harinya dengan surat-surat bernada sayang, perhatian yang begitu besar, senyuman yang bisa melambungkan angannya hingga  ia merasa melayang-layang di nirwana.

Bodoh, begitu rutuknya dalam hati. Bagaimana mungkin ia tak bisa membedakan antara cinta dan kepalsuan ? Ataukah Feriyan yang terlalu lihai berakting hingga ia tak tahu bahwa yang diperlihatkan oleh Feriyan selama ini hanya kepura-puraan ?

"Brengsek!" Makinya kesal.

Kadang ia bertanya-tanya apakah Tita mengetahui hubungan 'palsu' yang terjalin antara ia dan Feriyan ?

Pasalnya sekarang tiap kali berpapasan dengannya, Tita selalu tersenyum padanya dengan sorot mata menyelidik. Terlihat sekali Tita berusaha bersikap ramah padanya meski mereka tak saling kenal, seperti hendak menyelami hatinya, dan mungkin mencari jawaban atas kasak kusuk dibelakang mereka mengenai ia dan Feriyan.

Tapi Neyvi pura-pura bersikap biasa saja meski di dalam hatinya seperti ada ombak yang menerpa. Ia selalu membalas senyum kaku Tita dengan senyum sumringahnya, yang biasanya membuat para cowok klepek-klepek, walau tak bermaksud untuk menunjukkan dengan jumawa "lihat, cakepan gue kan ?"

Tidak. Neyvi bukan tipe cewek seperti itu, bahkan sepertinya ia malah tak menyadari pesonanya dan wajah manisnya yang tak bosan untuk dipandang.
Ia bahkan melengos tak suka jika ada cowok-cowok yang menggodanya.
Itu lah Neyvi. Gadis manis yang masih begitu polos, bahkan saat sudah merasakan cinta. Yang ia tahu cinta adalah kepolosan dan ketulusan, seperti yang dirasakannya, namun ternyata cinta tidak sesederhana itu.








###

To be continue
Jangan lupa vote dan komen ya!

Menghapus Sisa KenanganWhere stories live. Discover now